Usai Shiro dan Suichi berdebat panjang kali lebar, akhirnya mereka mengambil keputusan dalam pembagian 50 : 50.
Mereka terus berdebat hingga Zora tengah bersiap siap untuk pergi ke pertemuan tersebut, sekitar satu jam lamanya hingga membuat mereka lelah dalam beradu mulut.
Dalam perjalanan ke perkumpulan tersebut, Shiro naik ke atas pundak Zora dalam bentuk anjing kecil.
Disana Zora melihat banyaknya manusia dan yokai, bahkan ada manusia yang menggunakan topeng kertas berbentuk satu mata yang besar.
"Mereka manusia yang tidak mau wajahnya di lihat, itu sebabnya mereka menggunakan topeng tersebut." Tutur Suichi menjelaskan.
Zora di ajak masuk ke sebuah ruangan oleh Suichi, dan memintanya untuk menunggu karena Suichi harus bertemu dengan Seiya.
Bahkan Shiro ikut pergi mengikuti Suichi. Tinggalah Zora seorang diri yang tidak tau harus berbuat apa, sementara ruangan itu tidak ada apa apa selain sebuah meja, lukisan dan vas bunga.
Tak lama Zora ditinggal seorang diri, datanglah seorang pria paruh baya membuka pintu ruangan dimana Zora berada di dalamnya.
"Oh ada anak muda disini, saya kira ruangan ini kosong. Boleh saya ikut duduk di dalam?" Tanya pria paruh baya tersebut.
"Silahkan." Jawab Zora yang terus memerhatikan wajah pria itu.
Pria paruh baya masuk dan terus melihat sekitar sebelum akhirnya ia duduk di hadapan Zora.
"Dari keluarga mana?" Tanya pria itu ke pada Zora.
"Oh itu, aku datang bersama kak Suichi."
"Suichi? Maksud mu Tanuma Suichi?"
"Iya benar."
"Zora maaf sudah membuat mu lama menunggu." Seru Suichi yang kemudian membuka pintu ruangan itu dan kembali berkata ketika melihat ada orang lain di dalam sana, "Oh pak Kino ada disini?"
"Yaah Suichi, ku kira ruangan ini kosong aku tidak menyangka kalau ada teman mu disini." Ujar pria paruh baya yang bernama Kino, dan ia berdiri menghampiri Suichi yang masih berdiri di depan pintu.
Saat itu Zora semakin menatap wajah Kino dengan menyipitkan ke dua matanya. Tanpa di sadari Zora berdiri di samping Kino dan menarik sesuatu yang nampak seperti kertas namun telah retak dan sedikit terkelupas dari wajahnya.
"Apa ini juga termasuk topeng yang di kenakan dalam pertemuan? Maaf tapi topeng anda terlihat sedikit rusak." Ucap Zora dengan polosnya.
Namun kertas yang Zora tarik merupakan yokai yang menempel pada tiap wajah orang yang di hinggapinya.
Zora terkejut dengan kertas yang sudah di ambilnya itu berubah wujud seperti sebuah kumpulan asap yang memiliki mulut dan terus merintih.
Suichi dengan sigapnya menghancurkan yokai tersebut.
"A-apa itu tadi?" Tanya panik Zora.
"Kau terkejut Zora? Inilah yang ingin aku mintai tolong padamu. Ada yokai yang menempel pada wajah seseorang.
Dan yang kau temukan tadi merupakan anaknya, jadi tolong temukan induknya. Seharusnya dia berada disini.
Orang yang membawa induknya itu lah, pelaku yang sedang kami cari."
"Bagaimana caraku dapat mengetahuinya?"
"Tadi, apa yang kau lihat dari wajah pak Kino? Katakan padaku."
"Aku melihat ada kertas retak yang menempel pada wajah pak Kano, dan itu sedikit terkelupas."
"Hebat sekali, aku hanya melihat wajah pak Kano seperti biasa. Tidak dapat melihat apa yang kau katakan itu.
Jadi cara agar kau dapat menemukan induknya, dengan cara yang sama tadi. Kau harus melihat wajah wajah dari para tamu, dan temukan pelakunya segera mungkin." Ujar Suichi dengan tersenyum.
"Haaah? Dari segitu banyaknya orang aku harus melihat satu satu? Bagaimana dengan orang yang menggunakan topeng?
Apa aku harus melepaskan topengnya? Kak Suichi, apa tidak ada cara lain? Itu terlalu memakan waktu." Protes Zora yang sebenarnya tidak ingin melakukan saran yang di anjurkan oleh Suichi.
"Aku tidak tau cara lain karena aku saja tidak mengetahuinya, kau yang dengan mudahnya mengetahui yokai yang menempel di wajahnya pak Kano itu.
Kalau kau ingin cara lain, kau harus temukan itu sendiri. Jangan tanyakan padaku, dan berjuanglah. Kita berada disini hingga malam."
"Tapi kak, aku..."
"Kenapa?"
"Dengan banyaknya yokai dan manusia disini yang berbaur, aku tidak tau bagaimana cara membedakannya." Ucap pelan Zora.
Mata Suichi terbelalak seakan tidak percaya dengan perkataan Zora. "Bisa kau katakan sekali lagi? Sepertinya aku salah mendengar sesuatu." Ujar Suichi berusaha meyakinkan diri bahwa apa yang di dengarnya itu salah.
Setelah menghela nafas, Zora kembali berkata dengan lantangnya. "Aku tidak bisa membedakan yokai yang berwujud manusia dengan manusia sesungguhnya."
"Pfft... Hahhaha kau konyol sekali Zora." Ledek Suichi setelah mendengar perkataan Zora yang rupanya Suichi memang tidak salah dengar.
"Jangan ketawa!" Bentak Zora.
"Maafkan aku, hanya saja itu lucu. Jelas jelas mereka berbeda, bahkan kau bisa mencium aroma khas yokai, jadi kau bisa segera tau dari itu kan."
"Tapi di mata ku, mereka terlihat sama. Itu sebabnya aku selalu salah menduga ketika melihat seseorang yang tiba tiba bersikap baik padaku dan ingin bicara dengan ku.
Itu membuatku senang karena pada akhirnya ada manusia yang tidak menganggap ku aneh.
Tapi sejak aku masih kecil, semua yang melakukan hal itu adalah yokai. Aku kesal karena merasa tertipu, dan kesal karena tidak bisa membedakannya.
Dan aroma khas yang kak Suichi katakan itu, aku tidak dapat mengetahuinya. Baik itu yokai atau manusia, aku slalu mencium aroma yang sama." Ujar Zora dengan raut wajahnya yang sendu.
Suichi tiba tiba teringat saat pertama kali datang ke sekolah Zora, dan Zora menatap Suichi tanpa berkedip.
'Jadi itu alasannya...' Batin Suichi.
"Baik, lupakan persoalan itu! Sekarang kau harus fokus dalam pekerjaan ini. Lakukan apa pun itu, dengan cara apa saja yang kau bisa lakukan. Aku menunggu kabar baik dari mu Zora, semangatlah."
Zora pun pergi meninggalkan Suichi dan pergi berkeliling, setiap ada orang yang di dekatnya, Zora terus menatap wajahnya dengan tajam dan mengamati.
Tapi belum ada hasil apa pun. Ketika Zora bersandar pada sebuah tembok, ia melihat seperti sebuah leher panjang yang naik ke atas melalui tangga.
Dengan sergapnya Zora mengikuti hingga bertemu dengan seorang pria muda. Zora berjalan perlahan dan menatap wajah orang itu bahkan setelah sedikit melewatinya.
Pria muda itu sedang berdiri menghadap sebuah jendela yang terbuka, dan memandangi pemandangan yang ada di luar.
Zora menghentikan langkahnya setelah melihat hal yang tak asing menempel pada wajah pria muda itu.
Dengan segera Zora menarik sekuat tenanganya, hingga yokai itu terlepas dari wajah pria muda itu.
Namun, meski berhasil keluar. Pria muda itu menyentuh yokai tersebut dan menempelkannya kembali ke wajahnya.
Dengan tersenyum kepada Zora yang sedang duduk akibat terjatuh karena menarik yokai itu, pria muda itu berkata, "Apa yang sedang kau lakukan? Dari keluarga mana kau berasal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...