Chap 32

144 21 5
                                    

Zora dan Suichi kembali melanjutkan sarapannya, Kou duduk di belakang Zora dengan tenang, sementara Tsukasa masih terkejut.

"Terima kasih atas makanannya." Ucap Zora dan Suichi bersamaan.
Kou segera merapikan meja makan dan mencuci semua piring kotor serta peralatan yang tadi di gunakan untuk masak.

"Kak Tsukasa bilang kalau kau menawarkannya untuk tinggal bersama mu, benar begitu?" Suichi mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia salah dengar ucapan Tsukasa.

"Benar." Jawab singkat Zora.

Kou yang sedang asik mencuci itu ikut terkejut dengan obrolan mereka hingga membuatnya mendekati Zora dengan kedua tangannya yang penuh sabun.

"Jadi itu benar Zora-sama? Apa yang di katakan Shiro semalam itu benar? Zora-sama anda tidak sedang sakit kan? Atau mungkin kepala anda habis terbentur sesuatu?" Panik Kou berusaha untuk memeriksa tubuh Zora.

Namun Zora berdiri menghindari Kou agar dirinya tidak basah terkena air dan busa dari tangannya Kou.

"Apa apaan kau ini!? Iya itu benar, lalu kenapa? Apa kau tidak suka? Saat ini aku dalam keadaan sehat tidak sakit atau terbentur sesuatu." Elak Zora.

Kedua mata Kou berkaca kaca, ia merasa tersentuh. "Syukurlah Zora-sama, saya senang akhirnya anda memiliki teman setelah sekian lama slalu sendirian."

"Kau tidak menganggap ku sebagai temannya?" Ujar Suichi.

"Tentu saja tidak, anda kan sau... Hmm..." Ketika Kou hendak berkata namun Suichi dengan cepatnya menutup mulutnya agar tidak berkata lebih dari itu.

"Apa yang ingin kau katakan itu hah? Apa kau sudah bosan untuk hidup?" Ancam Suichi membuat Kou diam dan Suichi melepaskan tangannya.

"Apa yang kalian berdua rahasiakan dari ku?" Tanya Zora penasaran.

"Tidak ada." Jawab Suichi cuek.

"Aku tidak suka jika ada yang di rahasiakan." Zora. "Aku juga sama." Suichi masih dengan cueknya.

"Kalian semua bisa diam dan jelaskan pada ku? Aku ini orang baru di sini dan kedepannya akan tinggal disini, ku rasa aku harus tau sedikit tentang kalian." Saut Tsukasa.

"Dia ini Kou, teman ku sama seperti Shiro yang paman temui semalam, dia juga yokai. Lalu ini kak Suichi, dia teman ku, mungkin... Dia seorang bangsawan yang sudah berulang kali menolong ku.

Sejak kecil aku sudah menjadi target para yokai, seperti semalam kau pasti melihatnya kan? Kalau bukan Shiro, Kou maka kak Suichi lah yang akan menolong ku. Yaa itu saja tidak ada lagi." Tutur Zora.

"Dulu pertama kali kita bertemu, kau tidak memberitaukan ku secara langsung seperti ini. Lalu kenapa dengan kak Tsukasa kau mengatakannya dengan mudah?" Suichi nampak kesal dan sedikit iri.

"Karena di hari pertama aku kenal dengan paman ini, dia sudah melihat banyak hal dari ku, jadi ku jelaskan saja sekalian."

"Pertanyaan ku semalam belum kau jawab sampai sekarang Zora." Saut Tsukasa.

"Pertanyaan apa?" Zora mencoba mengingat kejadian semalam.

"Kau ini, manusia atau yokai? Karena aku mencium keduanya dari dirimu." Ucapan Tsukasa membuat Zora terdiam.

"Hebat, aku saja mencium aroma manusia di tubuh Zora, tidak dapat mencium aroma yokai." Seru Suichi.

"Mungkin ini kelebihan ku." Tsukasa.

"Pak tua, kau sungguh ingin tau?" Tanya Zora dengan malas dan di jawab "Ya." oleh Tsukasa.

Zora menghela nafasnya baru ia berkata, "Aku keduanya. Aku keturunan yokai dan manusia." Mata Tsukasa terbelalak tak percaya.

"Ini kenyataannya, percaya atau tidak di dalam tubuh ku ini mengalir darah yokai dan juga manusia. Baiklah, ku rasa sudah cukup obrolan pagi ini. Aku harus pergi ke....." Zora terdiam, ia teringat akan sesuatu lalu melihat jam yang tertempel di dinding ruang santai.

"....Huwaaaa aku telat ke sekolah, siiiaaaallll...!!!!!" Zora panik, ia segera berlari untuk mengganti seragam sekolah tanpa mandi dan hanya cuci muka serta sikat gigi sebelum ia masuk ke dalam kamarnya.

"Dasar bocah, bisa bisanya lupa untuk sekolah." Gumam Suichi. "Zora lebih baik kau bolos saja, sekarang sudah jam setengah delapan lewat, kalau kau berlari kau akan tiba hampir jam delapan.

Sekolah mu masuk jam tujuh, telat satu jam apa kau kira kau bisa masuk sekolah begitu saja?" Lanjut Suichi.

"Tidak bisa, hari ini akan ada pemberitauan kisi untuk ujian senin depan, dan juga pembagian jadwal ujian."

"Ya sudahlah semoga beruntung, aku sih bisa saja membantu mu menanyakan pada teman sekelas mu, itu hal yang mudah bagi ku, kau tidak mau bantuan ku?"

Tidak menjawab bahkan tidak memberikan salam sebelum berangkat kepada dua pria yang lebih tua darinya, Zora melesat cepat berlari menuju sekolahnya.

Di lain tempat di kerajaan Glavador....

"Pangeran Farel, saya sudah datang." Ucap Arthur yang memasuki ruang kerja Farel. Farel yang tengah sibuk mengurusi pekerjaannya segera ia hentikan, ia menatap Arthur menanti info darinya.

"Jadi bagaimana?" Farel bertanya.

"Dari tuan Suichi saya mendapatkan info soal pangeran Zora yang tidak dapat membedakan aroma manusia dan yokai. Beliau berkata itu karena Zora memiliki darah manusia serta yokai, sehingga aroma mereka tercium sama oleh pangeran Zora.

Hal itu di katakan sendiri oleh pangeran Zora, dan beliau berkata jika pangeran Zora selalu menjadi sasaran yokai. Beliau juga pernah melihat ketika yokai mengejarnya seraya berkata meminta darahnya. Namun hingga kini tuan Suichi tidak tau penyebabnya apa, pangeran Zora juga masih menyembunyikan hal tersebut.

Lalu saya mencoba mencari tau lewat yokai lainnya, pada awalnya mencari tau, beberapa yokai memilih diam tidak mau berkata apa pun. Sehingga saya bertemu dengan yokai jahat yang pada saat itu hendak mencari pangeran Zora.

Dari yokai itu saya mengetahui kalau darah pangeran Zora dapat menyembuhkan yokai yang sedang sakit atau pun terluka. Dan juga bisa menambahkan kekuatan bagi para yokai, itu sebabnya pangeran Zora selalu menjadi incaran yokai." Arthur menjelaskan tanpa terlewat sedikit pun.

"Kerja bagus Arthur, kau bisa mengambil libur hingga besok." Namun Arthur menunjukkan wajah gelisah, dan hal itu di sadari oleh Farel. "Ada apa?" Tanya Farel.

"Maaf pangeran Farel, malam itu saya tidak memusnahkan yokai tersebut. Saya tau jika dia hendak mengincar pangeran Zora, tapi saya membiarkannya.

Karena perjanjian kami berdua yang sudah kami sepakati. Saya tidak akan memusnahkannya jika dia mau memberikan informasi tentang pangeran Zora. Saya merasa bersalah, tapi saya segera menemui tuan Suichi memintanya untuk menjaga pangeran Zora.

Dan maaf pangeran Farel, jika saya juga menceritakan kepada beliau tentang fakta pangeran Zora tersebut. Pangeran Farel, tolong hukum saya, karena saya telah berbuat kesalahan dalam menjalankan tugas." Arthur nampak pasrah dan siap menerima apa pun hukumannya.

"Kau tidak salah Arthur." Ujar Farel secepatnya tanpa berpikir kembali. Arthur menaikkan wajahnya mencoba menatap wajah pangeran yang selama ini ia ikuti dan ia kagumi.

"Kau sudah melakukan tindakan yang tepat. Kita disini tidak bisa menjaga Zora, sedangkan disana ada Suichi yang bisa menjaganya. Aku mempercayakannya, aku sangat yakin Suichi akan menjaga Zora kapan pun, karena mereka bersaudara. Suichi keponakan ku, Zora cucu ku, mereka itu saudara sepupu.

Pergilah Arthur, dan istirahatlah. Kau pasti lelah, berliburlah selama dua hari. Aku mengizinkan mu." Farel memberikan titahnya, Arthur memberi hormat tanda terima kasih dan berpamit untuk meninggalkan ruangan.

Farel menatap luar melalui jendela yang ada pada ruangan kerjanya, ia teringat akan Zora.

"Kehidupan mu selama ini pasti sulit, aku penasaran bagaimana kau bisa melaluinya selama ini. Zora, smoga saja kau mau datang ke kerajaan ini agar aku mudah untuk melindungi mu."

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang