Chap 33

126 19 0
                                    

"Pangeran Farel maaf mengganggu waktu anda, ada seorang wanita dengan seorang pria datang ingin bertemu dengan anda." Ucap Yuzu di tengah makan siangnya Farel bersama Kano.

"Siapa? Yuzu, suruh mereka menunggu sebentar lagi." Titah Farel yang segera di laksanakan oleh Yuzu.

"Tidak tau waktu, siapa yang berani datang di tengah jam makan siang seperti ini?" Kesal Kano.

"Sudahlah ayah, tidak apa. Lagi pula itu tamu ku bukan tamu ayah. Baiklah aku pergi dulu." Farel segera menuju ruangan dimana kedua tamu tersebut menantinya.

Ketika pintu itu terbuka, betapa terkejutnya Farel melihat sosok wanita yang sedang menantinya. Wanita itu tak lagi muda seperti terakhir kali mereka bertemu namun kecantikannya masih terukir pada wajah wanita tersebut.

Sosok wanita yang pernah singgah di hatinya, aah bukan... Melainkan sosok wanita yang slalu singgah di hatinya hingga saat ini. Dua puluh tiga tahun yang lalu mereka sempat menikah, namun beberapa bulan pernikahannya sang istri pergi meninggalkannya tanpa sebab, tanpa alasan.

Dan setelah kejadian itu, Farel tidak mau menikah lagi. Sebelum menikah pun Farel juga tidak ingin menikah dengan siapa pun sebelum kerangka jenazah adiknya di temukan. Lalu berbagai bujukan yang Farel terima hingga akhirnya ia memutuskan untuk menikah.

Baru beberapa bulan pernikahannya sang istri pergi, dan Farel kembali akan keputusannya itu. Tidak akan menikah dengan siapa pun hingga jenazah Rachel di temukan.

"Clara...." Gumam Farel yang nampak sedikit bergetar, ia langkahkan kakinya mendekati istri tercintanya. Tunggu sebentar, istri? Apakah hubungan mereka masih suami istri? Memang tidak ada kata pisah dari salah satu mereka. Tapi sekarang, sudah dua puluh tiga tahun berlalu, apakah mereka masih sah atau tidak?

"Aku datang kesini untuk meminta maaf padamu pangeran Farel dan juga menjelaskan alasan kenapa aku pergi." Tutur lembut Clara.

Keadaan menjadi canggung, tidak ada yang bersuara. Clara menarik nafas dalam dalam hingga ia menjelaskan apa yang sudah terjadi selama ini.

"Pangeran tau benar jika pada saat itu pernikahan kita tidak dapat restu dari orang tua ku. Pada saat itu mereka mengancam padaku akan membantai keluarga Glavador jika aku tidak kembali ke istana.

Aku tidak ingin itu terjadi, itu sebabnya aku kembali pulang menuruti perkataan ayah. Tapi setibanya di rumah, ayah mengurung ku di kastil ketika mengetahui aku tengah mengandung anak mu.

Keinginan ayah untuk menikahkan ku dengan kerajaan lain sirna, membuat ayah jadi marah dan murka. Dan aku tidak boleh keluar dari kastil selama ayah hidup.

Belum lama ini ayah meninggal, dan kakak ku mengizinkan ku untuk datang kembali kesini. Sekedar memberi penjelasan, menanyakan akan hubungan kita apakah sudah berakhir atau belum, serta mempertemukan pangeran dengan anak pangeran yang selama ini tidak pernah pangeran ketahui."

Clara merangkul pria di sampingnya dengan kedua tangannya. "Ini anak mu pangeran, aku tidak berkata bohong. Pangeran boleh melakukan tes dna untuk mengetahuinya, nama anak kita Giovani usianya sudah dua puluh dua tahun."

Giovani menatap dalam mata sang ayah lalu memberikan salam serta memperkenalkan diri.
"Nama ku Giovani Humburk, anak dari Clara Humburk kerajaan Antaris."

Ini semua tidak dapat di cerna dengan baik oleh Farel, ada perasaan senang, namun ada juga perasaan bimbang. Farel tidak tau apa yang harus ia katakan, ia masih terkekang dengan kenyataan ini.

"Hah... Hah... Hah...." Nafas yang begitu tersengal sengal, kini orang tersebut tengah mengaturnya kembali agar kembali normal.

"Apa yang kau lakukan disini anak muda? Kau mencoba untuk membolos sekolah?" Tanya pria dewasa yang berada di sampingnya.

Mereka berdua sedang duduk di bangku taman kota, seseorang yang sedang mengatur nafasnya kembali tak lain adalah Zora.

"A-aku tadi kesiangan, jadi aku tidak bisa masuk ke sekolah." Jawab Zora dan nafasnya kini mulai teratur kembali.

"Kau nampak lelah, ini minumlah." Sebotol air yang nampak seperti air teh di dalamnya ia ulurkan dan hendak memberikannya kepada Zora.

"Tidak usah paman terima kasih banyak."

Namun orang itu tidak menyerah untuk memberikannya, kali ini pria itu sedikit memaksa.

"Tidak baik menolak pemberian orang lain, apa lagi dia lebih tua dari mu. Minum ini agar lelah mu hilang."

Zora nampak enggan namun ia menutuskan untuk menerimanya, meski ia sedikit merasa ragu dengan orang di sampingnya. Kenapa ada orang yang mau mengajaknya bicara bahkan menawarkan minuman? Bukan kah di lingkungan rumah dan sekolahnya banyak yang mengabaikannya?

Apa karena Zora berlari terlalu jauh, dan orang orang disini tidak tau akan Zora yang di kenal aneh atau pun sakit jiwa?

"Kenapa melamun? Ayo di minum airnya, dan katakan padaku bagaimana rasanya. Teh itu aku yang buat sendiri dan tehnya berasal dari kerajaan Zemburg, kau pasti tau teh dari kerajaan itu sangatlah enak jika kita membuatnya dengan benar.

Soal itu... Zora mengetahuinya, kerap kali teman kelasnya bercerita soal teh yang berasal dari kerajaan Zemburg dan rata rata dari mereka selalu gagal membuatnya.

Siapa yang sangka Zora akan mendapatkan kesempatan untuk merasakan teh tersebut yang harganya saja terbilang mahal.

Zora membuka tutup botol dan menegak tehnya hingga habis setengah, memang dasarnya Zora kehausan juga karena lelah berlari untuk menghindari....

"Bagaimana rasanya?" Tanya pria itu dengan memberikan senyuman yang nampak jahat di mata Zora.

Botol minumannya terjatuh, kedua tangan Zora memegangi tenggorokannya yang terasa panas dan juga sakit.

"A...a...." Suara Zora tidak dapat keluar.

"Keluarlah dan urus anak ini." Titah pria itu kepada rekan rekannya yang bersembunyi di taman tersebut.

"Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, tapi maaf saja aku harus membuat kau tidak bisa bicara dalam beberapa waktu. Meski sebenarnya aku di perintahkan untuk membuat mu tidak lagi dapat bicara, mengetahui kau yang masih anak kemarin sore, mana aku tega melakukannya." Seru pria itu yang kemudian meninggalkan Zora bersama beberapa rekannya.

Rekan rekannya merupakan orang yang mengejar Zora ketika ia hampir sampai sekolah, membuat Zora harus berlari jauh hingga ke taman ini. Tanpa di sadari tujuan mereka menggiring Zora untuk bertemu dengan pria tadi dan membuat Zora meminum air teh tersebut setelah lelah berlari.

Bukan hanya membuat tenggorokan Zora sakit dan tidak dapat bicara, tapi tenaga Zora seakan melemah. Entah campuran apa saja di campurkannya itu.

Zora di seret oleh orang orang itu dan di masukkannya kedalam kereta kuda. Sementara kereta kuda itu yang memilikinya hanyalah para bangsawan serta kerajaan. Dan untuk kalangan orang biasa, hanya para orang kaya yang memilikinya serta para saudagar, yang di gunakan untuk perdagangan atau alat transportasi.

Di dalam kereta kuda itu, kedua tangan dan kaki Zora di ikat kuat serta juga matanya di tutup kain agar tidak mengetahui kemana ia akan di bawa.
















Maaf ya jika nama kerajaannya aneh gitu
Soalnya aku gak pandai cari nama kerajaan
Jadinya aku ngasal aja :v

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang