Zora berada di atap sekolah, ia tadi pergi menuju kesana untuk bolos kelas. Di atap ia memilih untuk tidur, dan tak terasa sudah tiba jam makan siang. Zora yang masih tertidur di bangunkan oleh Vero dan kawan kawan, tak lupa kelompoknya Juana yang mengikuti Vero kemana pun mereka pergi.
"Pantas tidak hadir di kelas, rupanya enak enakkan tidur disini." Ujar Juana dan ia menendang kaki Zora hingga Zora terbangun.
"Apaan sih? Ganggu tidur aja." Gerutu Zora kesal karena ia masih merasa mengantuk.
"Bangun kamu! Bukannya sekolah yang bener, ini malah malas malasan. Gak kasihan kamu sama keluarga bangsawan yang udah mengadopsi kamu?! Seharusnya kamu itu sadar diri, karena ada yang mau ngurusin kamu." Ketus Juana dengan bertolak pinggang.
"Gak usah atur hidup orang bisa? Mau aku malas malasan, bolos kelas, itu gak merugikan kamu sama sekali kan?" Saut Zora dengan sikap dinginnya.
"Memang benar, tapi melihat kau di sekitar bangsawan bisa membuat buruk nama bangsawan di mata kerajaan."
"Oh ya, apa kalian tau? Kemarin aku dengar kabar kalau Zora sebenarnya di buang dari kerajaan Quart, dan dengan terpaksa pak Suichi guru kita membawanya ke kerajaan kita ini dan ia memohon kepada pamannya agar ada bangsawan yang mau mengadopsinya." Saut Vero menceritakan kabar burung yang ia dapatkan kemarin.
"Astaga... Rupanya kau lahir tanpa di inginkan siapa pun ya, termasuk orang tua mu." Hina Juana dan mereka tertawa.
Zora tersenyum remeh menanggapinya. "Sudah bicaranya? Apa masih ada lagi? Asal kalian tau aja, aku sudah kebal dengan gosip tidak bermutu seperti itu, jadi aku tidak akan kesal dan menanggapi omong kosong kalian. Justru aku merasa kasihan sama kalian semua, padahal bangsawan namun kelakuannya seperti rakyat jelata yang sok kaya."
"Bugh..." Anak laki laki yang slalu bersama Vero memukul Zora tanpa peringatan. "Kau pikir kau siapa bisa bersikap angkuh di hadapan Vero dan Juana?! Kau hanya orang rendahan, jaga sikap dan bicara mu sialan!" Ujarnya marah.
"Cuuuih." Zora meludah, ia membuang darah pada mulutnya akibat pukulan tadi. "Kenapa harus aku? Kata mu aku ini hanya orang yang tak di inginkan oleh siapa pun bukan bahkan termasuk orang tua ku sendiri. Itu berarti tidak ada orang dewasa satu pun yang akan mengajari ku sopan santun atau pun sikap ku dalam berbicara kepada bangsawan terhormat seperti kalian. Jadi..." Zora kembali tersenyum meremahkan mereka dan memandanginya satu persatu.
"...seharusnya kalian yang merupakan orang terhormat tidak merundung ku seperti ini. Kalian semua bersikaplah yang baik dan beri contoh kepada orang seperti ku ini, agar aku bisa menjadikan kalian semua panutan dan juga bisa bersikap sopan kepada kalian sebagai balasannya. Benar tidak ucapan ku?"
"Hahahaha kau menarik Zora. Ya aku akui bahwa ucapan mu itu benar, sangatlah benar. Tetapi... Kau sudah salah sejak awal, jadi kami bersikap seperti ini untuk mendisiplinkan mu." Seru Vero.
"Sejak awal aku sudah salah? Seingat ku, kau lah orang pertama yang tidak menyukai ku dan memulai keributan yang tak berguna ini." Ujar Zora.
"Tidak, kau lah yang salah Zora. Pada saat upacara penerimaan murid baru, kau sudah bersikap sangat tidak sopan. Ketika yang mulia Kano dan juga pangeran Giovani tengah memberikan kata sambutan, kau tidak memperhatikannya dengan baik. Kau mengabaikan dan tidak pernah melihat keberadaan mereka di atas sana, kau sudah bersikap sangat kurang ajar kepada keluarga kerajaan. Dan aku paling membenci dengan orang yang tidak bisa menunjukkan hormat mereka kepada keluarga kerajaan padahal mereka hidup di tanah kerajaan ini." Tutur Vero menjelaskan.
"Kenapa kau ambil pusing soal ini? Toh mereka juga tidak mempermasalahkan aku yang mengabaikan pidato mereka."
"Buuugh.. " Lagi lagi Zora mendapatkan pukulan dari orang yang sama.
"Mulai sekarang, kita akan mendisiplinkan mu Zora. Tidak perduli meski harus menggunakan kekerasan." Seru Juana dengan smirknya.
"Lebih baik kalian belajar yang benar dan jangan urusi kehidupan ku, terlebih kalau kalian menggunakan kekerasan pada ku. Hanya ingin mengingatkan, kalian akan menyesal jika melakukan itu. Tapi bukan berarti aku akan diam saja dan tak membalasnya, mengerti." Ucap Zora memperingati.
"Tck." Juana berdecak, lalu ia menjentikkan jarinya. Kedua teman Juana mengerti maksud akan hal itu, lalu mereka mendekatkan dirinya kepada Zora dan memegang erat tangan Zora. Juana dengan angkuhnya berjalan pelan ke hadapan Zora, tentu tak lupa senyuman jahatnya yang masih menghiasi wajah cantiknya itu.
"Ku dengar, kau tidak suka melawan dengan perempuan. Benar begitu Zora?" Tanyanya.
"Ya benar, lalu kenapa? Kau dan teman mu ini yang ingin memukuli ku? Agar aku tidak membalas perbuatan kalian, begitu?" Tanya balik Zora.
"Ping pong, benar sekali. Rupanya kau cukup cerdas juga."
"Aku ini memang cerdas melebihi kecerdasaan kalian." Sombong Zora tanpa rasa takut sedikit pun.
"Plaaak..." Juana menampar pipi Zora.
"Tidak boleh bersikap angkuh di hadapan bangsawan kelas atas. Sadari dirimu Zora, kita beda derajat." Seru Juana dan mereka yang menyaksikan hanya tersenyum remeh.
"Percepatlah urusan kalian, aku lapar." Keluh Zora akan perutnya yang sudah mulai perih, ia harus segera makan.
"Plaaak..." Juana kembali menampar Zora.
"Minta tolong lah yang benar, kau tidak boleh berkata seperti ini kepada kami." Kali ini Vero yang berkata.
"Terserahlah, aku lapar dan ingin segera makan. Tidak perduli dengan kalian." Zora mulai jengah, ia kemudian mengeluarkan darahnya dari ujung jari jarinya dan membuat ke dua gadis teman Juana menjauh dari tubuhnya. Oh tentu, Zora tidak menyakitinya, hanya saja Zora membuat keduanya tangannya terikat .
Melihat hal itu Juana menjadi kesal. "Kau bilang tidak akan melawan perempuan, kau penipu!"
"Aku tidak. Kau bahkan bisa melihatnya sendiri kan, aku hanya membuatnya terikat agar aku bisa bebas."
Vero kemudian menggunakan sihirnya untuk menyerang Zora, namun serangannya yang berbentuk belati itu gagal melukai Zora karena Zora terlebih dahulu menggunakan darahnya sebagai perisai. Kemudian Zora membuat Juana terikat juga dan berkumpul dengan dua temannya itu. Kini tinggal Zora berhadapan dengan tiga laki laki yang di pimpin oleh Vero.
"Jika tidak ingin terluka, menyingkirlah." Ucap Zora memperingati.
"Hanya karena bisa menangkis serangan ku, bukan berarti kau kuat dan aku harus takut dengan mu." Seru Vero.
"Ayolah... Turuti saja kata kata ku, tidak susah kan? Dan setelah itu, jangan berurusan lagi dengan ku apa lagi melukai ku. Karena kalian akan menyesal nantinya." Zora kembali memperingati, namun ucapan itu bagaikan angin lewat. Vero kembali menyerang bersama tiga temannya, dan dengan mudah Zora menangkisnya tanpa bergeser sedikit pun.
"Astaga, aku sudah sangat lapar." Gumam Zora. "Ugh.." Zora meringkih, kepalanya tiba tiba saja pusing bahkan penglihatannya mulai buram. Dengan cepat Zora menyingkirkan ke empat anak laki laki itu dan mengikat tangan mereka. Setelahnya Zora berlari dan melepaskan darahnya yang mengikat kepada mereka ketika ia menuruni tangga.
Double up gak nih?
Oia aku mau cerita dikit,
Jadi tadi aku tuh upload AMV Sekaichi Hatsukoi ke yt
Eeh rupanya video nya di blokir karena berisikan konten milik Kadokawa
Padahal yg up AMV mereka banyak, tapi kok bisa yaaa....?
Mungkin di antara kalian ada yang tau caranya biar gk di blokir?
Klu tau kasih tau aku yaa ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...