Chap 95

72 11 0
                                        

Kicauan burung terdengar begitu merdu, hingga membuat Zora terbangun. Ia duduk dengan bersandar pada kepala ranjangnya tersebut. "Haaah... Semalam itu sungguh menyebalkan, bagaimana bisa Afdi bermuka dua seperti itu? Meski pun paman Giovani memberitaukan ku, bahwa seorang pangeran harus bersikap layaknya pangeran di hadapan orang lain, sekali pun sifat aslinya bertolak belakang. Tapi, bukan kah itu merepotkan? Kenapa harus seperti itu? Lebih enak menjadi diri sendiri kan?" Zora kini beranjak dari tempat tidurnya, ia berjalan hendak menuju kamar mandi, namun langkahnya terhenti ketika ia melewati sebuah cermin.

Zora membulatkan kedua matanya, ia meraba sekujur tubuhnya. Ia nampak tidak percaya dengan apa yang di lihatnya sekarang? "Ini... Tidak mungkin nyata kan? Ucapan Afdi kemarin, tidaklah benar kan? Tapi kenapa? Kenapa ini bisa terjadi? Jangan jangan Afdi semalam...."

"Zora... Kau sudah bangun?" Seru Afdi yang membuka pintu kamar Zora, dan di belakangnya ada Giovani, Farel dan juga Clara. "Waah ternyata obatnya sudah bekerja, Zora kau semakin cantik saat ini."

"Cucu ku cantik sekali, kau semakin mirip dengan Rachel. Lebih baik sekarang kita pikirkan nama baru untuk Zora, nama yang cantik sesuai dengan wajahnya, setelah itu kita harus membuat pesta besar besaran. Aah tentu jangan lupakan perihal pernikahan Zora dengan Afdi." Ujar Farel.

"Apa yang kakek bicarakan? Kenapa aku harus menikah dengan kak Afdi? Aku ini laki laki kek, laki laki!" Elak Zora tak terima.

"Tapi itu dulu kan Zora, lihatlah sekarang, kau sudah berubah menjadi wanita sepenuhnya." Saut Giovani.

"Semalam saat kau tidur, aku meminumkan obat itu secara diam diam. Syukurlah kau tidak terbangun saat itu, akhirnya aku senang kau akan segera menjadi milikku Zora." Ucap Afdi dengan tersenyum manis.

"Tidak..... Ini tidak benar... Aku tidak mungkin berubah menjadi perempuan..." Zora meremas kuat rambutnya, ia nampak sangat prustasi.

"Zora..."

"Tidak... Tidaakkk.... TIIIDDAAAAAAAKKKKKKKK...."

"Bruuuaakk...."

"Ada apa Zora? Apa yang terjadi?"

Zora yang baru saja membuka matanya dan segera terbangun dari tidurnya dengan nafas yang terengah engah. Ia melihat sumber suara yang menanyakan keadaan kepadanya, lalu ia melihat badannya dan meraba rabanya.

"Zora, ada apa? Mimpi buruk?"

"Aku... Aku laki laki kan paman? Aku tidak berubah menjadi perempuan kan paman?" Tanya Zora kepada Giovani.

"Apa yang kau bicarakan? Cepat bangun, atau kau akan kesiangan pergi ke sekolah." Ujar Giovani yang kemudian berlalu meninggalkan kamar Zora.

"Mimpi? Syukurlah semua itu hanya mimpi, sangat mengerikan sekali tiba tiba aku berubah menjadi perempuan." Ucap lega Zora, kemudian ia bersiap siap untuk pergi ke sekolah.

Setelah mandi, Zora melihat tidak adanya Afdi dan Marfin di meja makan. Padahal ia ingin sekali memarahi Afdi, karena ucapannya ia jadi bermimpi buruk.
"Dimana pangeran Afdi dan paman pengawalnya?" Tanya Zora yang baru saja duduk di bangku meja makan, berkumpul dengan keluarganya.

"Sudah pergi tadi pagi, nanti siang ia akan mampir ke sekolah mu terlebih dahulu sebelum pergi meninggalkan kerajaan kita ini." Jawab Farel.

"Oh sayang sekali."

"Sayang sekali apa?" Tanya Giovani.

"Aku tidak bisa mengomelinya disini." Jawab Zora santai.

"Jangan cari masalah Zora!" Ucap Kano memperingati.

"Hanya bercanda kakek buyut, jangan di anggap serius hehehe..."

Giovani yang melihat tingkah Zora hanya bisa menghela nafas pelan sembari menggelengkan kepala. Sepertinya, keponakan tersayangnya ini gak pernah belajar dari pengalaman dan slalu saja membuat Kano kesal. 'Kalau terus seperti ini, kapan mereka bisa akur?' Tanya Giovani di dalam hatinya.

Zora telah tiba di sekolah berkat bantuan Shiro tentunya, Shiro sengaja datang dan mengantar Zora kesekolah dengan niatan ingin melihat sekolahnya Zora seperti yang di lakukan oleh Kazuma. Karena kemarin Kazuma bercerita kepada para pengikutnya tentang sekolahnya Zora yang lumayan bagus. Hal itu membuat Shiro penasaran dan ingin tau, namun sayangnya Zora melarangnya. Baru juga kemarin Kazuma membuat masalah, hari ini Zora tidak mau lagi ada masalah, apa lagi si Afdi kan mau berkunjung kesini.

Karena hari ini akan ada kunjungan dari Afdi, kegiatan belajar mengajar pun tidak sepenuhnya terlaksana. Karena beberapa guru mengurusi penyambutan untuk Afdi, agar kedatangannya yang jauh dapat disambut dengan sangat baik dan tidak mengecewakannya.

Kelas Zora sudah sangat ramai, Suichi selaku wali kelasnya termasuk guru yang akan menyambut Afdi, sehingga kelas Zora kosong tidak ada guru pengganti. Juana sudah sangat heboh mempercantik dirinya dan teman temannya tak henti henti memuji kecantikan Juana. Vero dan murid lainnya, mereka sedang mengobrol membicarakan tentang Afdi, bahkan ada yang berkata kalau mereka sangatlah gugup. Sementara Aoi hanya memperhatikan teman sekelasnya, lalu Zora??? Ia justru sedang asik menikmati tidurnya. Kapan lagi kan, ia bisa bebas tidur tanpa di bangunkan oleh guru.

Dan saat ini Afdi sudah datang kesekolah, ia berada di ruang guru. Kepala sekolah menjamunya dengan baik dan ramah.
"Lama tidak bertemu pangeran Afdi, saya Suichi kerabatnya Zora. Bagaimana kabar pangeran?" Tanya Suichi ramah.

"Oh kak Suichi yang waktu itu ya... Lama sekali memang kita tidak pernah bertemu, dan waktu itu saya juga segera pulang tanpa bermalam terlebih dahulu. Seperti yang kau lihat kak Suichi, saya sangat sehat. Kabar kak Suichi sendiri bagaimana?" Tanya balik Afdi.

"Saya sangat senang mendengarnya, dan kabar saya cukup baik. Tapi pangeran, tolong jangan panggil saya dengan sebutan kak, itu sedikit terdengar....."

"Memangnya kenapa? Saya kan lebih muda dari kak Suichi."

"Tetap saja pangeran, tolong panggil saya dengan nama saja."

"Baiklah jika kau memaksa." Afdi meraih cangkir yang di sediakan untuknya, lalu ia minum seteguk dengan sangat elegan.

'Bahkan cara minum seorang pangeran saja berbeda, terlihat indah sekali.'

'Pangeran dari kerajaan Snow sangat rupawan, kulitnya saja sangat putih mulus seperti salju.'

Batin para guru yang hadir di sana dan terpesona akan apa yang di lakukan Afdi, serta ketampanannya. Mereka tidak tau saja karakter asli Afdi itu seperti apa. Jika ada Zora di sana, ia pasti akan berteriak dengan berkata "Jangan tertipu dengannya, sifat sebenarnya sangat berlawanan.", yaaah... untungnya saja Zora tidak ada, jadi tidak akan ada yang membongkar rahasia itu.

"Saya datang ke sini karena ingin melihat lihat sekolah ini karena seseorang, saat pulang nanti saya akan membicarakannya kepada ayah saya sesuai pendapat yang saya lihat. Siapa tau saja kita bisa melakukan pertukaran pelajar, atau mungkin latih tanding." Ucap Afdi.

"Kami semua mengharapkan kabar baiknya pangeran Afdi, jadi bagaimana jika kita pergi berkeliling untuk melihat sekolah?" Tawar sang kepala sekolah.

"Kalau begitu, aku ingin pergi dari kelasnya para rakyat, setelah itu baru ke kelasnya para bangsawan."

Afdi, Marfin, kepala sekolah, dan Suichi pergi berkeliling sekolah. Sementara guru lainnya kembali melakukan aktifitas mereka, dan menenangkan para murid yang heboh di kelas karena tidak ada wali kelasnya.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang