Chap 53

95 19 8
                                    

Zora mencengkram erat lehernya dengan kedua tangannya itu, ia merasa sangat sakit hingga akhirnya ia muntah mengeluarkan darah dan beberapa cairan lainnya.

"Uhuk uhuk..." Zora terus saja batuk batuk setelah memuntahkan itu. Seiya tidak ingin membuang kesempatan, di otaknya terbesit pikiran jahat di mana ia harus membawa Zora ke rumahnya dan menjadikan dirinya sebagai rekan kerja.

Meski Seiya tau Zora pasti tidak ingin akan hal itu, namun bukan Seiya namanya jika ia tidak bisa mewujudkan impiannya. Jika cara baik tidak bisa, maka cara jahat harus dilakukannya. Itulah moto keluarganya yang belum di ketahui oleh pihak kerajaan.

Sebenarnya, keluarga Miyako sudah sejak lama menyimpang. Mereka selalu menghalalkan segala cara demi mewujudkan ambisinya, dan mereka melakukan hal itu dengan sangat rapi. Sudah puluhan tahun mereka menyimpang, namun hingga detik ini kejahatan mereka belum juga terungkap oleh kerajaan.

Jika sudah terungkap, maka tamat sudah bangsawan dari keluarga Miyako. Sihirnya akan di segel, dan mereka akan di asingkan dari kerajaan. Bukan hanya itu saja, gelar bangsawan pun akan di cabut.

Semua bangsawan tidak ingin itu terjadi, yang membuat mereka berat adalah di asingkan dari kerajaan yang selama ini mereka tumbuh dewasa dan menjadi tua. Pergi ke kerajaan lain dan menjadi warga biasa disana pun, akan sulit. Hampir semua kerajaan akan menolak kedatangan para bangsawan yang berkhianat.

Lalu saat ini... Yokai itu terus mendekati Zora dengan langkah beratnya. Seakan ia tidak ingin melakukan perintah dari Seiya, namun tubuhnya bergerak dengan sendirinya.

Jarak keduanya sudah sangat dekat, yokai itu menaikkan tangan kanannya bersiap untuk melukai Zora. Namun tanpa di sadari oleh yokai tersebur, munculah sebuah tombak kecil berwarna merah dari dalam tanah. Tombak kecil itu melayang dan mengenai kalung yang di kenakan yokai itu hingga terputus.

Seakan tidak ada belenggu lagi, yokai itu jatuh terduduk karena lemas. Dirinya yang sejak awal slalu menguras tenaga karena perintah tuannya, Seiya. Dan juga dirinya yang slalu berusaha melepaskan diri dari belenggu mantra sihir yang sudah belasan tahun lamanya, atau mungkin sudah dua puluh tahun berlalu. Membuat dirinya kehabisan banyak energi.

"Sial!" Umpat Seiya, ia kesal karena mantra yang mengikat yokai itu telah rusak. Mau tidak mau ia harus segera menyegel kembali yokai itu kedalam kendi.

Melihat hal itu, meski dengan lelahnya, Zora berusaha menghancurkan kendi tersebut dengan kekuatannya. Zora harus bisa melewati batasnya, demi dirinya dan yokai di hadapannya agar dapat selamat.

Karena tindakan tersebut tidak di sadari oleh Seiya, maka dengan sekejab mata kendi itu tlah hancur berkeping keping. Geram? Tentu saja Seiya geram akan tindakan Zora, sudah lemah namun masih saja memaksakan diri untuk melawannya.

"Kau!" Geram Seiya, ia merasa untung karena masih memiliki satu kendi lagi yang niat awalnya akan di gunakan untuk yokai monyet yang telah kabur entah kemana berkat sikap sok pahlawannya Zora.

Melihat hal itu tentu saja tidak membuat Zora menyerah, ia tengah di ambang batas kesadarannya. Namun demi yokai yang masih berbaring tak berdaya di hadapannya ini, Zora akan berusaha lebih dan melewati batas kemampuannya demi menyelamatkan yokai tersebut dari bangsawan yang sudah menyimpang itu.

Seiya tidak akan lengah untuk ke dua kalinya, sehingga kini ia memanggil pelayan yokainya yang berbentuk kertas berwarna hitam dan memiliki lengan. Yokai itu langsung saja menyerang Zora sesuai titah tuannya. Dengan sisa tenaganya, Zora mengeluarkan darahnya dari jari jari tangannya dan menyerang yokai tersebut. Tentu saja Zora harus membagi dua fokusnya, satu untuk menyerang serta bertahan dari pelayannya Seiya, satu lagi untuk melindungi yokai yang berbaring tak sadarkan diri itu.

"K...k...." Zora sedang berusaha untuk mengeluarkan suaranya. Karena sejak ia muntah darah, tenggorokannya selain terasa sangat sakit, ia merasa ada sesuatu yang hangat yang menjalar disana. Itu sebabnya Zora mencoba untuk bersuara.

Seiya sudah siap dengan lingkaran sihir dan kendi baru untuk menyegel yokai yang berupa seorang pria itu.
Mulutnya sudah mulai merapalkan mantra, Zora yang melihat hal tersebut segera menendang jauh pelayannya Seiya itu lalu dengan kekuatan darahnya ia mencoba untuk mengacaukan ritualnya Seiya sembari menyerang kendi tersebut agar hancur seperti kendi sebelumnya.

Namun pelayan lainnya segera datang untuk melindungi tuannya yang tak lain adalah Seiya. Hal ini semakin menyulitkan Zora untuk mengacaukan ritual tersebut. Setelahnya ia melihat sosok yokai monyet tadi pada sebuah pohon, Zora menatapnya seakan matanya tengah berbicara sesuatu. Karena setelah menatapnya, Zora beralih menatap yokai yang masih berbaring itu.

Seakan mengerti dengan apa yang di inginkan oleh Zora, yokai monyet tersebut segera turun menghampiri yokai pria itu, lalu ia menggendongnya dan membawanya pergi sejauh mungkin dengan tubuh lemah Zora sebagai tamengnya. Yokai yang bertujuan untuk mengejar mereka pun segera di halau dengan kekuatan Zora. Bahkan kali ini Zora mengeluarkan kekuatan yang lebih besar. Segumpalan darah keluar dari tubuhnya dalam jumlah banyak, lalu gumpalan itu seakan pecah membuat lingkaran besar dan Zora, Seiya, dan pelayannya terjebak di dalam lingkaran itu, membuat pandangan mereka menjadi merah darah tanpa ada pandangan hutan sebelumnya.

Seiya yang merasa gagal dalam ritualnya kini beralih menatap Zora dengan tajam, tubuh kecil Zora sudah sangat lemah. Nafasnya tersengal sengal, ia sudah mengeluarkan kekuatannya melebihi batas kemampuan yang ia miliki.

Hanya berlangsung beberapa menit, lingkaran bagaikan perisai tersebut mula menipis dan kembali masuk ke dalam tubuh Zora. Setelahnya tubuh Zora ambruk ke tanah dengan keadaan yang sudah tak sadarkan diri. Seiya dengan smirknya merasa telah menang, meski para yokai itu telah kabur, setidaknya ia mendapatkan diri Zora. Manusia yang membuatnya sangat tertarik, dan berusaha untuk ia dapatkan agar menjadi bawahannya.

"Bawa dia." Titah Seiya kepada pelayan yokainya, yang mendapatkan perintah segera membawa Zora dan berjalan mengikuti tuannya.

Dalam keadaan tak sadarkan diri, Zora bergumam... "Kakek..." karena suaranya yang kecil, maka tidak ada yang dapat mendengarnya.

Di lain tempat, yokai monyet tersebut tengah bersembunyi di dalam gua pada sebuah gunung yang letaknya tak jauh dari hutan tersebut. Karena waktu tlah berlalu cukup lama, yokai pria yang sudah di obati oleh yokai monyet itu pun mula membuka kedua matanya dengan ringkihan kecil dari mulutnya.

"Dimana ini?" Tanya yokai pria itu.

"Di dalam gua, kita sekarang sudah aman berkat anak manusia itu. Tapi aku tidak tau bagaimana nasib anak itu sekarang." Jawab yokai monyet tersebut dengan raut wajah sedihnya.

"Anak manusia?" Gumam yokai pria itu, sembari mengingat banyak hal yang sudah ia lewati. "Terima kasih banyak sudah mengobati luka luka ku, sekarang aku harus pulang." Lanjutnya.

"Sekarang? Tidak bisakah menunggu sedikit lebih lama lagi? Bagaimana jika pengusir yokai itu masih berada di dalam hutan? Dan setidaknya tunggulah sampai kondisi mu membaik."

"Aku tidak apa, sekarang aku harus pulang. Ada suatu hal yang harus aku ketahui dan kerjakan, terima kasih karena telah menolong ku." Setelahnya yokai pria itu pergi meninggalkan goa dan hutan tersebut. Ia berjalan dengan cepat menuju kawasan para warga yang letaknya cukup jauh dari hutan itu.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang