Chap 20

164 25 2
                                    

Zora yang mendengar tengu itu sedang batuk, dengan segera melepas pegangannya pada sayap yang nampak cantik itu.

"Maafkan aku." Ucap Zora yang nampak malu akan kelakuannya tadi.

Tengu itu hanya menatap dingin Zora dan membuka sebuah pintu yang ada di hadapannya.

"Ayah, aku sudah datang membawa Zora-sama." Ucap tengu itu kepada tengu yang sedang berbaring di atas kasur.

Tengu tersebut masuk dan mendekati tengu yang sedang berbaring itu, dan Zora mengikutinya begitu saja.

"Selamat datang Zora-sama, maafkan aku yang sudah meminta anda datang kesini dengan cara yang tidak baik." Ujar tengu yang berbaring itu.

"Apa ada suatu hal yang harus aku bantu?" Tanya Zora dengan terseyum.

"Ah benar, sebelum itu perkenalkan kami Zora-sama. Aku pemimpin disini, meski pun sekarang keadaan ku kurang baik. Nama ku Kagami, dan yang menjemput itu adalah anak ku, calon pemimpin nanti, dan dia bernama Jun."

Zora hanya tersenyum mendengarnya sambil melihat wajah Kagami serta Jun. Sedangkan Jun masih saja menatap dingin Zora seakan ia nampak tidak suka dengan kehadirannya.

"Sebenarnya aku ingin meminta tolong pada mu, ada seorang pemburu yokai yang dengan sengaja mengusik pelindung yang kami buat.

Aku tidak tau dia siapa, dan ada tujuan apa dia datang ke tempat kami.
Pada awalnya kami mendiamkan pemuda itu, tapi setiap harinya dia slalu mengusik kami.

Jadi aku memutuskan untuk turun dan menemui pemuda itu. Tapi belum sempat aku bicara untuk bertanya tanya, pemuda itu segera menyerang ku dan ingin menyegel ku ke dalam kendi.

Aku dapat menghindar, tapi aku tidak bisa menyerang balik. Karena aku ingat dengan perjanjian para leluhur kita dan juga karena aku sudah terlalu tua.

Kekuatan ku sepenuhnya sudah ku gunakan untuk pelindung rumah kami, kalau aku membagi kekuatan ku untuk menyerang pemuda itu, pasti rekan rekannya bisa dengan mudah merusak pelindung itu dan menyerang rumah kami.

Jadi hasilnya aku terluka, tapi aku merasa sangat senang karena aku masih bisa menjaga pelindung beserta seluruh  keluarga ku." Lanjut Kagami.

"Jadi, kau ingin aku menyembuhkan mu?" Tanya Zora.

"Itu suatu kehormatan bagi ku Zora-sama, tapi bukan itu yang ingin kami mintai tolong. Darah Zora-sama terlalu berharga untuk ku, tentu saja aku tidak akan memintanya.

Permintaan ku adalah, tolong bantu kami untuk mengusir pemuda itu. Kami hanya bisa mengandalkan Zora-sama, dan hanya anda yang bisa menghentikannya."

"Kenapa kau begitu yakin?"

"Karena anda merupakan keturunan Kazuma-sama. Dulu sekali hal ini pernah terjadi, dan Kazuma-sama yang membantu ku untuk melindungi kami.

Dengan kekuatannya, Kazuma-sama dapat membuat para manusia itu mundur dan tidak datang lagi."

"Tapi, aku tidak memiliki kekuatan apa pun, hanya darah ku yang bisa membantu para yokai."

"Apa yang anda bicarakan Zora-sama? Dengan spiritual anda yang sangat besar, tidak mungkin anda tidak memiliki kekuatan."

"Tapi itu benar."

Kagami tertawa kecil melihat keseriusan Zora yang di anggapnya sedang bercanda. "Mendekatlah Zora-sama, aku akan sedikit berbagi ingatan ku di masa lalu." Ujar Kagami.

Zora mendengarkan apa yang di katakannya, Zora mendekat dan ke dua pipi Zora di pegang oleh Kagami.

Kening mereka berdua saling bersentuhan, dan Kagami memejamkan kedua matanya.

"Pejamkan mata mu Zora-sama." Titah Kagami.

Lalu munculah sebuah ingatan yang nampak nyata ketika Zora sudah memejamkan mata.

Ia melihat sebuah pertarungan antar tengu dan manusia, dan disitu Zora melihat kakeknya yang sedang membantu tengu.

Zora terus memperhatikan kakeknya yang sedang bertarung dengan sangat serius. Dan berakhirlah ingatan itu.

"Anda sudah melihatnya Zora-sama, anda pasti bisa melakukan apa yang di lakukan oleh Kazuma-sama.

Anda merasa tidak bisa karena tidak ada yang mengatakannya dan juga tidak ada yang mengajari anda.

Jika anda mencoba mengikuti apa yang anda lihat tadi, pasti anda bisa seperti Kazuma-sama." Ucap Kagami meyakinkan Zora.

"Baiklah baiklah, aku akan mencobanya nanti meski aku berharap aku bisa bicara baik baik dengan orang yang mengusik kalian itu, jadi aku tidak perlu melakukan kekerasan. Lalu, kapan orang itu datang?"

"Aku tidak tau kapan pastinya pemuda itu datang, tapi sudah dua hari ini ia tidak datang. Bisa saja nanti dia akan datang lagi."

Zora membuang nafas karna kesal, "Kalau begitu biarkan aku pulang. Mungkin saja orang itu sudah menyerah untuk menyerang lagi."

"Tapi Zora-sama, baru dua hari dia tidak datang. Pasti ada kemungkinan kalau orang itu akan datang lagi."

"Sudah dua hari kan, pasti dia akan menyerah. Aku ingin pulang sekarang, jika orang itu datang lagi baru aku akan kesini dan membantu."

"Bilang saja kalau kau tidak mau membantu kami! Dasar manusia, mereka semua sangat egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri!

Ayah, ku bilang juga apa! Tidak perlu meminta bantuan sama bocah ingusan ini. Percuma saja bukan! Aku sudah susah payah membawanya kesini demi ayah, tapi dia menolak membantu kita!" Saut Juan dengan emosinya.

Zora merasa kesal dengan ucapan Juan, "Bocah ingusan kata mu.". Gumam Zora dengan mengepalkan tangan kanannya, dan "Buaaak..." Zora memukul Juan tepat pada perutnya hingga membuat Juan terjatuh dan batuk batuk hingga mengeluarkan sedikit darah dari mulutnya.

"Jangan sebut aku bocah ingusan, sialan! Dan jangan asal bicara menuduhku tidak mau membantu kalian.

Aku bilang aku akan membantu jika orang itu datang lagi! Kau bisa dengar itu dengan jelas bukan!" Kesal Zora.

"Itu pasti hanya alasan mu saja kan, padahal sebenarnya kau hanya ingin pulang ke rumah mu dan tidak akan perduli dengan kita." Seru Juan yang segera berdiri dan menyeka darah di mulutnya.

"Aku harus pulang sekarang karena tadi ada teman ku yang berada di rumah, mereka pasti khawatir dan pasti akan sangat marah pada mu yang tiba tiba saja menculik ku kesini.

Aku pulang untuk membuat mereka tenang dan menghilangkan kecemasan mereka. Dan aku akan meminta teman ku yang lainnya untuk berjaga disini, jika orang itu datang dia bisa cepat pergi dan menjemputku!"

"Kau pasti hanya beralasan saja!" Ucap Juan dengan nada suara yang semakin tinggi.

Zora termakan emosi, baru kali ini ia merasa sangat marah. Zora kembali mengepalkan tangannya, dan benar benar ingin memukul tengu yang sempat ia kagumi akan sayap indahnya itu.

"Juan! Jaga sikap mu!" Saut Kagami.

"Tapi ayah..."

"Minta maaf pada Zora-sama, kau sudah bersikap lancang kepadanya."

"Kenapa aku harus minta maaf? Aku tidak melakukan kesalahan apa pun, aku bicara hal yang sebenarnya."

"Minta maaf kata ku!" Titah Kagami dan Juan hanya diam memendam rasa kesalnya yang tak jua hilang.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang