Setibanya di rumah, Zora segera makan masakan Kou karena Tsukasa sedang bekerja. Suichi sudah kembali ke rumahnya ketika Kazuma datang menemui mereka di jalan. Pada awalnya Suichi hendak mengantarkan mereka, takut jika Kazuma belum hafal dengan jalanan disana. Tapi Kazuma berkata bahwa ia sudah lama tinggal disini dan hafal dengan seluruh jalanan di kerajaan Quart. Suichi terkekeh, ia melupakan hal itu. Jadilah mereka bertiga berpisah, Kazuma masih saja berceloteh di sepanjang jalan meski di abaikan oleh Zora hingga tiba di rumah.
Selesai makan, Zora berjalan menuju kamarnya di ikuti oleh Kazuma. Zora membaringkan tubuhnya di atas kasur, ia masih merasa mengantuk tapi sayangnya tidak bisa tidur karena lelah. Jadilah Zora yang hanya termenung menatap langit langit kamarnya. Entah apa yang di pikirkannya.
"Tidak pergi sekolah?" Tanya Kazuma yang duduk di samping kasur dengan bersandar pada ranjang tersebut.
"Sudah sangat telat untuk pergi sekolah."
"Kalau begitu, ayo habiskan waktu bersama."
Tidak ada jawaban apa pun dari Zora membuat Kazuma penasaran dengan apa yang di lakukan oleh cucu kesayangannya tersebut. Awalnya Kazuma mengira mungkin Zora ketiduran, tapi dugaannya salah karena ia melihat Zora yang kembali termenung.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Kazuma lembut dengan mengusap pucuk kepalanya, membuat Zora memejamkan matanya dan berusaha merasakan kehangatan dari sentuhan tangan sang kakek yang tidak pernah ia rasakan sejak kecil, meski pun sejak kecil ia slalu menginginkan hal itu tapi tak pernah ia dapatkan dari siapa pun yang membesarkannya.
"Hanya beberapa hal saja."
"Bagaimana dengan luka mu? Apa masih sakit? Mau kakek obati?"
"Sakit sih, tapi biarkan saja kek tidak perlu di obati."
"Zora... Kita adalah satu keluarga, meski kau memiliki kakek lainnya, dan juga paman, bahkan sepupu. Tapi hanya aku satu satunya yang sedarah dengan mu. Jadi kakek harap, kamu bisa terbuka terhadap kakek. Apa lagi sejak kamu lahir kita tidak bisa bersama karena bangsawan itu. Jadi maksud kakek, mari kita mulai semuanya bersama. Kamu bisa andalkan kakek dan ceritakan apa pun pada ku. Kakek akan menjaga mu mulai saat ini, kakek akan slalu dukung apa pun keputusan mu. Apa kamu mau Zora?"
"Eump kek, maaf..."
"Untuk apa?" Kazuma nampak bingung dengan pernyataan maaf cucunya tersebut.
"Soal semalem." Mendengar hal itu Kazuma tersenyum sebelum akhirnya ia bersuara. "Mau pergi ke suatu tempat? Disana sangat indah dan merupakan tempat kesukaan kakek dan nenek mu." Zora hanya menganggukan kepala tanda setuju.
Setelahnya Kazuma memanggil Shiro dan meminta Shiro untuk mengantarkannya ke puncak gunung dimana dulu biasa ia pergi. Sesampainya disana, Zora dibuat takjub akan indahnya pemandangan disana.
"Bunga bunga yang cantik, indah sekali disini kek meski udaranya lebih dingin." Seru Zora yang berjalan kesana kemari di tengah ladang bunga.
"Indah kan? Ini merupakan tempat favorit nenek mu. Bunga disini setiap harinya akan slalu mekar di pagi hari, dan mereka akan layu di malam hari. Wangi bunga bunganya pun dapat tercium, suasananya juga sangat tenang. Tempat yang pas untuk menenangkan diri dari masalah. Jadi, mau kah kamu bercerita pada kakek apa pun itu?"
Zora menghentikan langkah kakinya, ia memandang sang kakek yang sedang duduk sedari tadi di belakangnya dengan tersenyum. 'Disaat seperti ini, kakek tidak bertingkah seperti anak kecil. Ku rasa ini lebih pantas menjadi sosok kakek buat aku dari pada sifat kekanakannya itu.'
Zora menghampiri Kazuma dan duduk disebelahnya.
"Tidak banyak yang ku pikirkan kek, hanya saja... aku merasa kehidupan ku yang nyaman dan juga damai telah di rampas dalam sekejab. Sebelum aku bertemu dengan mereka semua, selama ini aku hidup bersama dengan Shiro dan Kou. Shiro bekerja demi mendapatkan uang untukku, sedangkan Kou slalu memasakkan ku masakan yang lezat. Tidak ada lagi manusia yang akan mengusik ku ketika aku berada di rumah, benar benar sangat damai dan menyenangkan.Lalu secara tiba tiba para manusia itu datang dalam kehidupan ku tanpa jeda lama. Aku merasakan sendiri bahwa mereka memang berbeda dengan manusia yang sebelumnya aku temui. Dan aku mencoba menerima mereka. Meski aku sudah mulai bisa menerima kehadiran mereka, tapi aku masih tidak bisa bersikap baik kepada mereka.
