Chap 16

154 27 2
                                    

"Tidak perlu repot repot kak Seiya. Karena aku sudah membuktikannya sendiri sejak kecil. Kalau boleh berkata jujur....." Ujar Zora dengan nada suaranya yang rendah.

Zora mengangkat kepalanya dan menatap tajam ke dua mata Seiya seraya berkata dengan lantang.
"....MANUSIALAH YANG LEBIH KEJAM DARI PADA YOKAI!"

"Hal itu sudah terbukti dengan mata kepala ku sendiri! Aku tidak perlu membuktikan apa pun lagi!

Kau yang sejak lahir sudah berstatus bangsawan, dan di besarkan tidak seperti ku, kau tidak akan pernah tau kenyataan yang sebenarnya!

Bagi ku, baik manusia atau yokai, mereka itu sama saja dan tidak ada bedanya! Aku akan melindungi manusia dari yokai jahat dengan cara ku sendiri, begitu juga sebaliknya.

Aku akan melindungi yokai dari manusia jahat seperti mu kak Seiya, aku akan melindungi mereka dengan cara ku sendiri.

Tolong, cam kan itu baik baik di dalam kepala mu kak! Dan jangan pernah mengusik kehidupan ku lagi." Lanjut Zora.

Seiya tidak menyangka dengan apa yang di katakan Zora, hingga akhirnya Seiya tersenyum kepada Zora tanpa membalas sepatah kata pun.

Zora memejamkan kedua matanya, dengan emosi yang masih berkecamuk ia memanggil temannya dengan pelan namun tegas.

"Shiro! Kou!"

Namun tidak ada yang datang setelah panggilan itu hingga beberapa saat.
Emosi Zora semakin jadi, mungkin Shiro sering mengabaikan panggilannya.

Tapi biasanya jika emosi Zora seperti saat ini atau Zora sedang merasa dalam keadaan yang bahaya, Shiro tidak pernah mengabaikannya.

Apa lagi Kou, tidak pernah sekali pun ia mengabaikan panggilan Zora seperti ini.
'Sebenarnya apa yang sedang terjadi?' Batin Zora bertanya tanya.

Seiya berdiri dari duduknya dan berkata kepada Zora, "Ini rumahku Zora, seharusnya kau ingat bahwa aku pemburu yokai yang berdarah dingin.

Tidak ada satu pun yokai yang berani menginjakkan kakinya masuk ke dalam rumah ku yang penuh dengan jebakan bagi mereka.

Jadi usaha mu akan menjadi sia sia untuk memanggil teman teman mu itu. Selain itu, aku tidak akan melepaskan ikatan mantra ku itu sampai akhirnya kau menyetujui dengan apa yang ku sarankan tadi."

Baru saja Seiya membalikkan badan serta melangkahkan kakinya, tiba tiba Seiya mendengar suara bangku terjatuh dan itu membuat Seiya berbalik dan bergumam "Mustahil.".

Mata Seiya terbuka lebar betapa terkejutnya ia karena Zora dengan kekuatannya berhasil melepaskan ikatan mantra pada tangan serta kakinya.

Disaat bersamaan Kou dan juga Shiro menerobos masuk ke rumah Seiya dengan merusak atap rumahnya yang tepat berada di bawah Zora berada.

Kou dan juga Shiro menunjukkan wajah amarahnya kepada Seiya.
Seiya yang menerima amarah itu hanya menatap mereka tak percaya, "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Gumam Seiya.

Zora segera naik ke atas badan Shiro, dan mereka segera pergi setelah Kou mengancam Seiya.

"Sekali lagi kau berani menyentuh tuan ku, akan ku pastikan kematian mu di tangan ku!"

Sesampainya di rumah Zora, Kou serta Shiro segera berbaring lelah akibat mantra mantra di rumah Seiya.

Meski itu tidak berpengaruh buruk, tetap saja itu membuat mereka sedikit lelah dan lemah.

Zora ingin menyembuhkan kekuatan mereka dengan memberikan sedikit darah Zora kepada mereka, tapi sudah pasti mereka akan menolak.

Dan dengan ide yang terbesit begitu saja Zora segera menuju dapur dan menuangkan sake milik Shiro ke gelas yang di simpannya disana.

Lalu pada sake itu, Zora teteskan beberapa darahnya dan di suguhkannya kepada mereka.

Karena aroma sake itu kuat, jadi bau darah Zora yang hanya beberapa tetes tertutup sehingga mereka tidak akan curiga ketika meminumnya.

"Zora! / Zora-sama!" Teriak Shiro dan juga Kou secara bersamaan setelah meneguk habis sake tersebut.

"SIAPA YANG MENGIZINKAN MU MEMBERIKAN DARAH MU PADA KU!" Tegas mereka berdua kembali secara bersamaan.

Zora mengabaikan ocehan mereka yang meributkan soal beberapa tetes darah yang ia berikan. Setelah meneguk habis dan merasakan ada sesuatu yang berbeda, rasa lelah dan juga lemahnya menghilang, barulah mereka sadar bahwa di dalam sake tersebut terdapat darah Zora.

Menutup pintu kamar, di kuncinya, lalu berbaring di atas kasurnya yang empuk, itulah yang Zora lakukan untuk menghilangkan rasa lelah dan juga menghindari amarah Shiro serta Kou.

Sementara itu di tempat lain, Suichi....

Suichi yang belum lama tlah tiba di rumah pamannya, segera di sambut hangat sang paman.

"Sebenarnya ada apa paman memanggil ku kesini?" Tanya Suichi pada pamannya.

"Raja yang meminta ku untuk memanggil mu, disana akan di jelaskan oleh raja." Jawab pamannya Suichi yang bernama Ryu.

"Raja disini masih sama dengan yang dulu paman? Apa sudah ganti?"

"Masih dengan yang lama."

"Wow hebat, berapa usia raja sekarang?"

"Hemm... Mungkin sudah 85 tahun."

"85? Dan belum menyerahkan jabatannya sama sekali kepada turunannya?" Ucap histeris Suichi.

"Raja akan menyerahkannya kepada pangeran saat pangeran telah menikah nanti, hingga kini pangeran belum juga menikah.

Padahal usianya sudah 58 tahun, sementara putri raja sudah menikah dan menjadi ratu di kerajaan mu."

"Apa pangeran belum menemukan pasangannya yang cocok?"

"Bukan itu, masalahnya adalah... Pangeran akan menikah jika raja mau mencari adik kecilnya, meski itu merupakan tulang belulangnya.

Tapi raja tetap dengan pendiriannya, raja tidak mau memenuhi permintaan yang di anggapnya konyol itu.

Jadi itulah sebabnya kenapa pangeran belum juga menikah hingga kini. Baiklah kita sudahi pembicaraan ini, dan segera pergi menghadapi raja."

Sesampainya di kerajaan, Ryu serta Suichi memberi hormat kepada sang raja. Dengan bertekuk satu lutut serta kepalanya yang menunduk.

"Oh Suichi kau sudah besar sekarang, dulu terakhir kali kau kesini masih sangatlah kecil. Bagaimana kabar mu dan juga keluarga mu?" Tanya sang Raja yang bernama Kano.

"Kabar saya baik yang mulia raja, begitu juga dengan keluarga saya." Jawab Suichi yang masih menundukkan kepalanya.

"Aku akan langsung ke point nya saja. Belum lama ini ku dengar berita kalau di tempatmu itu ada seorang anak yang bisa menyembuhkan penyakit yang berasal dari yokai.

Aku mengundang mu kesini karena aku ingin tau akan hal itu, jadi ceritakan saja semuanya yang kamu tau soal anak itu."

Suichi membuka lebar matanya, ia tidak tau harus menjawab apa.
'Apakah aku harus berkata jujur bahwa aku kenal baik dengan anak itu, atau aku harus berbohong?' Batin Suichi yang bertanya tanya pada dirinya sendiri.

"Suichi..." Ujar sang raja kembali membuat Suichi menghilangkan semua pertanyannya.

"Maaf kan saya yang mulia raja, saya memang pernah mendengar hal itu, tapi saya sendiri masih belum tau apakah berita itu benar atau tidaknya.

Sebenarnya saya juga sedang mencari tau akan hal itu, dan ingin bertemu dengan anak itu langsung."

"Jadi begitu, berita itu masih belum jelas kebenarannya. Nah Suichi, jika kau sudah tau kebenarannya segera beritaukan paman mu agar bisa di beritaukannya kepada ku.
Karena aku sangat ingin bertemu dengan anak tersebut dan bertanya banyak hal."

"Baik raja." Jawab Suichi yang kemudian bersama pamannya pergi meninggalkan ruang raja dan berkeliling istana.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang