Hari tlah berganti, bahkan kini sudah siang hari. Suichi meminta libur ke kepala sekolah untuk mencari keberadaan Zora. Semua temannya Zora merasa gelisah memikirkan Zora, karena hingga saat ini belum ada kabar baik perihal pencariannya.
"Juana, apa kau dalang di balik hilangnya Zora?" Tanya Vero dan ia lebih terlihat seakan yakin jika memang Juana lah pelakunya.
"Omong kosong apa itu? Kau sendiri juga tau kan kalau aku sudah tidak mengganggunya lagi, jadi untuk apa aku melakukan itu? Jangan asal menuduh ku bila tidak ada buktinya, Vero!" Kesal Juana.
"Semoga benar kalau bukan kau pelakunya, karena kau pasti sangat menyesal nantinya setelah tau siapa itu Zora. Dan kau tidak akan bisa di selamatkan lagi."
"Seakan Zora orang penting saja, yokai saja di ributkan seperti itu. Bukan kah bagus jika ia hilang? Mengurangi populasi yokai di kerajaan ini."
"Jaga ucapan mu Juana! Kau hanya tidak tau saja siapa itu Zora. Aku hanya memperingati mu, jika kau dalang dari hilangnya Zora, lebih baik sekarang kau serahkan diri mu dan mengakui hal itu, karena itu akan mengurangi hukuman yang akan kau dapatkan. Jika kau masih bertahan dengan tindakan mu ini, kau pasti akan menyesel. Ingat itu Juana." Setelah memperingati Juana, Vero kembali duduk ke bangkunya.
Di tempat lain, Suichi sudah mendapatkan jejak Zora. Beruntung pada saat kejadian sempat ada yang melihat Zora berlari dan ada preman yang menyeretnya. Orang tersebut bercerita lengkap sesuai apa yang di lihatnya.
"Di sini, kemarin aku melihat anak yang ada di gambar itu di bekap oleh seorang preman. Lalu preman lainnya menutupi anak itu dan di bawa masuk ke arah ini. Kemarin aku tidak bisa menolongnya karena aku sendirian dan mereka beramai ramai, badannya juga besar besar. Mau teriak minta tolong, tapi takut anak itu di lukai di tempat. Jadi tadi aku baru saja ingin melaporkannya ke pusat perlindungan." Tutur orang tersebut menjelaskannya ke Suichi."Ke arah sini?" Tanya Suichi.
"Iya, tapi aku tidak berani mengikutinya jadi aku hanya tau sampai di sini saja."
"Tidak apa, informasi mu ini sangat berharga. Saya merasa beruntung karena setidaknya ada saksi yang melihatnya, karena sejak semalam tidak ada satu pun orang yang melihat. Kalau begitu, ini hadiah untuk mu." Suichi mengeluarkan sekantong uang yang penuh, sudah di duga isi koin di dalamnya sangatlah banyak. Orang itu nampak tertegun dengan kantong koin yang di berikan oleh Suichi.
"Apa ini tidak terlalu banyak tuan? Selain itu aku tidak bisa berbuat lebih untuk membantu anak itu kan."
"Saya tau bagaimana jika saya di posisi mu, mengetahui keberadaan terakhirnya saja itu juga sudah sangat membantu. Dan hadiah ini, saya rasa tidak terlalu banyak, jika kau merasa kurang kau bisa datang ke istana dan meminta lebih ke raja Farel."
"Raja Farel? Kenapa raja Farel?" Orang itu nampak kebingungan. Yaa itu sangat wajar, karena yang mengetahui soal Zora hanyalah para bangsawan, itu pun hanya orang tuanya bukan anak anaknya. Para rakyat belum tau soal ini.
"Karena anak ini adalah seorang pangeran, cucu keponakan dari raja Farel. Dan merupakan cucu dari tuan putri Rachel."
"Tuan putri Rachel? Cucu? Aaah maafkan aku yang tidak bisa bertindak banyak untuk keluarga kerajaan." Orang tersebut segera bersujud memohon ampun alih alih menerima kantong koin emasnya.
"Berdirilah, tidak usah meminta maaf. Anak ini sendiri yang belum mau di umumkan tentang jati dirinya, jadi hal yang wajar jika tidak ada yang tau. Dan sekali lagi ku tegaskan, informasi mu ini sangatlah membantu, jadi berhentilah untuk meminta maaf dan lekaslah berdiri."
"Tapi..."
"Sudah tak apa, berdirilah..." Suichi membantu orang itu untuk berdiri. "Terima ini, dan jika kau ingat dengan rupa preman itu, kau bisa bantu kami lagi untuk datang ke istana memberikan petunjuk soal preman tersebut."
"Baik tuan, saya akan membantu dalam hal ini. Dan terima kasih banyak, saya akan pergi ke istana sekarang juga."
"Terima kasih atas bantuannya."
Orang tersebut berlari dengan sangat cepat menuju istana, sedangkan Suichi mencoba menelusuri jalanan yang di tunjuk oleh orang tadi itu. Dengan beberapa prajurit yang ia bawa, mereka tidak menyisakan satu sudut terlewati. Sementara itu di dalam perjalanan orang yang menuju istana itu, ia bertemu dengan para preman tersebut sedang menuju sebuah kedai makan. Orang itu membuntutinya, ketika memasuki kedai ia segera menemui pemilik kedai yang merupakan temannya itu.
"Tolong bantu aku, jangan biarkan preman preman itu pergi sebelum aku datang." Pintanya.
"Memang kenapa? Kau kenal dengan mereka? Jangan bilang kau terlibat suatu hal buruk dengan mereka." Ujar si teman selaku pemilik kedai.
"Bukan itu, aku harus melaporkannya ke istana. Mereka penjahat yang sudah berani menyakiti pangeran."
"Pangeran Giovani di lukai mereka? Kurang ajar, cari mati rupanya!" Kesal si teman.
"Bukan, bukan pangeran Giovani. Nanti akan ku ceritakan detailnya, yang penting sekarang kau harus menahannya kalau mereka ingin pergi dengan apa pun caranya. Tunggu aku datang bersama dengan para prajurit kerajaan."
"Baiklah, cepat pergi sana. Menahan mereka hal mudah bagi ku."
Kemudian orang itu segera berlari kembali dengan sangat cepat, hanya membutuhkan waktu sekitar tiga menit pria itu telah tiba di gerbang istana dengan nafas yang tersenggel senggal.
"Tolong.... Panggilkan raja, aku menemukan pelaku penculikan pangeran." Serunya.Salah seorang pengawal mengizinkannya masuk dan mendampinginya hingga bertemu dengan Farel. Kemudian pria itu memberi hormat dan menyingkat ceritanya untuk di sampaikan ke Farel.
"Keiichiro kerahkan anak buah mu dan ikut bersama ku, kita harus menangkap para bajingan itu!" Titah Farel."Siap laksanakan raja."
"Ayo kita pergi." Ujar Farel ke pada pria tersebut.
Singkat waktu, kini mereka sudah tiba di kedai tersebut. Wanita cantik pemilik kedai itu tengah bergabung di meja para preman untuk menahannya agar tidak cepat pergi. Kedatangan Farel dan Giovani berserta para prajurit membuat keadaan menjadi ramai. Wanita pemilik kedai itu segera menghampiri dan memberi hormat kepada raja dan pangeran. Bukan hanya wanita itu saja sih, semua orang yang berada di kedai juga memberikan hormat kecuali para preman itu.
"Itu mereka yang mulia raja, mereka yang ku lihat kemarin membekap pangeran dan membawanya pergi." Seru pria tersebut.
"Haaah? Omong kosong apa itu?" Ucap bos preman tersebut.
"Aku bicara kenyataannya, aku melihat sendiri kemarin kalian menculik seorang anak kan! Asal kalian tau, anak itu adalah seorang pangeran!"
"Tangkap mereka!" Titah Farel.
Anak buah Keiichiro menangkap para preman itu, memang tidak mudah, karena mereka melawan dan berusaha untuk kabur. Terjadi perselisihan hanya untuk sementara waktu, mereka berhasil di tangkap meski kedainya sedikit mengalami kerusakan. Para prajurit dan Giovani sudah berjalan terlebih dahulu, Farel memberikan tiga kantong koin kepada si wanita sebagai ganti rugi atas kerusakan kedainya. Dan si pria di berikan satu kantong koin oleh Farel sebagai ucapan terima kasih atas infonya. Pada mulanya si pria menolak karena sebelumnya sudah mendapatkannya, namun Farel memaksa untuk di terima.
Setelah mereka semua pergi, para rakyat yang berada di sana menjadi sedikit berisik karena bertanya tanya soal pangeran siapa yang di culik? Bukan kah pangeran Giovani ada di sana? Atau mungkin diam diam raja Farel melakukan hubungan terlarang dan memiliki seorang anak yang hingga saat ini di sembunyikannya. Wanita pemilik kedai itu menuntut penjelasan dari temannya, dan orang orang di sana segera diam menantikan penjelasan dari si pria.
"Yang aku tau dari tuan bangsawan tadi, anak yang di culik itu merupakan cucu keponakan raja Farel, ia cucu dari tuan putri Rachel." Jelasnya. Namun hal itu masih menimbulkan keributan dan sebuah tanda tanya besar. "Bukan kah tuan putri Rachel sudah meninggal sejak kecil? Lalu bagaimana bisa dia memiliki seorang cucu terlebih lagi sudah remaja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasíaCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...