Chap 76

82 17 2
                                    

Keesokan harinya di sekolah, pada pagi ini kelas para bangsawan sedang berkumpul semua untuk mengambil nilai sihir spiritual mereka. Zora mendapatkan bagian akhir karena namanya yang di awali huruf Z, jadilah ia bermalas malasan di pengambilan nilai ini.
Aoi sudah lebih dulu mengambil nilai, dan seperti tahun sebelumnya, nilai spiritual Aoi berada di bawah rata rata sehingga ia mendapatkan nilai C-. Lalu kini tiba sudah giliran Vero, siswa terkenal dan populer baik di kalangan bangsawan atau pun para rakyat.

Dengan sikapnya yang terlihat angkuh bagi Zora, ia maju dan merapalkan sihirnya pada yokai yang berada di hadapannya. Pihak sekolah memang sudah menyiapkan yokai dengan kekuatan yang tidak akan membahayakan para murid untuk melakukan penilaian. Dan Zora sebenarnya tidak ingin ikut serta, karena ia tidak akan rela menyegel yokai yang juga merupakan kaumnya.

"Zora majulah, kini giliran mu. Berhenti bermalas malasan dan segera kesini." Ujar guru tersebut yang tentu saja bukan Suichi, karena ini bukan bagiannya.

Zora maju dengan menguap, ia mengantuk karena lama menunggu. "Apa aku harus menyegelnya ke dalam kendi ini?" Tanya Zora yang sebenarnya sudah tau jawabannya.

"Tentu saja, ini lagi pengambilan nilai untuk menyegel yokai kan. Dan kamu juga sudah melihat sendiri teman teman mu melakukan itu juga." Saut guru tersebut.

"Mungkin dia tidak bisa melakukannya pak guru, bisa jadi dia lebih lemah dari Aoi." Ledek Vero membuat murid lainnya tertawa terbahak bahak.

Zora melihat yokai di hadapannya yang nampak ketakutan, itu sangat mengganggu Zora sebagai cucu penguasa yokai. Pasti yokai itu tau tentang siapa diri Zora karena ini merupakan kampung halaman kakeknya, pikir Zora demikian. Lalu ia memandang Vero dan murid lainnya yang sedang tertawa tersebut, dan ia beralih melihat Aoi yang hanya menunduk. Zora sudah tau kenapa spiritual Aoi begitu rendah, dan Zora kesal kepada orang orang yang menertawakan teman satu satunya itu. Zora menyeringai lalu ia berkata. "Benar itu pak guru, aku tidak bisa menyegel yokai. Bahkan kemampuan menyegel ku lebih buruk dari Aoi."

"Meski pun begitu cobalah untuk menyegelnya, agar pak guru bisa mengambil nilai."

"Beri saja nilai ku F."

"Zora... Kau tidak bisa seperti itu, cepat lakukan penyegelannya." Titah sang guru kembali membuat Zora menghela nafas menghadap yokai di depannya.

"Apa kau ingin di segel? Walau hanya sesaat untuk pengambilan nilai ku?" Tanya Zora dan di jawab gelengan yang cukup kuat oleh yokai tersebut.

"Hahaha lihat itu, bahkan dia meminta izin terlebih dahulu ke yokainya. Yokai mana coba yang akan mengizinkan dirinya untuk di segel, aneh sekali dia." Ledek kembali Vero yang tak di indahkan oleh Zora.

"Pergilah." Ujar Zora membuat yokai tersebut sedikit bingung namun merasakan sedikit lega di benaknya. "Kau bisa pergi sendirikan? Pergilah sebelum ada yang menangkap mu." Lanjut Zora.

"Zora, kau tidak bisa menyuruh yokai untuk pergi begitu saja. Ini sedang pengambilan nilai dan kau harus melakukan tugas mu." Si guru nampak frustasi menghadapi murid barunya.

"Terima kasih banyak Zora-sama." Seru yokai itu dan segera pergi meninggalkan lapangan pelatihan.

"Karena yokainya sudah pergi maka aku gagal dalam melakukan tugas ini, pak guru bisa memberikan ku nilai F, aku tak masalah sama sekali." Ujar Zora yang berlalu begitu saja meninggalkan sisi guru tersebut dan berjalan ke arah Aoi dengan tersenyum bodoh.

"Lihat itu, sungguh bodoh sekali dia. Pantas saja dia berteman dengan Aoi, rupanya sama sama bodoh mereka." Vero kembali meledek dan anak lainnya tertawa akan hal itu. Apakah seperti ini kelas bangsawan? Menertawakan mereka yang lemah dan mengolok oloknya. Sepertinya Zora menginginkan berada kembali di kelas para rakyat saja, toh sikap mereka hampir sama, hanya kedudukan saja yang membedakannya. Selesai dengan pengambilan nilai itu, semua murid kini beristirahat. Aoi dan Zora pergi menuju kantin untuk membeli sebuah minuman.

"Maaf ya, kau jadi ikut ikutan seperti ku di olok olok oleh orang lain." Sesal Aoi.

"Bukan masalah untuk ku, karena kau teman ku yang berharga. Jadi aku tidak perduli dengan yang lain." Ujar Zora dengan sangat santai.

"Zora! Ku dengar kau tidak melakukan tugas mu dengan baik dan membiarkan yokai pergi pada saat giliran mu tiba." Seru Suichi yang datang menghampiri Zora dan Aoi setelah si guru tadi mengadu kepada Suichi.

"Ya aku melakukan itu, apa ada masalah?" Jawab Zora seakan itu bukanlah masalah besar.

"Kau bajingan kecil, bagaimana bisa kau lakukan itu." Suichi mengacak acak rambut Zora hingga berantakan.

"Hentikan itu kak, apa kau mau aku panggil paman sama seperti paman Giovani?" Ucapan Zora membuat Suichi menghentikan kegiatannya. "Lagi pula bagaimana bisa aku menyegel kaum ku sendiri, apa lagi aku lihat yokai itu nampak ketakutan."

"Haaah anak nakal ini, tadi aku meminta guru mu itu untuk memberikan nilai setidaknya C dan aku mengatakan kalau kau ada sedikit masalah dalam penyegelan yokai di masa lalu, sehingga kau mengalami trauma akan hal itu."

"Ooh... Kerja bagus kak Suichi, kakak melakukan tugasnya dengan sangat baik. Itu baru namanya pengawal ku." Ucap Zora sembari menepuk pelan pundak Suichi.

"Aku bertugas untuk menjaga mu bukan jadi pengawal mu, lain kali aku tidak akan menolong mu lagi."

"Mau minum?" Zora menawarkan minumannya kepada Suichi.

"Aku tidak ingin meminum minuman bocah seperti ini. Ku rasa nanti aku harus meminta minuman orang dewasa ke kakek sebagai imbalannya, baiklah aku pergi dulu." Suichi pun berlalu meninggalkan Zora, lalu Aoi tak henti henti menatap Zora dengan sedikit tersenyum.

Zora menyadari hal itu dan ia segera menatap balik Aoi. "Apa yang kau lihat?" Tanya nya. "Kau." Jawab Aoi singkat dan masih saja tersenyum.

"Aku tau itu dan aku tidak buta, kenapa kau menatap ku seperti itu? Apa ada sesuatu di wajah ku? Atau ada hal yang aneh dengan ku?" Tanya kembali Zora.

"Tidak ada, hanya saja aku berpikir betapa cantik dan menggemaskannya dirimu. Aku suka sikap mu yang menyebalkan dan nampak angkuh itu, bagaimana jika kau menjadi pasangan ku saja Zora?"

Seluruh bulu kuduk Zora merinding di buatnya, ia bahkan memeluk tubuhnya sendiri. "Kau gila Aoi! Aku ini cowo jika kau lupa, mana mungkin aku menjadi pasangan mu." Tolak Zora yang masih merinding di buatnya.

"Hahaha lucu sekali expresi mu Zora... Aku hanya bercanda kali, tidak sungguhan. Tapi lain ceritanya jika kau memang menginginkan itu, aku pasti akan menerima mu dengan senang hati. Apa lagi kalau kau benar benar seorang wanita, aku lebih menerima mu lagi karena aku bisa mendapatkan keturunan dari mu. Yaah intinya, aku tidak perduli dengan gender mu itu Zora."

"Kau mengerikan Aoi, sungguh. Ku rasa aku harus segera kembali ke kelas sebelum virus gila mu ini menular pada ku." Zora segera berlari meninggalkan Aoi yang masih tertawa melihat sikap Zora yang nampak menggemaskan itu. Sungguh, ia terlihat sangat cantik dan manis dengan sikap malu menolak candaan Aoi tadi.































Tunggu...
Kenapa jadi kaya cerita BL ya?

Dikit mah gk apa kali ya :v

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang