Chap 55

98 20 3
                                    

Setelah Kazuma dan Tsukasa selesai menikmati makanan yang di buatkan oleh Kou, kini Kazuma mulai bercerita tentang apa yang telah terjadi dengannya selama ini. Jadi selama ini ia di segel oleh keluarga bangsawan, setelah bertahun tahun lamanya, Kazuma di keluarkan dari kendi, dan mereka membuat mantra sihir pada leher Kazuma. Dimana Kazuma benar benar berada di bawah genggamannya.

"Jika aku tidak menuruti apa perintah mereka, maka mantra sihir itu akan melukai ku dan itu membuat sihir ku terkuras. Karena aku sedikit susah untuk di kuasai mereka, aku pun lebih sering berada di dalam kendi. Bersyukur aku masih bisa menjaga kendali, jika tidak, saat ini aku sudah berubah menjadi yokai yang jahat yang penuh dengan dendam.

Dan kemarin, aku di keluarkan dari kendi untuk di berikan perintah menangkap yokai monyet. Tapi aku bertemu dengan seorang anak manusia yang membuat bangsawan itu tertarik. Orang itu pun menyuruh ku untuk menangkapnya, tapi siapa yang sangka kalau anak tersebut sangat hebat. Bahkan dia mampu melepaskan mantra sihir yang terus melekat di leher ku, aku saja susah payah berusaha namun tak membuahkan hasil. Selain itu, anak itu memiliki kekuatan darah yang sama dengan yang ku miliki." Tutur Kazuma menjelaskan.

"Kazuma-sama, apa anda ingat dengan wajah dari anak itu?" Tanya Shiro, seketika ia merasa bahwa anak yang di ceritakan Kazuma merupakan sosok anak yang ia kenal, yang tak lain adalah Zora.

Kazuma mencoba mengingat jelas rupa anak tersebut. "Ku rasa... Aku sedikit mengingatnya."

"Apa menurut Kazuma-sama, wajah anak itu nampak tidak asing? Seperti wajah yang sangat anda kenali." Kali ini Kou yang ambil suara, nampaknya ia memiliki pemikiran yang sama.

"Hmmm... Sepertinya anak itu mirip sekali dengan Rachel sewaktu mudanya dulu."

"Itu Zora-sama! Kazuma-sama, aku sangat yakin anak yang telah menolong anda itu merupakan cucu anda! Lalu, dimana dia sekarang?" Seru Shiro.

Kazuma nampak terkejut dan expresi sedih terlihat juga di wajah tampannya. "Kau serius? Anak itu cucuku?"

"Sangat serius, bahkan aku sangat yakin kalau anak itu adalah Zora-sama! Jadi Kazuma-sama, dimana Zora-sama berada?"

"Aku tidak tau, anak itu membuat penghalang dan yokai monyet itu membawa ku pergi bersamanya. Aku masih ingat kejadian itu dengan samar samar."

"Lalu, apakah anda ingat dengan nama bangsawan itu?" Kali ini Tsukasa yang bertanya, sepertinya dia lelah jadi pendengar saja.

"Aku tidak tau namanya, tapi aku bisa menggambarkan seperti apa wajahnya karena aku masih ingat dengan rupanya." Jawab Kazuma dengan tersenyum. Dengan segera Tsukasa mengambil kertas dan pena. Kazuma pun mulai menggambar namun mulutnya tak henti untuk berbicara.

"Ngomong ngomong, kamu siapa? Kalau kamu bisa melihat ku itu berarti kamu seorang bangsawan kan, tapi apa yang di lakukan bangsawan di rumah warga seperti ini?" Tanya Kazuma kepada Tsukasa.

"Aku anak dari hasil kecelakaan, selama ini aku slalu merantau kesana kemari karena aku tidak punya rumah untuk tinggal. Lalu aku bertemu dengan Zora, dan dia menawarkan ku untuk tinggal disini bersamanya."

"Oh benarkah? Rupanya cucuku sangat baik hati seperti ku." Ujar Kazuma dengan terkekeh kecil.

"Dia sangat keras kepala dan susah di atur seperti anda Kazuma-sama, sifat baiknya itu menurun dari Rachel-sama bukan dari anda. Lagi pula anak itu, hanya terkadang saja berbuat baik." Komplain Shiro.

"Hahaha apa yang kau bicarakan Shiro-chan, sejak kapan aku susah di atur?" Seru Kazuma dengan senyuman yang tak lepas dari wajahnya.

"Berhenti memanggil ku dengan sebutan Shiro-chan!!!"

"Eeee nande? Padahal kan itu imut." Kazuma nampak merajuk dan berhenti menggambar. Tingkah kekanakannya membuat Tsukasa memperhatikannya dan bertanya tanya pada dirinya sendiri. "Apa benar ini kakeknya Zora yang di kenal sangat kuat bahkan hampir setara dengan dewa?"

"Kazuma-sama, seperti biasanya, gambar anda sangat luar biasa bagusnya." Ujar Kou yang melihat hasil gambarnya Kazuma. Sedangkan yang menggambar hanya tersenyum senang mendengar pujian tersebut.

"Coba lihat, mungkin aku bisa menyerahkannya pada Suichi." Tsukasa nampak kesal ketika melihat hasil gambar Kazuma. Bagaimana mungkin gambar seperti anak balita seperti ini di bilang sangat luar biasa bagusnya. "Aku akan pergi sekarang." Lanjut Tsukasa.

"Oh... Kau kenal dengan bangsawan ini? Apa kau akan menanyakan keberadaan cucuku padanya? Atau kau akan menyerang bangsawan ini?" Tanya Kazuma menggebu gebu.

"Tidak semuanya, mana mungkin aku bisa tau dengan hasil gambar mu yang buruk itu. Sekarang aku mau pergi bekerja." Tsukasa segera pergi dan mengabaikan rengekan Kazuma yang tidak menerima jika gambarnya di bilang buruk.


"Zora, apa ada yang ingin kamu makan?" Tanya Seiya kepada Zora setelah berkeliling rumahnya. Zora memikirkan sesuatu, setelah ia tau apa yang ingin di makannya itu, Zora ingin mengatakannya tapi ia tidak tau harus bagaimana untuk menyampaikannya.

Zora terus mencari sesuatu di sekelilingnya membuat Seiya bingung apa yang sedang di lakukannya. Karena tidak menemukan apa yang di carinya, Zora lalu memperagakan tangannya yang seperti sedang menulis membuat Seiya mengerti.

"Aku ingin makan ayam panggang dan daging sapi." Zora segera menuliskan apa yang di inginkannya setelah mendapatkan selembar kertas dan pena.

"Baiklah, aku akan meminta pelayan membuatkannya, dan kau bisa tunggu di dalam kamar mu." Zora mengangguk dan berjalan menuju kamar.

Setelah ia masuk ke dalam kamarnya, segeralah Zora menjatuhkan tubuhnya pada kasur yang empuk itu. Zora menyeringai entah untuk apa, lalu ia pejamkan kedua matanya itu.
.
.
.
.
.
"Dimana aku? Kenapa gelap sekali? Ah ada pintu, apa itu pintu keluarnya?" Zora berlari ke arah pintu yang berwarna putih. Sesampainya di depan pintu itu, Zora mencoba untuk membukanya, namun usahanya sia sia. Sekuat apa Zora mencoba, pintu itu tidak terbuka sama sekali.

"Apa pintu ini di kunci?" Tanya Zora entah pada siapa. Dan sekali lagi, Zora mencoba untuk membukanya. Ketika ia mendengar beberapa orang memanggil namanya dari balik pintu itu, Zora lebih berusaha lagi untuk membukanya.

"Zora..."

"Zora..."

"Zora-sama..."

"Tok... Tok... Tok... Dugh... Dugh... Dugh..." Zora mengetuk pintu pelan hingga akhirnya ia menggedor pintu tersebut dengan sangat kerasnya.

"Hei kalian, kalian siapa? Bantu aku bukakan pintu ini. Pintu ini terkunci dan aku tidak bisa membukanya, siapa pun kalian, ku mohon bantulah aku bukakan pintu ini. Aku ingin masuk kesana, disini sangatlah gelap, hei... Kalian dengar aku kan? Cepat bukakan pintu ini!"
.
.
.
.
.
"Hei Zora bangunlah, Zora... Makan malam sudah siap, Zora ayo bangun..." Seiya berusaha membangunkan Zora. Yang di bangunkan pun membuka matanya dengan paksa, keringat membasahi sekujur tubuhnya, nafasnya pun nampak tersengal sengal.

"Ada apa? Mimpi buruk?" Tanya Seiya selembut mungkin dan di jawab anggukan kepala oleh Zora. Kedua tangannya ia gunakan untuk memegang kepala Zora, entah kenapa kepalanya terasa sangat sakit.

'Mimpi apa itu? Kenapa membuat kepala ku sakit seperti ini? Dan rasanya seperti ada yang ku lupakan, tapi apa?' Batin Zora bertanya tanya.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang