Chap 13

179 28 2
                                    

Seiya melangkahkan kakinya secara perlahan ke arah Zora dan yokai itu. Zora membalikkan badannya, dengan tubuhnya yang kecil ia berusaha melindungi yokai yang lebih tinggi darinya.

Zora menatap tajam Seiya ketika ia sudah menghentikan langkah kakinya tepat satu meter di hadapannya.

"Aku jadi semakin ingin membuatnya jadi pelayan ku." Ujar Seiya dengan senyumannya yang jahat.

"Zora-sama." Ucap yokai itu dengan gemetar.

"Apa kau kenal dengan yokai itu, Zora?" Tanya Seiya.

"Tidak, ini pertama kalinya aku bertemu." Jawab Zora dengan suaranya yang ia tegaskan.

"Kalau begitu menyingkirlah, aku tidak ingin membuang buang waktu ku terlalu lama."

"Tidak akan! Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh yokai ini!"

"Oh..." Gumam Seiya dengan menaikkan sebelah alisnya.

Entah kapan Seiya memberikan perintah, tiba tiba saja pelayan mereka datang dan berusaha untuk memisahkan Zora dengan yokai ini.

"Jangan pisah dariku!" Titah Zora kepadanya.

Satu persatu yokai pelayan Seiya datang untuk menyerang, dan dengan sigapnya Zora memukuli mereka hingga mereka terpental.

Zora menghirup nafas dalam dalam dan kemudian berteriak "Shiro!" dengan kerasnya.

Shiro segera datang, Zora dan yokai itu langsung naik ke badannya Shiro yang sudah berubah wujud besarnya.

Shiro mengeluarkan cahaya dari matanya membuat pelayan yokai Seiya yang sangat lemah di bandingkan Shiro lenyap seketika.

Kemudian Shiro terbang dan menghilang dari pandangan Seiya serta Suichi.

"Haha... Hahahaha.... Menarik, sangat menarik. Bocah itu membuat ku semakin tertarik, aku jadi ingin membuatnya tunduk padaku.

Dengan Zora yang berada di tangan ku, akan mudah bagiku untuk memiliki yokai mana pun untuk menjadi pelayan ku.

Dan juga untuk melenyapkan yokai yokai di kerajaan ini, dengan begitu aku Seiya, kepala keluarga Miyako akan selamanya menjadi yang terkuat dan di takuti hahaha.

Kau lihat itu kan Suichi, bagaimana yokai itu segera meminta bantuan ke pada Zora, padahal mereka tidak saling kenal.

Itu berarti ada sesuatu pada diri Zora yang tidak kita ketahui.

Jika tidak, untuk apa dia meminta bantuannya bukan? Dia itu yokai kuat, sudah pasti dia bisa membunuh kita dengan mudahnya. Tapi dia memilih meminta bantuan Zora.

Aah ini membuat ku sangat berdebar debar, aku ingin segera menguak tentang jati dirinya!" Ucap Seiya.

Suichi yang mendengar celoteh Seiya sangat kesal, dia tidak mau teman kecilnya di usik oleh Seiya si pemburu yokai yang di kenal sangat sadis dan tidak memiliki hati.

"Aku tidak akan membiarkan mu menyentuh Zora, tidak akan ku buat kau bisa memilikinya!" Tegas Suichi.

"Apa!? Kau ingin membantah ku? Kau harus sadar diri, disini aku lah bangsawan tertinggi dan kau berada di bawahku!" Ujar Seiya dengan wajahnya yang serius dan tatapan mata yang tajam, seakan bisa membunuh Suichi yang berada di hadapannya.

"Aku tidak perduli dengan kedudukan kebangsawanan kita saat ini, aku tidak akan membiarkan kau bisa memenuhi keinginan busuk mu itu!"

Suichi segera pergi meninggalkan Seiya dan acara perkumpulan yang belum usai itu. Sementara Seiya hanya berdecak kesal karena ini pertama kalinya Suichi membantah ucapan Seiya.

Sementara itu....
Shiro berhenti di kaki gunung di mana tempat yokai itu tinggal.

"Disini saya sering mendengar perkataan yokai lainnya tentang anda Zora-sama. Senang rasanya dapat bertemu dengan anda, dan saya sangat berterima kasih atas bantuannya.

Sudah berapa hari ini saya sedang sakit itu sebabnya saya tidak bisa melarikan diri dengan mudahnya.

Jika saja tidak ada Zora-sama, saya tidak akan pernah tau bagaimana nasib saya sekarang, sekali lagi terima kasih banyak." Ucap yokai itu.

Mendengarnya yang sedang sakit, tentu saja membuat Zora ingin memberikan setetes darahnya agar ia sehat kembali.
Shiro jelas mengetahui hal tersebut, dan berusaha mencegahnya.

Tapi Zora menepis pelan tangan Shiro dengan tersenyum, bila sudah seperti itu Shiro hanya bisa diam dan berdecak kesal.

"Ini minumlah, dan ingat hanya setetes saja tidak boleh lebih." Seru Zora yang sudah menggigit ibu jarinya hingga mengeluarkan sedikit darah.

Yokai itu membelalakkan matanya dan berseru, "Tidak perlu Zora-sama, sakit saya tidaklah parah. Hanya perlu istirahat selama beberapa hari pasti saya akan sembuh dengan sendirinya."

"Jika dalam beberapa hari ini kak Seiya datang mengincar mu lagi, bagaimana? Apa yang bisa kau lakukan?"

"Tapi Zora-sama..." Ucap ragu yokai tersebut.

"Hanya setetes saja, aku tidak mengizinkan mu lebih dari itu. Kau harus pulih agar kau bisa melindungi diri mu sendiri serta gunung tempat tinggal mu ini."

Dengan enggan, yokai itu melakukan perintah Zora yang sebenarnya ia sangat tidak berharap bahkan tidak pernah bermimpi dapat meminum darah Zora meski hanya setetes.

Setelah ia minum darahnya Zora, yokai itu kembali merasakan kekuatannya telah terisi semuanya, dan rasa sakit yang tlah hilang.

"Terima kasih banyak Zora-sama, terima kasih banyak." Ucap yokai tersebut dan di balas senyuman yang manis oleh Zora. "Sekarang pulang lah." Ujar Zora yang kemudian yokai itu pergi menuju puncak gunung.

Dan Zora kembali naik ke badan Shiro yang besar itu, untuk kembali menuju rumahnya yang kecil

Sesampainya di rumah, Zora segera berbaring di atas kasurnya yang empuk itu. Shiro yang sudah kembali ke wujud kecilnya itu terus berguling kesana kemari di ruangan kamar Zora yang tidaklah besar.

Mulut Shiro tidak henti hentinya mencibir dan memarahi Zora, sementara yang di marahinya hanya memejamkan mata dan menutupi wajahnya dengan bantal.

"Kenapa kau slalu bertindak sesuka hati mu hah? Harus bagaimana aku beri tau padamu untuk tidak memberikan darah mu pada yokai!

Apa kau tidak jera juga setelah kejadian tempo hari sampai kau demam tinggi? Tidak kah kau ingat setiap kali kau berikan darah mu pasti akan membuat mu sakit!

Argh....! Aku benar benar tidak mengerti dengan jalan pikiran mu! Sifat siapa yang kau turuni itu!" Keluh Shiro dengan amarahnya, lalu ia terdiam sejenak dan teringat akan sesuatu.

"Ah benar, kau memiliki sifat yang sama dengan nenek mu Rachel." Ucap Shiro kembali dengan sendu.

Zora melepaskan bantalnya dan merubah posisinya dari tidur hingga duduk serta menatap Shiro dengan serius.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Tanya Shiro yang merasa risih dengan tatapan Zora yang mengganggunya.

"Aku ingin mendengar cerita tentang nenek. Shiro, ceritakan padaku semua yang belum kau ceritakan."

Sebenarnya Shiro nampak enggan untuk bercerita, karena dirinya masih merasa kesal dengan tindakan Zora.

Namun melihat mata Zora yang penuh harap, membuat Shiro menghela nafas panjang dan tidak bisa menolak permintaan tuannya.

Hingga akhirnya kekesalan Shiro di buangnya dan memulai bercerita yang terlintas begitu saja di benaknya, kenangan dimana Rachel bertemu pertama kali dengan Kazuma, tuan besar Shiro dan kawan kawannya pada saat itu.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang