Beberapa minggu berlalu, pipi Zora tidak meninggalkan bekas apa pun karena dokter kerajaan yang segera datang setelah makan malam dan memberikan obat yang terbaik sesuai perintah dari Farel. Sang kakek pada akhirnya mengikuti apa yang di katakan oleh Kano untuk tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Zora menangani setiap masalah sendiri, jika itu terlalu berat, Farel akan segera membantu. Maka dari itu, Farel meminta untuk Zora agar lebih terbuka kepadanya dan pada keluarganya yang lain.
Saat ini sekolah mengadakan kamp pelatihan, mereka bermalam di suatu hutan yang di kenal banyak yokai dan ayakashi jahat. Tugas para murid untuk menyegel dan memusnahkan mereka di lingkungan hutan yang sudah di tandai, karena disitu para guru akan mengamati secara sembunyi sembunyi.
Semua murid di perbolehkan untuk melakukannya seorang diri atau pun berkelompok, mereka bebas melakukan hal itu tanpa pilihan dari para guru. Tentu saja Zora memilih untuk berkelompok dengan Aoi.Setelah selesai memasang tenda, semua murid di tugaskan untuk berkumpul untuk mendengarkan arahan serta kegiatan yang akan di berikan oleh para guru.
Lalu guru pun memberikan tugas kepada setiap siswa, Zora mendapatkan tugas mencari kayu bakar bersama beberapa murid lainnya, sedangkan Aoi di tugaskan bagian memasak. Untuk kali ini mereka berdua di pisahkan.Zora sudah memulai mencari kayu bakar seorang diri, tetapi Vero diam diam mengikuti Zora. "Untuk apa kau mengikuti ku?" Tanya Zora dengan ketus.
"Aku hanya menemani mu, bagaimana jika ada yokai atau ayakashi yang datang menyerang mu? Aku sebagai murid teladan disini akan melindungi mu." Jawab Vero.
"Aku tidak butuh perlindungan mu, aku bisa menjaga diri ku sendiri. Lebih baik kau pergi sana jangan dekat dekat dengan ku." Usir Zora namun tak membuat Vero menyinggir.
"Kau saja tidak bisa menyegel yokai malahan kau membiarkannya pergi, jadi bagaimana aku bisa percaya."
"Asal kau tau, aku lebih kuat darimu!"
"Benarkah? Lalu, kenapa waktu itu kau kalah melawan Juana sampai pipi mu terluka? Aku dan Juana masih lebih kuat aku, kalau kau kalah dari Juana jadi tidak mungkin kau lebih kuat dari ku."
"Itu karena dia menyerang ku secara mendadak, dan lagi, aku tidak ingin menyerang seorang gadis."
Vero terkekeh mendengarnya. "Alasan yang bagus dan sering di gunakan oleh orang yang lemah."
"Terserah..." Zora kembali melanjutkan jalannya dan mencari kayu bakar. Ia berusaha untuk terlepas dari pandangan Vero dan bersembunyi untuk sesaat.
"Hal seperti ini, dulu aku juga mengalaminya. Tetapi dulu aku di bantu oleh yokai, kalau sekarang, bisa kah aku di bantu mereka lagi? Jujur saja, ini melelahkan jika aku harus berupaya sendiri." Gumam Zora mengeluh.
(Chap 14)Namun di hutan itu tidak sama seperti hutan dulu dimana Zora melakukan camping, sehingga Zora harus berusaha seorang diri mengumpulkan kayu atau ranting ranting pohon yang berjatuhan, dan membawanya seorang diri.
"Lihat itu, Zora hanya bisa mengumpulkan sedikit kayu bakar."
"Lemah sekali."
"Hahahaha...."
Seperti biasa, Juana dan kawan kawannya mengolok olok Zora serta menertawakannya. Zora hanya bersikap acuh, tidak perduli dengan apa yang mereka katakan, toh memang benar Zora hanya bisa membawa sedikit, tidak seperti anak laki laki lainnya.
'Ku rasa aku harus berolahraga biar aku punya kekuatan yang lebih.' Batin Zora sembari menatap tangan kanannya yang sedari tadi ia eratkan."Zora..."
"Huaaa...."
"Bugh...."
Yana datang secara mengejutkan di hadapan Zora, merasa kaget Zora pun memukul Yana tanpa perasaan.
"Maaf Yana, kau mengejutkan ku." Sesal Zora.
"Tidak masalah, sudah terbiasa juga di pukul oleh mu. Dan kekuatan mu sungguh tak main main."
