Setelah menghela nafas panjang, Zora pun bercerita tentang maksud ucapannya tersebut. Mengatakan bahwa pelaku dari penculikan terhadapnya waktu itu adalah Kano, memang tidak ada bukti yang bisa nemberatkan Kano sebagai pelakunya, tapi Zora sangat tau dari ucapan para penculiknya waktu itu yang mengatakan 'pak tua'. Pikir Zora siapa lagi orangnya selain Kano yang jelas jelas tidak menyukainya bahkan tidak bisa menerima kehadirannya. Dan terbukti lagi dengan kecerobohan Kano semalam, yang datang seorang diri dan berusaha untuk membunuhnya dengan mencekiknya.
"Pantas saja hingga saat ini tidak dapat di temukan pelakunya, rupanya kakek di balik semua ini." Ucap Giovani.
"Kalau kau sudah tau siapa pelakunya kenapa tidak mengatakannya pada kakek? Kenapa kau hanya diam saja? Jika kau katakan pada kakek, kejadian semalam tidak akan pernah terjadi." Ujar Farel.
"Aku sengaja untuk tidak mengatakannya, karena aku ingin tau reaksi kakek buyut." Ucap Zora dengan bersmirk.
"Tapi kau membahayakan dirimu sendiri Zora, jika semalam kakek tidak datang bagaimana nasib mu saat ini?! Kau bisa bisa sudah mati di tangannya."
"Tapi nyatanya saat ini aku baik baik saja kan, jadi kakek tidak perlu cemas lagi. Dan yaaah... Semalam begitu melihat reaksi kakek buyut yang tau aku sudah bisa bicara cukup menghibur juga." Zora terkekeh mengingat kejadian semalam, tanpa ia sadari bahwa dua orang di hadapannya tengah menahan amarah.
"Itu tidak baik Zora, jangan bersikap seperti itu. Kita semua mengkhawatirkan mu, kita semua takut kau kenapa kenapa, takut kau terluka, dan takut kehilangan mu. Yang kau lakukan ini salah, dan jangan pernah kau mengulanginya lagi, paham?!" Ujar Giovani yang nampak cukup tegas bagi Zora.
Zora menghentikan tawanya, ia merubah expresi wajahnya menjadi sendu. Seketika ia mengingat kembali perkataan Suichi tempo lalu. "Jangan pernah bicara seperti itu, jika mereka mendengarnya, mereka semua akan sedih." (Chap 65)
"Maafkan aku paman, kakek, aku janji aku tidak akan melakukan hal itu lagi." Sesal Zora.
"Dan jika ada sesuatu, apa pun itu, ceritakan pada kami ya. Kami semua akan mendengarkannya dan akan slalu menjaga mu." Ucap Farel yang mengusap lembut pucuk kepala Zora.
"Iya kek."
"Baiklah, sekarang pergilah mandi lalu kita akan sarapan bersama."
Singkat cerita, kini Giovani tengah menemani Zora pergi menuju ke sekolah yang akan menjadi sekolah baru Zora.
Disana Giovani akan mendaftarkannya dan akan menjadi wali untuk Zora. Setelah bertemu dengan kepala sekolah, Zora memutuskan untuk melihat lihat sekolahan tersebut meninggalkan Giovani yang tengah mengisi formulir pendaftarannya."Nanti aku akan masuk sekolah bagian bangsawan dan kerajaan, aku akan buat tua bangka itu kagum dengan kepintaran ku. Dan yaah... Sekolah ini tidak kalah bagus dengan sekolahan di kerajaan Quart." Monolog Zora yang sedang melihat megahnya sekolahan tersebut.
"Benarkah? Aku senang mendengarnya." Ujar seseorang dari samping kanan Zora, dan Zora pun menghadap ke arah kanannya, ia melihat seorang yang ia kenal tengah tersenyum padanya.
"Yo Zora, apa kabar mu? Senang melihat mu lagi dan sudah dapat berbicara." Lanjutnya."Aoi? Kabar ku baik, sepertinya kamu juga baik ya. Dan aku sudah dapat bicara lagi sejak beberapa bulan yang lalu berkat kakek ku." Seru Zora.
"Itu bagus. Kapan kamu pindah kesini?"
"Kemarin. Kamu sekolah disini kan? Kelas berapa? Kalau aku akan masuk kelas sebelas."
"Aku juga sama, yaah jadi tidak sabar rasanya untuk memulai sekolah karena akhirnya aku akan memiliki teman."
"Memangnya kau tidak punya?"
"Hanya Zora saja teman ku."
"Kalau begitu kita sama, kau teman pertama ku Aoi. Mohon kerja samanya."
"Un... Maaf Zora aku harus pergi sekarang, selagi liburan datanglah ke rumah ku dan kita akan bermain bersama. Aku akan menunjukkan pada mu betapa indahnya kerajaan Glavador."
"Tunggu Aoi, maaf.. aku lupa jalan menuju rumah mu. Bisa kah kau berikan peta pada ku? Dan kalau bisa berikan peta dari arah istana, itu lebih memudahkan ku."
"Ok baiklah, lagi pula rumah ku kan tak jauh dari istana." Aoi segera mengambarkan peta dari istana menuju rumahnya. "Selesai, ini. Jangan sampai tidak datang ya, aku tunggu!" Aoi melangkahkan kakinya meninggalkan Zora yang sedang tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya.
"Oh sudah mendapatkan teman rupanya." Seru Giovani dari belakang Zora secara tiba tiba membuat Zora terkejut dan sedikit berteriak. "Penakut." Ledeknya.
"Aku kaget bukan penakut."
"Beda tipis." Ujar Giovani dengan senyuman jahilnya. "Urusan pendaftaran mu sudah selesai, sekarang ayo kita pergi untuk membeli kebutuhan mu."
Setelahnya Giovani, Zora dan tiga prajurit kerajaan yang mengawal mereka tengah berada di pusat pertokoan. Giovani membiarkan Zora membeli apa pun kebutuhannya, baik itu untuk sekolahnya kelak atau pun untuk kebutuhan pribadinya. Dan Zora memilih barang barang yang tak terlalu mahal, meski awalnya Giovani menyuruhnya untuk membeli yang mahal dengan merk yang terkenal akan kualitasnya, namun Zora menolak. Ia memilih barang yang standar namun kualitasnya tak mengecewakan, mungkin sudah menjadi kebiasaan baginya.
"Kau juga harus membeli pakaian yang berkelas Zora, jika kau hendak bepergian dengan para bangsawan, atau acara wisata dari sekolah, atau mungkin saat acara penjamuan, kau harus mengenakan pakaian yang berkelas. Selebihnya aku tidak akan mempermasalahkan mu ingin berpakaian seperti apa." Ujar Giovani.
"Aku tidak mau paman, aku sudah terbiasa seperti ini." Cicit Zora.
"Yaa terserah kau saja, lakukan seperti apa mau mu maka kakek Kano akan merendahkan mu. Jika kau tak masalah dengan itu, maka baiklah, aku tak akan memaksa."
Mendengar penuturan yang baru saja Giovani katakan, membuatnya berdiri di tempat. Otaknya berpikir dengan sangat cepat dan membayangkan bagaimana Kano merendahkannya.
"Bantu aku memilihkan pakaian yang bagus paman!" Pinta Zora membuat Giovani tersenyum dan merasa menang. Rupanya semudah itu membuat Zora menuruti apa katanya, hanya perlu membawa nama Kano maka urusan usai tanpa perdebatan.
"Baiklah, ayo kita pergi ke toko yang di sebelah sana."
Mereka pun kembali belanja dengan menghabiskan koin besar yang tidaklah sedikit, tapi tak masalah, Farel justru memberikan dua kantong koin besar untuk membelikan apa pun keperluan Zora dan apa pun yang dia inginkan. Lelah berjalan kesana kemari dan merasa apa yang di butuhkannya sudah cukup, maka saatnya mereka kembali pulang ke istana. Apa lagi ini sudah lewat dari jam makan siang, mereka harus bergegas kembali karena Zora menolak ajakan Giovani untuk makan di luar dengan alasan, Zora sudah meminta pada pelayan untuk memasakkan makanan kesukaannya.
Setibanya di istana, Kano memandang Zora tak suka. Namun ia segera mengabaikan keberadaannya dan berusaha mendekatkan dirinya ke cucu kesayangannya, Giovani, hanya untuk mendapatkan maaf darinya. Karena sejak pagi tadi Giovani mengabaikannya, selain itu permasalahan tadi malam belum sembat di bahas untuk di selesaikan. Karena pagi tadi Giovani sudah ada janji dengan kepala sekolah, sehingga tidak bisa di undur. Jadilah sore nanti permasalahan itu akan di bahas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...