Pagi menjelang, sang kapten sudah kembali ke markas setelah datang ke rumah Suichi dan menyerahkan surat pemberitahuan tentang Zora yang pergi di tengah malam.
"Kapten, kau sudah kembali? Padahal aku saja yang pergi juga tak masalah, kau sampai harus pergi hanya untuk menyerahkan surat itu." Ujar Kiriyo."Tak apa, aku sekalian ingin menghilangkan rasa kesal ku gara gara bocah satu itu. Ngomong ngomong, dimana anak itu? Masih tidur?" Tanya kapten.
"Ya kapten, tidur sangat pulas sekali."
"Aku akan istirahat sejenak, kalau tuan Suichi sudah datang tolong beritau aku."
"Siap kapten!"
Setengah jam kemudian Suichi pun datang ke markas tersebut. "Permisi, tadi saya mendapatkan surat pemberitahuan kalau Zora berada disini." Serunya.
"Tuan Suichi silahkan masuk, silahkan tunggu sebentar. Saya akan bangunkan kerabat anda." Ujar Kiriyo yang segera masuk ke dalam untuk membangunkan kaptennya terlebih dahulu, barulah ia membangunkan Zora.
"Maaf mengganggu waktu anda tuan Suichi." Ujar si kapten ketika menemui Suichi.
"Tak apa, selama anak itu berada disini anak itu merupakan tanggung jawab saya." Suichi tersenyum ramah ke pada sang kapten.
"Jadi anak itu benar kerabat anda tuan?"
"Kerabat? Lebih tepatnya sih, dia sepupu saya."
"Oh begitu... Nah anaknya sudah datang, jadi saya meminta anda untuk menandatangani buku penjaminan ini tuan. Dan untuk kedepannya, tolong jangan biarkan Zora berkeliaran lagi di tengah malam karena itu sangat berbahaya. Semalam kalau bawahan saya tidak melihatnya, mungkin Zora sudah sekarat karena habis di pukuli oleh para perampok."
Suichi mendengarkan apa yang di katakan oleh sang kapten sambil menandatangi buku tersebut. Setelahnya ia hanya terkekeh kecil dan menatap Zora yang enggan memandangnya dengan wajah yang terluka.
"Lain kali jika kalian melihat hal serupa itu lagi, maka biarkan saja. Kalau tidak seperti itu, anak ini tidak akan ada kapoknya. Percuma bicara baik baik dengannya karena tidak akan di dengar. Baiklah, karena urusan saya sudah selesai maka saya pamit undur diri." Suichi beranjak dari duduknya, meraih tangan Zora dan memandanginya. "Katakan apa pada mereka?" Lanjut Suichi.
"Apa?" Tanya Zora tak mengerti, atau pura pura tidak mengerti.
"Kau sudah di tolong, di obati, menumpang tidur di markas, kau sudah menyusahkan mereka. Jadi sebelum pergi kau harus bilang apa ke mereka?"
"Aku tidak pernah meminta mereka untuk menolong ku." Jawab Zora dengan ketus.
"Oh jadi kau lebih menginginkan aku bercerita soal ini ke paman Farel? Baiklah, aku yakin setelah paman Farel tau kau pasti akan di bawa ke Glavador sekarang juga dan di jaga ketat oleh Yuzu atau lainnya. Dan yang pasti paman Farel akan menceramahi mu seharian."
"Tck!" Zora berdecak.
"Terima kasih paman." Ujarnya lalu pergi lebih dahulu keluar markas."Maafkan anak itu jika sudah merepotkan kalian, ada hal hal yang mengejutkan baginya, jadi perasaannya tidak stabil saat ini."
"Tidak apa tuan Suichi, kami mengerti."
"Baiklah kalau begitu, saya permisi."
Suichi menghampiri Zora yang sedang diam di depan markas tersebut. Saat sedang dekat, Suichi memberikan hadiah pada Zora beruba sebuah jitakan di kepalanya. "Dasar anak nakal. Apa yang kau lakukan semalam di luar rumah sendiri? Kenapa tidak meminta kak Tsukasa menemani mu atau kakek mu gitu?" Tanya Suichi.
"Aku hanya keluar untuk mencari makan, aku lapar. Dan pas mau pulang aku tersesat. Aku tidak mungkin membangunkan paman Tsukasa dia pasti lelah seharian bekerja, dan pagi ini harus pergi bekerja juga."
"Itu salah mu karena tidak mau makan malam, padahal kak Tsukasa menyimpan makan malam mu, kenapa tidak mencoba untuk mencarinya di dapur? Tadinya ku kira kau di kejar kejar yokai lagi lalu ketemu para preman dan berakhir di temukan oleh prajurit yang sedang bertugas."
"Baru kemarin aku merasakan kebebasan tanpa di kejar kejar yokai, mungkin karena kakek kembali jadi tidak ada yang berani mengganggu ku." Zora menjeda ucapannya. "Haaah sial, baru kemarin aku masuk sekolah dan sekarang aku sudah membolos lagi."
"Kau kan memang anak nakal, jadi tak ada masalah kan kalau kau membolos lagi hahaha..."
"Tck. Sejak aku mengenalmu aku jadi jarang masuk sekolah, kehidupan damai ku sudah hilang gara gara kehadiran kak Suichi. Aku merindukan hari hari itu."
"Seharusnya kau berterima kasih pada ku, kalau kau tidak bertemu dengan ku, mungkin hingga saat ini kau masih hidup seorang diri. Kau tidak akan pernah menemui kakek mu dan saudara saudara lainnya yang berada di Glavador."
"Meski pun begitu kehidupan ku yang damai tak akan hilang."
"Taak..." "Ssh..."
Suichi menjitak kepala Zora, dan Zora meringis kesakitan."Jangan pernah bicara seperti itu, jika mereka mendengarnya, mereka semua akan sedih. Selama ini mereka berusaha mencari tau tentang kebenaran bibi Rachel, apakah masih hidup atau tidak. Meski paman Farel selalu di beritaukan oleh kakek Kano kalau bibi Rachel telah meninggal, tapi paman Farel tidak percaya bila tidak menemukan tulang belulangnya.
Dan betapa bahagianya paman Farel ketika mengetahui bahwa kau cucu dari adiknya yang selama ini di cari, meski pun ia merasa sedih mendapatkan kabar kalau adiknya benar benar telah meninggal. Jadi Zora, jangan pernah kau bicara seperti itu lagi. Kau akan melukai perasaan orang orang yang menyayangi mu."
Tanpa menjawab apa pun, Zora mempercepat langkah kakinya dengan bergumam kecil.
"Aku tidak bisa melakukan itu, karena selama ini tidak ada satu pun yang menjaga perasaan ku. Kenapa aku harus repot repot melakukan itu? Aku bahkan tidak perduli jika mereka akan mencibir ku seperti yang lain."Meski nada suara itu sangatlah kecil, dan Zora beranggapan jika Suichi tak akan mendengarnya. Namun pada kenyataannya, Suichi mampu mendengar jelas apa yang di gumamkan zora tersebut.
Entah kenapa hati Suichi seakan teriris mendengarnya. Ya, Suichi tau tentang kehidupan Zora yang sejak dulu di alaminya. Tapi Zora tak pernah menduga kalau Zora memendam rasa benci sebesar itu, sehingga ia akan melampiaskannya pada siapa pun itu, termasuk orang orang yang baru di temuinya dan benar benar tulus menyayanginya. Mungkin butuh waktu untuk membuat Zora berubah, dan butuh usaha yang keras untuk mendidik Zora. Seorang anak yang keras kepala, susah di atur, memiliki kebencian yang mendalam, meski slalu menyembunyikannya dengan sangat rapi.
"Kau hanya akan melukai diri mu sendiri Zora, jika kau terus seperti itu. Lupakan kebencian mu, karena tidak semua orang itu sama." Seru Suichi namun Zora mengabaikannya, ia menganggap ucapan Suichi bagaikan angin lalu.
Di tengah perjalanan mereka, tiba tiba saja suara yang baru Zora kenali ini berteriak berseru memanggil namanya. "Zoraaaa..."
Tanpa mengalihkan pandangannya yang menuju jalanan di depan, tubuhnya telah di peluk dengan sangat erat oleh yang memanggilnya tadi."Kau kemana saja? Kakek mencemaskan mu, semalaman kakek mencari mu dari hutan ke hutan. Tsukasa bilang mungkin kau di kejar oleh yokai. Maka dari itu kakek langsung mencari mu malam itu juga. Kakek sudah bersiap siap untuk membunuh yokai yang berani menyakiti mu. Tapi kakek tidak berhasil menemukan mu. Zora, ada apa dengan wajah mu? Kenapa wajahmu luka luka seperti ini? Katakan pada kakek siapa yang melukai mu?! Akan kakek hajar pelakunya itu! Berani beraninya menyentuh cucu cantik kakek."
"Tampan kek! Tampan!!! Astaga, kenapa sih semuanya slalu bilang aku cantik! Minggir kek, aku sesak jika terus terusan di peluk seperti ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...