Chap 64

102 16 1
                                    

Sudah berapa kali Zora berhasil menghindari serangan yang di berikan oleh tiga pria itu. Dan sudah berapa kali pula Zora mendapatkan pukulan dari mereka. Pada saat Zora hendak mengeluarkan kekuatannya untuk menyerang, darahnya tak dapat keluar. Pada saat itulah Zora mulai panik. Ketahuilah Zora, kau memang memiliki darah yokai yang pasti bisa untuk menyerang rakyat biasa, tapi kau juga memiliki darah manusia yang tak mampu menyerang mereka.

Meski darah yokai yang di miliki Zora lebih menguasai, dan itu terbukti dari Zora yang mewarisi kekuatan darah milik Kazuma. Tetap saja, darah manusia di tubuhnya juga sangat kental. Sehingga untuk keduanya pun seimbang, jika Zora mewarisi kekuatan seperti kakeknya maka dia tidak bisa menyerang rakyat biasa, tapi jika dia tidak mewarisinya dan hanya ada sedikit kekuatan yokai yang di milikinya, maka Zora bisa menyerang mereka.

Kini Zora mulai kelelahan, matanya pun mulai terasa berat karena sudah jam tiga dini hari. Ketiga pria itu terkekeh melihat keadaan Zora, dan saat salah satu dari mereka ingin merebut paksa mantel Zora.....

"Hei kalian! Apa yang kalian lakukan?!" Tanya seseorang yang baru datang dan melihat ada perkelahian.

"Sial, ayo cepat lari!" Titah pria berotot satu, dan kemudian mereka semua pergi meninggalkan Zora.

Merasa sudah aman, Zora langsung menjatuhkan tubuhnya hingga berbaring di tanah. Nafasnya tersengal sengal, ia merasa sangat lelah.

"Astaga kau terluka cukup parah, apa kau bisa untuk berdiri sendiri? Ayo ikut aku ke markas, aku akan mengobati lukamu." Ujar orang tersebut yang tak lain adalah prajurit kerajaan.

'Haah sial, ketemu juga dengan prajurit kerajaan.' Batin Zora.

"Aku tidak bisa berdiri, tubuh ku semua terasa sakit. Paman, gendong aku."

"Aku bukan paman mu, lagi pula usia ku baru dua puluh satu, aku belum setua itu untuk kau panggil paman." Meski pun orang itu menggerutu, tapi ia tetap bertindak untuk menggendong Zora dan membawanya ke markas.

Sesampainya di markas, Zora di turunkan pada sebuah sofa agar ia dapat duduk dengan nyaman disana, atau mungkin tiduran. "Aku akan mengambil kotak obat, apa kau ingin minum? Biar sekalian ku ambilkan." Tanyanya.
"Air putih." Jawab Zora singkat.

Setelah Zora mendapatkan segelas air putih, kini Zora tengah di obati oleh prajurit kerajaan yang menolongnya tadi. Sesekali Zora meringis kesakitan ketika luka di wajahnya sedikit terasa nyeri saat di obati.

"Creeek..." Terdengar suara pintu terbuka dan keduanya beralih untuk melihat siapa yang akan masuk ke dalam.

"Oh kapten, kau sudah kembali." Ujar prajurit tersebut.

"Ya dan semuanya aman. Siapa anak itu? Waah wajahnya penuh luka." Ujar orang yang tadi di panggil kapten oleh si prajurit.

"Aku menemukannya di dekat pusat perbelanjaan, anak ini tengah di pukuli para perampok."

'Dekat pusat perbelanjaan? Tapi kenapa aku tidak juga sampai disana? Kalau aku kembali kesana, aku pasti pulang ke rumah.' Ucap Zora di dalam hati.

"Lalu bagaimana dengan perampok itu?" Tanya sang kapten kepada bawahannya.

"Maafkan aku kapten karena tidak bisa menangkap mereka." Prajurit itu nampak menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri.

"Yaah mau bagaimana lagi kan, kau seorang diri sedang berpatroli, sedangkan ada anak kecil yang terluka dan harus segera di obati. Kerja bagus Kiriyo."

"Terima kasih banyak atas pujiannya kapten, tapi aku belum pantas mendapatkannya."

"Sudahlah terima saja. Lalu bocah, apa yang kau lakukan pada dini hari di luar tanpa orang tua? Apa kau sedang kabur dari rumah?" Tanya sang kapten pada Zora.

"Aku tidak kabur dari rumah. Aku hanya ingin mencari makan saja karena lapar." Jawab Zora.

"Kenapa tidak meminta ibu mu untuk memasakan sesuatu? Atau meminta ayah mu untuk menemani mu membelikan makanan, atau memintanya untuk membelikannya?"

"Aku tidak punya orang tua sejak kecil, jadi pada siapa aku harus meminta itu?"

"Apa kau tinggal di pusat sosial anak?" Zora hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Jadi kau tinggal dengan saudara mu kan? Kenapa tidak meminta tolong padanya?"

"Tidak, aku tinggal sendiri."
'Tapi itu dulu karena sekarang aku mengajak paman Tsukasa tinggal bersama dengan ku.'

"Sendiri?!" Prajurit yang di panggil Kiriyo oleh sang kapten nampak terkejut. Ia pun seakan memikirkan bagaimana caranya Zora bertahan hidup sejak kecil hingga saat ini. Aah, Kiriyo jadi penasaran dan ingin tau lebih tentang Zora.

"Apa kau punya saudara yang tinggal disini?" Tanya kapten.

"Aku punya kerabat."

"Kerabat ya? Baiklah itu tak masalah, jadi dimana kerabat mu tinggal?"

"Untuk apa kau bertanya itu?" Ujar Zora sedikit jutek.

"Kau tidak bisa pulang dari markas ini tanpa walimu yang datang untuk menjamin mu. Jadi katakan pada ku, dimana kerabat mu tinggal?"

"Paman... biarkan saja aku pulang sendiri, aku tidak mau berurusan dengan orang itu. Nanti yang ada dia akan mengoceh dan menceritakannya pada kakek kakek ku. Aku tidak mau kena ocehan lagi."

"Sayang sekali, permintaan mu tidak bisa ku penuhi. Kalau kau tidak mau kena ocehan mereka, lebih baik kau jadi anak yang baik dan tidak berkeliaran di malam hari tanpa ada walimu. Jadi katakan dimana kerabat atau kakek mu tinggal."

"Aku ini sudah bukan anak anak lagi, kenapa harus seperti ini?"

Si kapten mengangkat sebelah alisnya. "Jadi kau bukan anak anak di bawah umur, benar?"

"Y-ya benar." Ujar Zora dengan mengalihkan pandangannya.

"Lalu kenapa kau tidak menunjukkan identitas mu dari awal?"

"I-itu karna aku tidak membawanya." Bohong Zora yang di ketahui oleh sang kapten.

"Kau tidak bisa membohongi ku bocah. Aku dapat mengenali seseorang jika orang itu sudah dewasa namun memiliki wajah yang awet muda, dan juga seseorang yang masih di bawah umur seperti mu ini."

"Tck!" Zora berdecak kesal.

"Jadi, katakan pada ku dimana kerabat mu tinggal."

"Aku tidak tau."

"Kalau kau tidak mau mengatakannya, maka selamanya kau akan tinggal disini. Dan akan menjadi pelayan ku, apa kau mau?"

"Yang benar saja paman, mana mungkin aku mau melakukan itu. Lagi pula aku tidak bisa melakukan apa pun selain belajar, lari, makan, dan juga tidur."

"Astaga anak ini... Sudah cepat katakan dimana kerabat mu tinggal dan saat matahari terbit aku akan mengunjungi rumahnya dengan membawa surat pemberitahuan tentangmu."

"Sudah ku bilang aku tidak tau, aku tidak tau nama jalannya dan aku belum pernah ke rumahnya selain rumah tempat bermainnya itu. Dan kalau paman mau kesana, apa paman tau rumahnya Suichi?"

"Maksudmu bangsawan yang bernama tuan Tanuma Suichi itu?"

"Iya, jika paman tau datang saja kerumahnya dan temui si Suichi itu."

"Kau tidak sedang bercanda kan? Kau kerabatnya tuan Suichi?"

"Ya aku kerabatnya, katakan saja kalau Zora berada di markas kalian karena berkeliaran di malam hari, nanti dia pasti datang untuk menjamin ku. Sudah ku katakan kan, sekarang biarkan aku tidur paman. Ini sudah melewati jam tidur ku, jangan membuat ku kurang tidur."

"Itu salah mu sendiri jangan salahkan kami, dasar bocah nakal." Umpat si kapten yang di abaikan oleh Zora, karena Zora langsung saja berbaring di sofa dengan membelakangi sang kapten dan juga bawahannya. Sementara sang kapten nampak menahan emosinya, sedangkan Kiriyo hanya tersenyum canggung melihat kelakuan Zora dan berusaha untuk menenangkan emosi kaptennya.
































Cerita ini,
Kalau panjang ngebosenin ya?
Pengen cepet di tamatin aja rasanya 😂

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang