Chap 78

79 16 3
                                    

Keributan kelas mendadak berubah menjadi sepi, ketika Suichi masuk ke dalam kelas bersama dengan Zora. Keadaan kelas sebelumnya sedikit ramai, karena Suichi belum datang ke kelas setelah bel masuk berbunyi.

"Sebelum kelas di mulai, bapak ingin katakan pada kalian semua. Siapa pun itu jika saya menemukan perundungan lagi, maka saya tidak akan tutup mata saya untuk menganggap hal itu tidak ada. Bukan berarti kali ini saya mengabaikannya, saya sangat ingin panggil orang tua kalian setelah melakukan perundungan kepada Zora. Tapi, Zora yang meminta saya untuk tidak mempermasalahkan hal ini. Lain kali, saya harap tidak ada lagi hal seperti ini, mengerti?!" Jelas Suichi.

"Mengerti pak." Jawab semua murid yang ada di kelas dengan nada malasnya.

"Baiklah, sekarang kita mulai pelajarannya."

"Zora..." Panggil Aoi dengan berbisik, merasa di panggil, Zora pun menoleh ke arah Aoi.

"Kau tak apa? Pipi mu sampai di perban gitu?"

"Tak apa, ini bukan luka yang parah, tenang saja." Bisik Zora.

"Siapa yang melakukan itu? Vero kah?"

"Bukan, justru Vero tadi hendak membantu ku."

"Serius? Aneh banget tu anak... Kalau bukan dia, terus siapa pelakunya?"

"Si A, B dan C..." Ucap Zora mencoba mengingat nama tiga wanita itu.

"A, B, dan C? Siapa itu?"

"Entah, aku tidak apal namanya... Kalau gak salah dia bilang bahwa keluarganya bangsawan nomer dua."

"Juana? Zora... Kau harus belajar menghapal nama teman sekelas mu, apa lagi mereka kan bangsawan."

"Tidak tertarik. Aku mengantuk, jangan ganggu tidur ku, ok?!" Setelah mengatakan itu Zora segera tidur, ia sungguh mengantuk. Andai saja tadi ia tidak di ganggu oleh Juana, mungkin saat ini ia bisa mengikuti pelajaran dengan sangat baik.

Pelajaran Suichi usai, ia tau Zora tengah tertidur namun ia biarkan saja. Pikirnya, Zora sudah bisa mengikuti pelajaran yang ia ajarkan, bahkan lebih dari ini. Tadi saat ia bertemu dengan Zora di ruang kesehatan, Suichi sempat mengusulkan untuk loncat kelas. Namun Zora tidak mau, katanya masih ingin menikmati masa masanya yang sekarang dan tidak ingin cepat lulus sekolah. Suichi pun tidak bisa memaksa, terlebih lagi Zora sangat keras kepala.

Saat ini guru lain sudah masuk ke dalam kelas dan sudah memulai pelajarannya beberapa menit yang lalu. Guru tersebut baru menyadari bahwa Zora sedang tidur, sedangkan sang guru paling membenci jika pada kelasnya mengajar ada murid yang tidak mendengarkannya. Jadilah guru itu murka dan menghampiri Zora. Sempat Aoi membangkunkan Zora, namun di abaikan olehnya.

"Tok... Tok... Tok..." Guru itu memukul pelan meja Zora berkali kali dan tidak ada tanggapan apa pun. Hingga membuat amarah sang guru kian memuncak.

"Plaaak..." Kesal karena Zora tak kunjung bangun, guru itu memukul kepala Zora dengan buku milik Aoi.

"Sssh..." Zora meringis kesakitan sembari mengusap kepalanya, ia penasaran siapa yang sudah berani melakukan hal ini kepadanya dan akhirnya Zora terbangun.

"Sudah puas tidurnya?" Tanya sang guru dengan dinginnya.

"Belum." Jawab Zora acuh membuat si guru semakin kesal.

"Maju ke depan dan jawab semua yang saya tulis di papan!" Titah sang guru yang langsung di laksanakan oleh Zora dengan malasnya.

Zora diam sejenak di hadapan papan tulis, si guru menyeringai di belakangnya, ia beranggapan bahwa Zora tengah kesulitan untuk menjawabnya. 'Itu akibatnya jika kau tidak memperhatikan kelas ku dan memilih untuk tidur, setelah ini akan ku beri hukuman yang berat.' Batin si guru.

"Hanya ini saja pak?" Tanya Zora.

"Ya! Cepat kerjakan!" Titah si guru.

Lalu Zora mengerjakan semua pertanyaan dengan sangat cepat membuat si guru menganga tak percaya. Sang guru baru saja menuliskan soal, dan belum menjelaskan bagaimana cara menjawabnya. Tapi dengan mudahnya Zora mengerjakan itu seakan soal soal tersebut tidak ada apa apanya. Setelah selesai Zora kembali duduk ke bangkunya dan kembali untuk tidur.

Pelajaran usai, si guru tidak membangunkan Zora lagi setelah ia berhasil menjawab pertanyaan di papan. Itu di karenakan sang guru masih merasa prustasi karena ia gagal membuat Zora mendapatkan hukuman berat karena Zora mengabaikan kelasnya. Si guru itu juga tak takut untuk memberi Zora hukuman, karena ia tidak tau menau bahwa Zora merupakan seorang pangeran. Hanya kepala sekolah dan Suichi saja yang tau, karena permintaan Zora kepada Giovani waktu itu, jadilah mereka menutup latar belakang Zora. Jika Zora sudah merengek dan memasang wajah penuh harap itu, siapa sih yang bisa menolak? Tidak ada!

Pelajaran silih berganti hingga jam pulang pun tiba... Bukan hanya pelajaran, jam istirahat untuk makan siang pun di abaikan oleh Zora karena ia memilih untuk tidur. "Hoaaamm..... Aaah kepala ku pusing sekali." Keluh Zora yang baru saja bangun ketika bel untuk pulang berbunyi.

"Bagaimana tidak, kau menghabiskan seluruh waktu di sekolah hanya untuk tidur. Apa yang kau lakukan semalam sampai mengantuk seperti ini?" Tanya Aoi.

"Jangan kaget Aoi, sejak dulu aku slalu menggunakan waktu di sekolah untuk tidur. Karena malam hari aku slalu di ganggu oleh yokai, jadi jam tidur ku nyaris gak ada hehehe..."

"Kenapa kau di ganggu yokai? Apa semalam kau juga di ganggu? Padahal kau berada di istana."

"Karna aku sangat mempesona." Jawab Zora dengan tangan yang menyisir rambutnya kebelakang, serta wajahnya yang ia pasang agar terlihat sangat tampan dan elegan.

"Oh kau benar, kau sangat cantik sekali." Ucap Aoi membuat Zora kesal.

"Tck!" Zora berdecak. "Semalam aku di culik sama kakek dan di bawa ke hutan, disana ada pesta penyambutan kakek. Padahal sebelum itu sudah ada acara pesta penyambutan, tapi semalam ada lagi dengan yokai lainnya. Lalu kakek mengenalkan ku pada yokai yokai yang datang bahwa aku adalah cucunya. Dan pagi tadi dia baru memulangkan ku, itu sebabnya aku sangat mengantuk....."

"Kryuuuukk..."

".....Dan juga lapar." Zora berdiri dari bangkunya dan melihat seisi kelas yang sudah sepi tak ada siapa pun selain mereka berdua. "Arghh... Kenapa aku bisa selapar ini? Tadi pagi aku sarapan kan? Aoi ini gawat, perut ku tidak bisa di ajak damai. Apa kau punya roti untuk mengganjal rasa lapar ku?"

"Tidak punya..."

"Aoi, cepat kita pergi ke kantin untuk makan siang."

"Ini sudah sore, sudah jam pulang sekolah. Kantin sudah tutup sejak tadi. Kemasi barang mu, aku akan mengantar mu pergi ke kedai terdekat."

"Benarkah? Aoi, kau yang terbaik." Ujar Zora dengan tersenyum.

"Lalu, apakah kau sudah mulai mencintai ku, pangeran cantik?" Ledek Aoi menghilangkan senyuman manis yang Zora berikan tadi.

"Hentikan itu, kau membuat ku jijik." Zora merapikan bukunya dan ia masukkan ke dalam tas. "Selain itu, aku ini tampan bukan cantik. Lalu yang terakhir jangan katakan kalau aku ini pangeran!"

"Kau memerintahkan ku?"

"Tentu saja!"

"Atas dasar apa kau memberikan ku perintah?" Tanya Aoi dengan smirknya.

"Atas nama ku yang merupakan seorang pangeran, dan aku memerintahkan mu untuk tidak memanggil ku pangeran!"

"Lihat, kau baru saja mengakui dirimu kalau kau seorang pangeran hahaha..."

"Ah sial." Umpat Zora, lalu Aoi merangkul Zora dan mengajaknya untuk segera pergi ke kedai.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang