Zora yang tlah sampai di garis depan, melihat Jun dan rekan rekannya yang bertarung melawan yokai yang merupakan pelayan dari seorang pemburu yokai.
"Bagi kalian yang terluka segeralah masuk, dan obati luka kalian. Aku sudah memerintahkan Mana untuk mengobati luka kalian, CEPAT!" Titah Zora dengan suaranya yang lantang.
Beberapa tengu yang sudah tidak bisa melanjutkan pertarungan segera menuju ke dalam sesuai perintah dari Zora. Sementara itu Zora segera mencari manusia di balik keadaan ini.
Belum juga Zora menemukan bangsawan tersebut, Zora justru melihat beberapa tengu dalam keadaan bahaya. Mereka bisa mati jika terkena serangan dari ayakashi yang nampaknya begitu kuat.
Dengan sergapnya Zora mencoba melakukan seperti hal kakeknya yang ia lihat di bayangan masa lalu.
Zora menarik nafas dalam dalam dan ia berkonsentrasi lalu tangan kanannya ia naikkan hingga lurus ke depan tepat ke arah ayakashi itu.
'Kakek, nenek, aku tidak tau kekuatan seperti apa yang ku miliki. Aku tidak tau apakah aku bisa seperti kalian, bahkan aku juga tidak tau bagaimana caranya aku menggunakan kekuatan pada diriku.
Aku tidak suka dengan pertarungan seperti ini, aku tidak suka salah satu dari mereka memulai untuk mengusik kedamaian yang sudah ada.
Kakek, nenek... Ku mohon, bantulah aku. Bantu aku agar bisa menyelasaikan masalah ini. Aku harus membuat para manusia yang mencoba menganggu para tengu jera. Ku mohon, bantu aku!' Batin Zora.
Dan seketika dari tangan kanan Zora mengeluarkan darahnya. Darah tersebut terlihat begitu keras dan panjang layaknya sebuah katana.
Darah tersebut segera terbang dan menghunuskan tepat pada kepala ayakashi, hingga membuatnya mati seketika.
Mata Zora nampak merah, semerah darah. Zora melihat ke arah yokai lainnya yang masih menyerang para tengu, dan darah yang telah membunuh ayakashi itu terbang menuju setiap pandangan Zora dan membuat beberapa yokai terluka bahkan ada juga yang mati.
Pada saat bersamaan, Shiro, Kou, Yana, serta Suichi tiba disana dan menyaksikan apa yang telah Zora perbuat.
Tentu saja itu membuat Suichi sangat terkejut, Suichi lebih terkejut dengan Zora dari pada para tengu yang baru pertama kali ia lihat.Hal yang tidak pernah ia tau, hal yang tidak dapat di duganya.
Seorang manusia bisa dengan mudahnya membunuh yokai tanpa harus menyentuhnya, tanpa harus merapalkan sebuah mantra untuk sihir yang di gunakan membasmi para yokai.
Hal seperti ini, tidak pernah terjadi sepanjang sejarah.
Hanya dewa yang dapat dengan mudahnya melakukan itu, bahkan yokai yang sangat kuat saja belum tentu dapat mengalahkan manusia hanya dalam sekali jentikan jari seperti yang di lakukan Zora sekarang ini."Ini sama seperti dulu. Sekarang Zora sudah membangkitkan kekuatan yang di miliki oleh Kazuma-sama." Ucap Shiro.
Suichi menatap Shiro. "Jadi Kazuma kakeknya Zora, memiliki kekuatan seperti itu?" Tanya Suichi.
"Ya. Kazuma-sama merupakan yokai terkuat yang kekuatannya hampir setara dengan para dewa. Itu sebabnya Kazuma-sama di bunuh karena mereka para manusia sangat takut akan terancam.
Padahal tuan ku sangat mencintai manusia, beliau tidak akan pernah menyakiti manusia, sedikit pun tidak akan pernah meski pun itu hanya satu kali saja."
Mereka berempat masih dengan asyiknya menonton pertarungan Zora.
Setelah itu darah Zora kembali dalam tangannya, matanya tak lagi merah, dan Zora melihat sekeliling, sudah tidak ada lagi yokai yang menyerang tengu.Para pelayan yang masih hidup dan mengalami luka luka, menjadi sangat takut ketika melihat Zora berada di pihak tengu. Karena mereka tau, hal yang mustahil bagi mereka untuk mengalahkannya.
Zora melangkahkan kakinya maju ke depan, "Katakan padaku siapa tuan kalian! Dimana tuan kalian berada!" Perintah Zora.
Namun yokai itu hanya berbisik bisik kepada temannya tidak tau harus berbuat apa, tetapi ada satu yokai yang segera pergi. Mungkin yokai itu sedang memanggil tuannya, itulah yang di pikirkan oleh Zora.
Tak lama kemudian yokai itu kembali datang bersama empat orang, dan salah satu dari mereka Zora sangat mengenalinya.
"Yare yare, aku tidak menyangka anak buahku kalah semua. Dan yang lebih tidak ku sangka adalah kau Zora." Ujar Seiya.
"Bajingan kau! Berani beraninya kau menganggu para tengu! Kalian sudah membuat perjanjian untuk tidak saling mengusik bukan!" Geram Zora.
"Perjanjian itu di buat oleh para leluhur kerajaan, tapi tidak dengan ku. Jadi perjanjian itu tidak berlaku. Aku harus mendapatkan tengu yang kuat untuk ku jadikan pelayan."
"Kau tidak bisa melakukan itu! Kau hanya merusak perdamaian yang sudah terjalin sangat lama! Apa kau tidak mengerti hal itu, hah?!"
"Aku tidak perduli, apa pun yang ku inginkan harus bisa ku dapatkan! Aku ingin berbeda dari bangsawan lainnya, karena aku bangsawan nomer satu di kerajaan ini, itu sebabnya aku tidak boleh sama dengan mereka."
Zora mengepalkan kedua tangannya, ia sangat marah saat ini akan sikap Seiya yang seenaknya saja dan hanya memikirkan dirinya sendiri.
Juan yang tengah membopong seorang tengu yang sedang terluka parah untuk masuk ke dalam, menjadi sasaran empuk bagi Seiya.
Dengan kertas mantranya yang begitu panjang bagaikan tali, ia lemparkan hingga melilit pada tubuh Juan dan mantra itu kembali pada Seiya.
Juan berusaha meronta agar terlepas dari mantra yang mengikatnya, namun semakin besar usahanya untuk melepaskan diri, maka semakin besar pula sengatan yang menyakitkan ia terima di sekujur tubuhnya akibat dari mantra yang masih melilit lekat di tubuhnya.
"Tidak sia sia, setidaknya aku mendapatkan satu dan terlihat cukup kuat dari yang lainnya." Gumam Seiya yang menatap Juan tanpa hentinya.
"Brengsek, lepaskan aku!" Umpat Juan yang tentu saja di abaikan oleh Seiya.
"Juan!!!" Teriak Kagami yang baru saja keluar hendak melihat keadaan. Namun ia di kejutkan dengan Juan yang tengah tertangkap.
"Ayah..." Lirih Juan.
"Aah sepertinya aku mendapatkan mangsa yang bagus, kau anak dari ketua tengu rupanya. Beruntung sekali aku hahaha... Ayo kita pulang!" Titah Seiya kepada rekannya.
"Zora-sama tolong selamatkan Juan, ku mohon." Pinta Kagami yang sepertinya Zora enggan menolongnya karena amarahnya kepada Juan masih meledak.
"Seiya! Lepaskan tengu itu! Kau sudah melanggar aturan kerajaan!" Seru Suichi yang kini tengah menghadang jalan Seiya.
"Oh Suichi, apa kau datang kesini bersama dengan Zora?" Tanya Seiya tanpa memperdulikan perkataan Suichi.
"Ku bilang lepaskan tengu itu! Berhenti membuat masalah dan melanggar aturan yang sudah ada!" Tegas Suichi.
"Tidak akan, aku...."
Belum sempat Seiya menyelesaikan ucapannya, ia di buat bungkam ketika tengu yang ada pada genggamannya hilang dalam sekejab saja.
Tentu saja itu bukan menghilang, tetapi Kou lah yang merebutnya dan membawanya ke sisi Zora.
Mantra yang terikat di tubuh Juan hanya membuat sedikit luka Kou yang membawanya. Dan dengan mudahnya Zora menyobek mantra itu dengan tangannya tanpa perlu menggunakan kekuatan yang sebelumnya ia pakai.
Juan yang sudah terlepas dari mantra merasa tubuhnya sangat lemas dan seakan ingin terjatuh, namun segera di tangkap oleh Kagami sang ayah.
Tengu yang tadi terluka dan telah masuk ke dalam sesuai arahan Zora, kini mereka semua keluar dan berbaris rapi tepat di belakang ketuanya dengan keadaan yang sudah sehat dan tidak ada bekas luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...