Double up
Yeaaay ^^Hari telah berganti, Aoi telah tiba terlebih dahulu di sekolah, bahkan jam pelajaran pun telah di mulai. Aoi jadi cemas memikirkan Zora karena hingga saat ini belum juga tiba di sekolah. Pikirannya bercabang antara Zora dan pelajaran. Aoi takut sesuatu yang buruk terjadi ketika Zora berangkat ke sekolah.
"Sreeek..." Terdengar suara pintu terbuka, semua pandangan seisi kelas beralih pada seorang yang membuka pintu tersebut."Maaf saya terlambat." Ucap orang tersebut yang tak lain adalah Zora.
"Duduklah dan jangan mengganggu pelajaran." Ujar si guru tersebut dan kembali menjelaskan pelajaran yang sedang di bahasnya tadi.
"Kenapa telat? Apa ada yang mengganggu mu?" Tanya Aoi berbisik.
"Tidak, aku hanya..." Zora menghentikan ucapannya sembari menggaruk pipinya yang tak gatal dengan jari telunjuknya.
"Puft..." Aoi menahan tawanya, ia tau apa penyebab Zora terlambat.
"Jangan menertawai ku." Ketus Zora.
"Kau lucu Zora. Sudah tau kalau buta arah, kenapa tidak di antar saja sama pengawal mu? Atau kau bisa meminta pak Suichi untuk datang menjemput mu? Oh benar, kenapa kau tidak meminta Shiro atau Kou mengantar mu ke sekolah?" Ledek Aoi.
"Aku bukan anak kecil, kenapa juga harus meminta di antar segala."
"Dari pada kau terlambat seperti ini? Dan kau akan ketinggalan pelajaran."
"Tidak masalah, aku sudah belajar hingga level SS, ini hal mudah bagi ku." Sombong Zora akan kepintarannya.
"Lalu kenapa kau tidak loncat kelas saja? Agar tidak menyepelakan pelajaran dan sekolah."
"Aku tidak mau! Aku ingin menikmati waktu ku dengan sangat baik, aku tidak ingin cepat dewasa."
"Apa hubungannya dengan cepat dewasa?"
"Kalian berdua yang duduk di belakang, jika sudah selesai mengobrolnya sekarang juga keluar kelas dan bersihkan toilet hingga pelajaran selesai!" Titah sang guru memberikan hukuman, rupanya guru itu memperhatikan mereka berdua sejak tadi yang terus saja mengobrol tanpa henti.
"Baik pak." Jawab serempak keduanya dan berjalan keluar kelas. Di saat keduanya tiba di toilet mereka segera membersihkannya. Pada awalnya Zora mengerjakannya dengan benar, namun setelahnya ia berhenti, Zora pun memilih untuk duduk dan membiarkan Aoi yang tak sadar akan tindakannya bekerja seorang diri.
"Menyenangkan juga mendapatkan hukuman seperti ini, lain kali kita harus melakukannya lagi Aoi. Enak kan kita bisa bebas dari kelas dan bisa bermain bersama." Celetuk Zora.
"Aku tidak mau, bagaimana jika aku ketinggalan pelajaran?" Ujar Aoi yang masih fokus bekerja.
"Kau sebenarnya pintar kan? Kenapa kau harus berpura pura menjadi orang bodoh? Aku tau, kau sebenarnya lebih pintar dari Vero, tapi aku tidak tau kenapa kau slalu menghapus jawaban yang benar dan menggantinya dengan jawaban yang salah? Apa kau tidak percaya diri? Hmm.. Ku rasa tidak juga."
"Aku ragu dengan jawaban ku, itu sebabnya aku hapus dan menggantinya. Tapi aku tidak pernah menduga kalau jawaban yang sebelumnya itu benar."
"Eeeh... Bohong sekali. Ya kan, Hana?" Tanya Zora kepada Hana yang entah sejak kapan menggantikan Zora membersihkan toilet.
"Itu benar Zora-sama, Aoi-sama hanya tidak mau dirinya mencolok. Aku sudah bertanya tanya tentang dirinya jadi aku tau soal itu." Seru Hana membuat Aoi membalikkan badannya namun ia terkejut melihat apa yang terjadi di belakangnya.
"Hana! O-oi... Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membersihkan toilet? Dan kau Zora! Siapa yang menyuruh mu berhenti bekerja? Kerjakan sendiri hukuman mu! Jangan memerintah Hana!"
