Chap 77

78 15 2
                                    

Zora yang lebih dahulu masuk kelas, segera di olok olok oleh teman kelasnya namun bukan Vero, melainkan Juana. Entah siapa nama keluarganya Zora tidak tau dan tidak mau tau, karena ia tidak ingin bergaul dengan orang orang yang sombong dan merasa dirinya begitu tinggi. Padahal orang tuanya lah yang bekerja keras hingga menjadi seorang bangsawan kelas atas, tapi anak anaknya dengan sombong berlagak seakan itu semua miliknya. Belum saja mereka tau kalau Zora merupakan pangeran, lantas akan seperti apa sikap mereka nanti kepada Zora? Ugh... Membayangkannya saja sudah sangat menyebalkan.

"Lihat itu, anak yang melepaskan yokai sudah datang. Dia sendirian saja, kemana pergi temannya yang sama sama payah itu? Memalukan sekali..." Seru Juana yang di abaikan oleh Zora.

"Aku tidak bisa bayangkan jika kita ada pelatihan dengan kerajaan lain, mereka berdua akan sangat memalukan bagi sekolah kita."

"Kalau seperti itu lebih baik mereka berdua tidak di ikut sertakan saja, dari pada nama sekolah kita tercoreng nantinya."

Juana dan kawan kawannya terus mengolok Zora, sedangkan yang di olok justru sedang menjatuhkan kepalanya di atas meja serta memejamkan kedua matanya. Nampaknya Zora sangat mengantuk.

"Hei anak baru..." Seru Juana yang berjalan menghampiri meja Zora, karena tidak ada jawaban dari Zora bahkan untuk mengangkat kepalanya saja tidak, Juana memutuskan untuk memukul meja Zora dengan sangat kuat. Karena merasa terganggu, Zora menatap Juana tak suka. "Nah gitu dong, kalau di panggil tuh ngerespon. Bangsawan kan? Pasti di ajarkan tata krama kan?"

"Mungkin saja dia tidak di ajarkan Juana."

"Yaa itu benar, mungkin saja kan dia anak hasil dari kecelakaan. Karena tidak ada yang mau merawatnya dengan benar, jadilah seperti ini. Tidak tau tata krama."

"Kalian bertiga, apa kalian tau tentang kehidupan ku? Tidak kan?! Jadi jangan asal menuduh orang lain kalau dia anak dari kecelakaan. Itu sungguh tidak sopan. Kalian yang menanyakan pada ku soal tata krama, sepertinya kalian lah yang tidak tidak tau tentang tata krama itu sendiri." Seru Zora.

"Oh ya? Benarkah itu? Kau pendatang baru kan di kerajaan ini? Kau pasti tidak tau apa pun tentang bangsawan disini, maka dari itu aku dengan senang hati akan memberitaukannya padamu... Nama keluarga ku adalah Catrine, bangsawan ke dua yang terkenal disini. Sedangkan bangsawan pertama disini adalah Zueduth, keluarga dari Vero. Dan sudah pasti kami semua disini tau tentang tata krama. Lalu bagaimana dengan mu? Nama keluarga mu adalah Kazuma kan? Aku tidak pernah tau ada bangsawan yang bernama Kazuma." Tutur Juana.

"Mungkin saja dia di adopsi oleh bangsawan lain karena dia anak dari kecelakaan, makanya spiritualnya rendah sekali bahkan dia tidak bisa menyegel yokai dan membiarkan yokai itu pergi." Ujar temannya Juana, anggap saja si A karena Zora tidak perduli dengan nama nama orang yang berada di kelas dan juga sekolah.

"Bener banget tuh, anak dari kecelakaan biasanya kan seperti itu."

"Hahahaha...." Juana dan kedua temannya tertawa terbahak bahak, sedangkan Zora sungguh tak berminat dengan mereka, ia ingin melanjutkan tidurnya di sisa jam istirahat.

"Udah puas menerka nerka tentang kehidupan ku? Kalau udah balik sana ke bangku kalian, aku ngantuk dan ingin melanjutkan tidur ku." Ucap Zora dengan nada malasnya.

"Belagu banget sih ni anak." Ujar si B.

"Iya nih, udah di kasih tau kalau Juana bangsawan nomer dua di kerajaan ini, gak ada takut takutnya." Ujar si A.

"Kalian pikir... Aku perduli dengan kedudukan orang tua kalian? Sama sekali tidak. Dan kalian harus ingat, kedudukan itu milik orang tua kalian dan bukan kalian jadi kalian tidak pantas untuk sombong. Oh dan satu lagi, jangan buat kedudukan orang tua kalian yang sudah bersusah payah mencapai itu hancur dalam sekejab akibat kelakuan kalian semua sebagai anaknya. Ancamkan itu baik baik ya." Ucap Zora dengan tersenyum mengejek membuat Juana naik pitam.

Juana menggunakan sihirnya dan melukai pipi Zora hingga tergores serta mengeluarkan darah yang menetes cukup banyak dan mulai membasahi seragamnya yang berwarna abu abu itu.
"Haaah kalau begini orang rumah bisa khawatir, dan aku malas mendengar ocehan mereka yang pasti akan berlebihan." Gumam Zora dan menyeka luka di pipinya itu. Sedangkan Juana hanya tersenyum meremehkan dan memandang Zora dengan sangat rendah.

"Hei Juana, kau keterlaluan." Ucap seorang siswa yang datang menghampiri mereka berempat.

"Oh Vero kau disini..." Ujar Juana dengan sikap sok imutnya, membuat Zora bergedik ngeri dengan perubahan sikap dalam sekejab itu.

"Apa apaan sih kamu Juana, sampai melukai Zora seperti ini." Bela Vero yang sangat tidak di inginkan oleh Zora.

"Aku cuma kasih dia peringatan aja karena dia udah bersikap tidak sopan pada ku. Dan bicara yang tidak baik tentang keluarga kita semua, benar kan?" Juana meminta pembenaran dari dua temannya, dan keduanya menjawab dengan serempak. "Benar itu Vero."

"Tapi kau tidak seharusnya bersikap seperti ini." Seru Vero.

"Kenapa kau membela anak itu sih? Kau sendiri tadi mengolok oloknya."

"Aku hanya mengoloknya tapi tidak melukainya seperti mu."

'Apa kau kira mengolok orang itu tidak melukai orang tersebut? Itu lebih buruk kan dari pada melukainya secara fisik.' Batin Zora.

"Awas kau, aku mau lewat." Seru Zora meminta Vero menyinggir dari hadapannya.

"Mau ke ruang kesehatan? Sini aku antar." Tawar Vero yang membuat Zora kembali bergedik ngeri.

"Tidak perlu, tidak butuh." Tolak Zora dan kemudian pergi meninggalkan kelas.

Tak lama Zora keluar, Aoi masuk ke dalam kelas dan ia melihat sekitar kelas tak menemukan Zora berada disana. "Kemana perginya pangeran cantik itu? Ku kira sudah lebih dulu masuk ke kelas." Gumam Aoi dan ia duduk pada bangkunya. Tak sengaja ia melihat ada tetesan darah pada meja Zora, membuat Aoi nampak kebingungan.

"Apa kau mencari Zora? Dia pergi ke ruang kesehatan tadi." Ujar Vero yang mendatangi Aoi.

"Oh, makasi info nya."

"Aoi... Kau nampak dekat dengan Zora, apa dia saudara mu?"

"Untuk apa kau bertanya tanya?"

"Tidak ada, hanya bertanya saja."

Aoi tidak merespon apa pun setelah itu, ia justru mengeluarkan buku pelajaran selanjutnya dan mengabaikan Vero yang masih berada di sampingnya.

"Zora itu cantik untuk ukuran seorang anak laki laki." Gumam Vero yang segera mendapatkan tatapan membunuh dari Aoi, tentu Vero menyadari itu. "Lupakan apa yang ku katakan tadi." Lanjut Vero dan ia kembali ke bangkunya.

"Apa apaan itu... Sejak kemarin mengolok olok Zora, sekarang bilang Zora cantik. Apa itu beneran Vero? Atau dia sedang di rasuki yokai? Bahaya jika itu benar."

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang