Setelah canda tawa, kini mereka membagi dua kelompok belajar untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Aoi, Vero, bersama Fuka, sedangkan Zora bersama dengan Eden, dan Chiko. Kali ini Zora akan mengingat nama mereka dengan baik, karena mereka sudah menjadi temannya bukan musuh.
"Apa kalian paham?" Tanya Zora setelah mengajari Eden dan Chiko."Cara mengajar mu mudah di pahami." Chiko.
"Kalau seperti ini aku bisa mengerjakannya seorang diri dengan baik." Eden.
Semua orang sibuk berkutat dengan buku serta pena nya, tak ada suara yang keluar hanya untuk bercanda, mereka benar benar fokus belajar. Hingga waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, dan suara ketukan pintu membuyarkan konsentrasi mereka.
"Pangeran Zora, makan malam sudah siap. Yang mulia Farel menanyakan, apakah pangeran dan teman temannya ingin makan bersama atau makan di kamar?" Tanya seorang pelayan wanita yang tadi mengetuk pintu kamar Zora.
"Kita akan makan bersama." Jawab Zora.
"Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu."
"Sudah selesai kan tugas kalian?" Tanya Zora pada teman temannya.
"Sudah." Aoi.
"Selesai tepat waktu." Vero.
"Tubuh ku terasa hancur." Fuka.
"Aku bahkan sudah tak bertenaga lagi." Eden.
Kini enam remaja pria sudah berada di meja makan, ke empat dari mereka merasa canggung karena Kano terus menatapnya seakan sedang memusuhinya.
"Kau yakin berteman dengan mereka?" Tanya Kano memecahkan keheningan, membuat empat teman Zora semakin gelisah dan ketakutan."Aku kan sudah bilang ke buyut, aku yakin berteman dengan mereka. Lagi pula permasalahan kita sudah selesai, tidak ada yang perlu di permasalahkan lagi. Buyut, aku tidak mau ya mendengar buyut membahas hal ini lagi. Buyut bisa membuat teman ku jadi tak nyaman dan tidak mau bermain lagi ke sini nantinya." Ujar Zora.
"Masih ada Aoi." Celetuk Kano.
"Tapi mereka juga teman ku sekarang!"
"Sudah sudah... Zora, kakek buyut mu ini hanya terlalu mencemaskan mu dan takut kamu terluka. Meski pun selama ini kakek buyut terlihat seakan tak perduli pada mu, jauh di dalam hatinya kakek buyut menyayangimu. Asal kau tau Zora, setiap hari di saat kamu gak ada, kakek buyut selalu berceloteh tentang mu." Seru Clara dengan di akhiri kekehan kecil.
"Ekheem..." Kano berdehem. "Jaga bicara mu Clara dan jangan lontarkan omong kosong."
"Aku tau ini nek, aku bisa melihatnya kok betapa kakek buyut menyayangi ku." Seru Zora.
"Sudah, cepat sana habiskan makan malam kalian dan kembali ke kamar." Kano.
Setelah selesai dengan makan malam, mereka semua kembali ke kemar untuk istirahat. Namun tak selang lama, Eden meminta Zora untuk berkeliling istana, karena ini kali pertamanya jadi ia ingin tau seperti apa dalamnya istana. "Ok!"
Jadi sekarang ini mereka berenam sedang melakukan jalan malam berkeliling istana, setelah itu Zora mengajak mereka semua ke halaman belakang istana, di mana tempat itu merupakan tempat favorit Zora."Bagaimana? Indah bukan?" Seru Zora.
"Tempat yang bagus!" Seru Eden.
"Zora..." Panggil Vero.
"Ada apa?" Fanya Zora.
"Kenapa kau tidak pernah bilang kalau kau seorang pangeran?"
"Karena tidak ada yang nanya." Jawab Zora santai.
"Jelas tidak ada yang nanya karena tidak ada seorang pun yang menduga kalau kau itu seorang pangeran! Haaaah...." Vero membuang nafasnya dengan kasar. "Seharusnya saat aku dan Juan merundung mu, kau katakan saja kalau kau seorang pangeran, dan kau bisa langsung menghukum kami semua."
"Tidak seru kalau seperti itu, lebih seru kalau aku diam dan tau tau kalian tau aku ini seorang pangeran, seperti tadi. Expresi kalian sangat seru untuk di nikmati hahaha...."
"Anak ini sungguh mengesalkan." Gumam Vero.
"Memang. Ingin membalasnya?" Aoi bersmirk lalu membisikkan sesuatu pada Vero.
Setelahnya Vero menghampiri Zora dan berkata. "Benar kah? Kau sangat menyukai expresi kita yang tadi?"
"Ya benar, andai aku bisa mengulanginya lagi dan meminta seseorang untuk melukisnya, pasti hasilnya sangat memuaskan."
"Syukurlah kalau kau senang, apa pun yang bisa membuat pangeran cantik kita ini senang, aku dan teman teman pasti siap melakukannya." Ucap Vero dengan tersenyum membuat Zora mulai kesal.
"Siapa yang kau panggil pangeran cantik, hah?!"
"Tentu saja anda pangeran Zora ku yang sangat cantik jelita, di sini hanya ada anda kan yang seorang pangeran."
Wajah Zora memerah, entah karena malu mendapatkan pujian atau karena menahan emosi karena di ledek oleh Vero.
"Aku tidak cantik! Aku tampan! TAMPAN!!!" Zora menegaskan ucapannya setelahnya ia mengembungkan pipinya, benar benar seperti seorang gadis yang sedang merajuk."Aww lihat ini, expresi mu sangat seru untuk di nikmati hahahaha...." Ledek Vero dan di ikuti tawa oleh yang lainnya. Zora yang kesal memilih untuk pergi meninggalkan mereka menuju kamar.
Sambil berjalan ia berseru. "Tidak ada satu orang pun yang ku izinkan tidur di kamar ku! Kalian semua tidurlah di luar!"
"Pangeran cantik kita sedang merajuk hahaha..." Seru Fuka yang berlari mengejar Zora bersama yang lainnya.
Waktu berlalu dengan cepatnya, kini sudah tiga hari berlalu sejak Vero dan yang lainnya menginap di istana. Sikap mereka pun biasa saja, tidak terlihat ada yang berbeda meski pun mereka tau kalau Zora adalah seorang pangeran, semua itu sesuai dengan permintaan Zora sendiri. Dan rahasia tentang jati diri Zora masih aman hingga saat ini, mereka semua bisa di percaya oleh Zora.
Hari ini, sepulang sekolah, setelah Zora berpisah dengan Aoi, ia merasa seperti ada seseorang yang sedang mengikutinya. Dan orang tersebut di duga oleh Zora bukanlah orang yang sama seperti yang di tugaskan oleh Kano untuk memantau Zora setiap harinya. Zora rasa, sejak kejadian Zora menegaskan ke Kano kalau Kano menyuruh orang untuk mengikutinya, keesokannya orang itu tidak lagi membuntuti Zora. Lalu, siapa yang mengikuti Zora sekarang? Bukan hanya satu orang, tapi ada beberapa... "Sial!" Umpat Zora kesal dan berlari untuk menghindari orang orang tersebut.
Namun.... "Euumppp..." Ada seseorang yang membekap mulut Zora dan menariknya pergi menjauh dari keramaian. Tubuh badan Zora yang sedang di tarik itu di tutupi oleh tubuh badan yang di duga rekan rekannya. Mereka mengelilingi Zora sehingga tidak ada satu pun yang bisa melihat Zora karena tubuh mereka jauh lebih besar.Zora di masukkan ke dalam sebuah gudang yang tak terpakai, mulutnya sudah tertutup oleh kain sehingga Zora tidak bisa memanggil Shiro atau pun Kou. Tangan beserta kakinya di ikat kuat dan Zora di jatuhkan di lantai yang tak beralaskan apa pun, rasa dingin pada lantai kotor itu segera menyerpa kulit putih Zora.
Zora tak hanya diam saja, ia coba gerakkan jari jari tangannya untuk mengeluarkan kekuataannya dan menyerang para penculik itu. Sialnya, kekuatan Zora tidak bisa keluar sama sekali. Pada saat bersamaan Zora mulai panik, karena yang menculiknya merupakan orang biasa dan bukan bangsawan. Sekarang, apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan dirinya dari situasi yang berbahaya ini? 'Berpikirlah... Berpikirlah.... Zora, ayo berpikirlah... Kau bukan orang yang bodoh, kau harus bisa berpikir untuk membebaskan diri mu sendiri! Tapi, kali ini siapa dalang dalam penculikan ku ini? Buyut sudah menerima ku, jadi tidak mungkin buyut melakukan hal ini! Lalu siapa? Siapa orangnya? Tidak Zora... Jangan memikirkan hal itu sekarang, yang harus kau pikirkan adalah cara untuk membebaskan diri! Orang orang itu, sangat menakutkan.'
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasíaCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...