"Sekali lagi maafkan aku. Oh ya, ada apa kau datang kesini? Bukannya kau sedang bersama kak Suichi mempersiapkan acara sekolah buat nanti?"
"Sudah selesai di lakukan. Tuan Suichi menyuruh saya untuk melihat keadaanmu."
"Aku baik, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Udah sana kamu balik lagi ke kak Suichi dan katakan padanya untuk fokus bekerja jangan mencemaskan ku. Jika terjadi sesuatu pada ku, aku akan memanggil Shiro atau Kou."
"Baiklah kalau begitu, saya permisi."
Tak lama kemudian makan siang pun tiba, semua murid dan guru makan bersama sama. Setelah makan siang, para guru menjelaskan agenda acara mereka setelah ini. Seusai istirahat selama setengah jam, para murid berkumpul sesuai kelasnya.
"Kali ini kita akan mencoba mempraktekkan untuk membuat kontrak dengan yokai yang kalian tangkap nanti. Jadi, pilihlah yang kalian mau, dan usahakan untuk tidak memilih yokai dengan kekuatannya di atas spiritual kalian. Ingat, ini hanya praktek, kelak jika kalian mendapatkan yokai lainnya, kalian sudah bisa membuat kontrak sendiri. Mengerti?!" Tanya seorang guru yang akan menjadi tanggung jawab dalam pelatihan ini.
"Mengerti pak." Jawab serempak para murid.
"Waktu kalian dua setengah jam dari sekarang untuk mencarinya, berpencar!" Titah sang guru dan para murid mulai berlarian, sementara Zora dan Aoi hanya berjalan bersama memasuki pedalaman hutan.
"Kenapa lesu begitu?" Tanya Zora kepada Aoi yang terlihat lemas saat berjalan, tidak ada semangat sedikit pun.
"Kau tau kan soal spiritual ku, dan sekarang aku memikirkan bagaimana cara ku untuk bisa mendapatkan yokai agar bisa menjalin kontrak dengan ku nanti." Keluh Aoi di akhiri dengan helaan nafas yang panjang.
"Oh kau hanya memikirkan hal itu, tenang saja aku akan membantu mu. Jadi ayo kita berkeliling untuk mencari yokai yang kau inginkan."
"Benar kah? Kau benar benar ingin membantu ku!?" Seru Aoi antusias.
"Iya benar."
Aoi memeluk Zora dari belakang dengan senyuman lebarnya. "Kau yang terbaik Zora, aku semakin menyukai mu."
"Menjijikkan." Sinis Zora namun tak melepaskan pelukan itu. Keduanya pun berkeliling untuk mencari yokai.
Waktu berlalu, jam yang di berikan oleh sang guru telah habis. Kini semua murid sudah berkumpul dengan memegang sebuah kendi di tangan mereka masing masing, tak lupa dengan senyuman puas yang terukir pada wajah mereka.
"Baiklah sepertinya kalian semua sudah berhasil mendapatkan yokai yang kalian inginkan untuk melakukan kontrak pertama kalian. Sekarang, buatlah lingkaran sihir seperti yang kalian sudah pelajari sebelumnya untuk melakukan ritual kontrak." Titah sang guru dan semua murid membuatnya, kecuali Zora yang sedang berdiri memperhatikan Aoi membuat lingkaran sihir.
Setelah selesai sang guru kembali bicara. "Kalian semua ingat dengan rapalan untuk melakukan kontrak kan?"
"Ingat..." Jawab serentak para murid.
"Bagus. Sekarang, keluarkan yokai kalian dari kendi dan segeralah buat kontrak dengan mereka. MULAI!!!"
Para murid segera melakukan seperti yang di katakan sang guru. Dan satu persatu dari mereka sudah berhasil membuat kontrak. Lambang keluarga mereka menempel di salah satu bagian anggota tubuh yokainya. Bahkan ada yang sedikit susah untuk menjalin kontrak, karena yokai yang mereka pilih terlalu kuat atau tidak menerima untuk menjalin kontrak. Namun karena yokai tersebut berada di dalam lingkaran sihir, jadilah mereka tidak bisa pergi keluar dari sana, terlebih ketika sang murid tak henti henti merapalkan mantranya.
Gak nyangka udh chp 80
Banyak juga ya, meski di awal aku sempat ragu sama ini ceritaUntuk kelanjutannya aku gak tau akan cepat up apa gak
Karena seperti biasa, malas telah melanda hahahaOia,
Makasi buat kalian yang masih stay baca cerita ini, menunggu up meski lama, dan memberikan vote serta komennya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...