Setelah membeli beberapa cemilan dan minuman yang di inginkan Suichi, mereka berdua kembali melanjutkan jalannya menuju rumah Zora.
Sesampainya di rumah Zora...
"Ini rumahku kak, maaf jika membuatmu tidak nyaman. Duduklah dimana pun yang kak Suichi mau, aku akan ganti baju terlebih dahulu." Seru Zora.
Suichi melihat lihat rumah Zora yang tidak banyak memiliki barang, sehingga rumah yang tidak terlalu besar ini terlihat sangat luas namun sepi.
"Hanya ada meja kecil saja? Ku rasa meja ini di gunakannya untuk makan. Benar benar, tidak ada apa pun di rumahnya. Bahkan lukisan saja tidak ada." Gumam Suichi.
Suichi duduk mengampar di dekat meja kecil itu dan terus menunggu Zora yang sedang berganti pakaian.
"Apa memakan waktu hingga 15 menit untuk berganti pakaian? Kenapa lama sekali." Gumam kembali Suichi yang sudah tidak betah untuk menunggu.
Seketika terlintas dalam benaknya, kalau mungkin saja Zora sedang di serang oleh yokai.
Dengan sergap Suichi menuju kamar Zora yang nampak hening tak terdengar suara apa pun, Suichi pun masuk begitu saja dengan membuka pintu sangat keras.
Mata Suichi terbelalak melihat Zora yang tidak mengenakan baju sedang di tahan oleh ayakashi yang memiliki empat tangan.
Salah satu tangan ayakashi itu menutup mulut Zora, satu lagi merangkul pada pinggulnya, sementara dua tangan yang tersisa sedang berusaha beradu tangan dengan milik Zora.
Suichi segera merapalkan mantra sihirnya, dan dengan kertas yang sudah tertulis mantra yang selalu ia bawa di dalam sakunya.
Kertas itu di letakkan di tangan kirinya yang memanjang lurus ke depan, tangan kanannya dengan jari telunjuk dan jari tengahnya terbuka sementara sisanya mengepal, ia hadapkan tepat di bibirnya.
Usai mantra sihirnya di rapalkan, tangan kanannya segera di hentakkan lurus ke kertas yang ada di tangan kirinya.
Sehingga kertas tersebut terbang ke arah ayakashi itu dan menempel tepat di keningnya.
"Aaargh panas... Panas..." Jerit ayakashi itu melepaskan dirinya dari Zora dan ia terbakar hingga menjadi debu.
Dan secara ajaib, kertas yang di gunakan tadi melingkar pada debu tersebut dan mengambil debu itu tanpa tersisa, lalu kembali ke pada Suichi.
"Hah... Hah.... Kak Suichi, terima kasih banyak sudah menolongku." Ucap Zora dengan mengatur nafasnya kembali.
Suichi sesaat tertegun dan merona melihat tubuhnya Zora yang belum mengenakan pakaian itu.
"Apa yang kau lihat kak Suichi?" Ujar Zora dengan sinisnya dan ia segera mengenakan kaos.
"Maaf... Aku pikir tadi kau itu seorang gadis, soalnya kulitmu sangat mulus dan putih bahkan melebihi seorang gadis." Seru Suichi.
"Kata Shiro, aku seperti kakek. Kakek ku juga sama terlihat seperti ini, tapi kakek terlihat sangat jauh lebih tampan dan gagah. Tapi wajahku mirip dengan nenekku.
Setiap kali aku melihat lukisan kakek, nenek dan juga orang tua ku, aku tidak lagi merasa kesepian."
"Kau memiliki lukisan mereka? Tapi aku tidak melihatnya dimana pun tadi."
Zora membuka sebuah jendela yang cukup besar, jendela itu tidak memiliki kaca untuk dapat melihat pemandangan di luarnya.
Jendela itu terbuat dari kayu dan itu berada tepat di hadapan kasurnya yang kecil.
"Disini lukisan mereka, sebelah kanan ini adalah kakek dan nenekku saat masih muda. Dan yang kiri adalah orang tuaku, lukisan ini di buat oleh yokai kenalan kakek.
Tidak lama aku kembali kesini, yokai itu datang ke rumah. Dia bilang dia sering ke rumah ini untuk membersihkan rumah ku ketika tidak ada seorang pun yang tinggal, dan berharap mereka akan kembali kesini.
Beberapa hari kemudian, dia kembali kesini dengan memberikan ku lukisan mereka dan yokai itu pergi melanjutkan perjalanannya." Tutur Zora menjelaskan.
"Pantas saja aku tidak melihatnya dimana pun, rupanya kau simpan di kamar mu. Tapi kenapa harus di kamar?"
"Aku hanya merasa tidak ada tempat lain yang layak untuk memajang mereka, lagi pula, hanya aku seorang yang akan melihat mereka semua."
"Setelah aku perhatikan, kau memang sangat mirip dengan kakekmu. Yaah walau pun kau kurus dan tidak terlihat gagah seperti kakekmu sih." Ledek Suichi.
"Haha ha... Terima kasih atas pujian mu kak Suichi. Tapi aku lebih mirip dengan nenek hanya warna kulitku saja yang ikut dari kakek." Ucap Zora dengan kesalnya.
"Lalu di keluarga mu ini, siapa saja yang bisa melihat mereka? Apa semuanya bisa?"
"Tidak, hanya kakek dan nenek saja."
"Sungguh aneh, kenapa rakyat biasa seperti kalian bisa melihat mereka? Selain itu, kakek dan nenek mu nampak tidak asing bagiku. Seolah olah aku pernah melihat gambar mereka tapi entah dimana."
Zora yang mendengar perkataan Suichi membuka lebar matanya dan segera menutup kembali jendela kayu tersebut.
"Bagaimana kalau kita pindah ke luar, dan makan cemilan yang sudah di beli tadi." Seruku.
Mereka pun berjalan menuju ruang santai yang terdapat meja kecil dimana Suichi tadi menunggu Zora.
Suichi segera duduk dan membuka minuman yang tadi di beli, sementara Zora membuka pintu yang berada di ruangan itu.
Pintu tersebut menampilkan halaman samping rumahnya yang terdapat kolam kecil dan beberapa tanaman yang sangat indah.
"Wah, aku tidak menyangka kalau kau memiliki kolam ikan." Seru Suichi.
"Kolam ini tidak nyata, mereka yokai. Tapi mereka sangat indah bukan? Aku senang akhirnya aku bisa menunjukkan ini pada orang lain." Ucap Zora dengan tersenyum.
"Zora, maaf sebelumnya karena kemarin aku mencari tau tentang keluarga mu yang bernama Kazuma.
Karena itu sangat membuatku penasaran, bagaimana mungkin seorang rakyat biasa dapat melihat mereka."
"Tidak apa. Lalu bagaimana hasilnya? Apa kak Suichi mendapatkan hasil? Jika iya, bisa beritaukan padaku? Aku juga ingin tau tentang mereka."
"Maaf tapi aku tidak menemukan apa pun kecuali kakek dan nenekmu bukanlah asli penduduk sini."
"Begitu yaa... Maaf kak jika kau ingin tau hal lainnya aku tidak bisa membantu, karena aku juga tidak tau apa pun soal mereka."
"Tak apa... Kau sungguh langka Zora, pasti sangat sulit bukan bagimu yang menjalani kehidupan ini karena di kalangan rakyat biasa tidak ada yang bisa melihat mereka."
"Begitulah kak, itu sebabnya aku slalu sendiri dan tidak memiliki seorang pun teman manusia."
"Lalu, bagaimana kalau kita berteman? Aku sangat ingin berteman denganmu, dan aku akan mengajakmu ke tempat para bangsawan.
Disana kau tidak akan di anggap aneh karena mereka semua sama denganmu, dan pastinya saat kau berada disana aku bisa melindungi mu."
"Teman?"
"Iya, apa kau tidak mau?"
"Bukan begitu, ini pertama kalinya bagiku kak ada yang mau berteman denganku. Tentu saja aku sangat mau berteman denganmu."
Dengan bersinar sinar Zora kembali berkata, "Tolong bantuannya untuk ke depannya nanti kak Suichi."
"Yah, mohon bantuannya juga Zora..." Ucap Suichi dengan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...