"Kenapa? Apa itu salah jika aku hanya duduk santai dan meminta Hana melakukan tugas ku?" Tanya Zora tanpa rasa bersalah.
"Tentu saja salah... Hana milik ku, kalau kau ingin meminta tolong kepadanya, setidaknya katakan terlebih dahulu pada ku, pastikan kau mendapatkan izin dari ku. Selain itu, ini hukuman yang harus kita sendiri menyelesaikannya karena kesalahan kita. Kau harus belajar bertanggung jawab Zora."
"Aku tau soal tanggung jawab, tapi membersihkan toilet sungguh melelahkan. Selain itu, aku ini pangeran. Apa pantas seorang pangeran melakukan hal seperti ini? Jika ada yang bisa ku suruh untuk menggantikan ku, kenapa aku harus mengerjakannya. Ya kan Hana?"
"Benar sekali Zora-sama, aku tidak masalah jika Zora-sama memerintahkan ku. Sebagai orang besar seperti mu, pekerjaan rendahan seperti ini tidak pantas Zora-sama kerjakan." Bela Hana membuat Zora semakin besar kepala.
"Bukan seperti itu Hana... Justru dari hal sekecil ini lah Zora harus belajar tanggung jawab, terlebih dia seorang pangeran. Jika hal kecil ini dia tidak bisa bertanggung jawab, lantas bagaimana dengan hal yang besar? Dia akan tumbuh menjadi orang yang brengsek, aku tidak bisa membayangkan seperti apa dewasanya nanti." Keluh Aoi.
"Kenapa Aoi-sama memikirkannya jauh sekali ke depan? Zora-sama masihlah anak anak, bahkan bisa di katakan ia masih bayi. Masih butuh beribu tahun lamanya untuk menjadi dewasa. Jadi tugas seperti ini tidak bisa di lakukan oleh Zora-sama." Hana masih bersikeras membela Zora.
"Kau pikir dia ini yokai? Kenapa kau menghitung usianya dengan usia yokai?"
"Jika kau lupa, aku ini juga yokai Aoi." Saut Zora dengan tersenyum senang menatap Aoi. Sedangkan yang di tatap hanya menghela nafas panjang.
"Baiklah kau menang, aku akan slalu kalah berdebat dengan mu. Lakukan sesuka mu Zora. Dan kau Hana, kenapa kau lebih membela Zora dari pada aku yang merupakan tuan mu?" Tanya Aoi kepada Hana, ia tak terima dengan pembelaannya terhadap Zora.
"Karena Zora-sama tuan ku yang pertama, Aoi-sama tuan ku yang ke dua. Sudah pasti aku akan lebih membela Zora-sama terlebih dahulu hehehe..."
"Ya ya ya... Kalian berdua menang, lakukan sesuka kalian. Seorang pria sejati seperti ku memang slalu di kalahkan dan juga di salahkan oleh seorang wanita."
"Apa maksud mu Aoi? Aku juga pria sejati bukan seorang wanita!" Bantah Zora tak terima di anggap wanita oleh Aoi.
"Ck.. Ck.. Ck..." Aoi berdecak sembari jari telunjuknya yang ia gerakkan ke kanan ke kiri. "Tidak ada pria sejati yang memiliki paras cantik seperti mu Zora." Lanjutnya.
"Aku tampan, sangat tampan! Benarkan Hana?!" Zora meminta pembelaan kepada Hana.
"Hmm menurut ku itu tidak benar, kali ini aku sependapat dengan Aoi-sama bahwa Zora-sama sangatlah cantik. Oh, mungkin kah Zora-sama sebenarnya seorang gadis?" Ungkap Hana menelisik mencari kebenaran dengan menatap Zora.
"Yak! Kenapa kau sekarang membela Aoi? Kau bilang kau akan lebih membela ku dari pada Aoi?" Kesal Zora.
"Memang sih aku mengatakan itu, tapi kan Zora-sama... Aoi-sama mengatakan hal yang sesungguhnya, jadi mana mungkin aku akan mengelaknya dan berbohong. Jadi Zora-sama tidak perlu marah marah seperti ini, seharusnya Zora-sama bersyukur karena terlahir menjadi seorang yang cantik."
Aoi tertawa terbahak bahak, sedangkan yang di tertawakan merasa kesal dan pergi meninggalkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...