Sangat sulit kek, bagi ku itu sangat sulit. Aku tidak tau caranya untuk tidak menyinggung perasaan mereka. Karena orang orang di kehidupan ku di masa lalu, telah membuat ku memendam kebencian pada manusia lainnya. Dan aku merasa, manusia lebih buruk dari yokai. Tapi ucapan kak Suichi membuat ku berpikir, tidak semua manusia itu sama. Jadi ku rasa, aku harus bisa merubah diri ku."
"Hmm yaah... Kakek tidak tau harus berkata apa hahahaha... "
"Kakek! Tolong serius lah, kenapa kakek harus berubah seperti ini lagi sih? Menyebalkan!"
"Hahaha...." Kazuma melanjutkan ketawanya, sedangkan Zora menjatuhkan tubuhnya untuk berbaring di atas rumput disana.
"Yang perlu kau lakukan cuma belajar Zora, belajar untuk bisa menerima kehidupan baru mu. Kau tidak perlu merubah dirimu, karena itu akan lebih menyakiti dirimu sendiri. Jalani saja seperti biasanya, dan belajarlah untuk menerima apa pun yang ada di hadapan mu.
Selama ini kau slalu di kejar kejar yokai bukan hanya untuk mendapatkan kekuatan dari darah mu? Manusia atau pun yokai itu sama, sebagian dari mereka ada yang baik, sebagian dari mereka ada yang jahat.
Jika dulu kau slalu menemukan yang jahat, maka saat ini waktu mu untuk menemukan yang baik. Jika kau lebih nyaman dengan yokai meski tau ada yokai jahat yang mengincar mu, maka untuk awalan anggaplah manusia seperti yokai. Lalu sedikit demi sedikit, coba kau rubah anggapan itu bahwa mereka adalah manusia.Dan soal dendam? Kau juga harus belajar untuk menghilangkannya. Caranya? Sama seperti sebelumnya yang kakek katakan pada mu. Kau anak yang pintar kan? Kau suka sekali dengan belajar hingga kau slalu mendapatkan peringkat di sekolah mu. Maka anggaplah ini pelajaran yang harus kau pelajari hingga kau lulus, mengerti?"
"Tidak."
"Haah??? Seperti itu saja kau tidak mengerti? Apa kau benar benar anak yang pintar? Kalau begini saja kau tidak paham, kakek yakin kamu tidak bisa mematahkan keyakinan Kano yang sudah merendahkan mu sebagai anak yang bodoh."
"Jangan bawa bawa soal itu kek! Saat pindah kesana aku sangat yakin kalau kakek buyut akan segera tercengang melihat kepintaran ku!"
"Kalau tidak mau aku bawa bawa soal itu, seharusnya kau paham dengan apa yang ku katakan tadi! Padahal aku sudah mengatakannya dengan sangat mudah biar kau mengerti, tapi kau masih saja tidak mengerti! Kau ini sebenarnya cucuku dengan Rachel bukan sih? Kalau memang iya, seharusnya kau pintar tidak bodoh seperti ini!"
"Argh kakek berisik! Aku paham kek, sangat paham!"
"Aku tidak percaya!"
"Terserahlah, dan jangan bahas ini lagi! Aku ingin menikmati tempat ini." Zora bangun dan kembali berjalan kesana kemari menikmati ladang bunga tersebut.
Tak lama kemudian....
"Oh benar, aku kan sudah buat janji dengan Xeno dan Lily." Gumamnya, dan Zora kembali menghampiri kakeknya.
"Kek kita harus kembali, semalam aku membuat janji dengan dua bocah. Ibu mereka sedang sakit, dan aku ingin meminta dokter keluarganya kak Suichi untuk mengobatinya."
Kazuma tersenyum mendengar apa yang di katakan oleh sang cucu, kemudian Kazuma memanggil Shiro dan mereka pergi menemui Suichi. Sebenarnya Zora tidak tau dimana Suichi sekarang berada, tapi berkat Shiro dan penciumannya, mereka berhasil datang tepat di hadapannya Suichi.
"Kak... Aku butuh bantuan mu!" Seru Zora begitu turun dari Shiro. Dan kemudiannya Zora bercerita tentang kejadian semalam atau lebih tepatnya lagi dini hari. Setelahnya Zora, Kazuma, Suichi dan dokternya datang berkunjung ke rumah Xeno dengan membawa makanan yang berisikan daging, sesuai dengan janjinya.
Tapi di tengah jalan, Zora lupa akan jalan menuju rumah mereka. Dan beruntungnya, mereka bertemu dengan Lily yang tengah berjualan bunga berkeliling di alun alun kota. Lalu mereka semua pergi menuju rumah Xeno.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...