Chap 19

156 26 2
                                    

"Siapa?" Tanya Zora kepada anak itu. Anak laki laki itu mengangkat wajahnya dan melihat mata Zora yang sedang menatapnya.

"A-apa kakak ini yang bernama Kazuma Zora?" Tanya anak itu.

"Iya, ada apa kau mencari ku?" Tanya balik Zora.

"Ku dengar dari seorang pelayan bahwa kakak itu orang yang hebat, jadi aku datang kesini untuk meminta bantuan kakak."

"Bantuan apa?"

"I-itu..... Sebenarnya ibu ku mudah lupa dan sulit untuk tidur, aku tidak tau apa penyebabnya.

Jadi aku kesini ingin meminta kakak untuk membantu menyembuhkan ibu ku. Aku merasa sedih melihat keadaan ibu ku saat ini."

"Kau salah tempat untuk meminta bantuan, kau harusnya datang menemui dokter untuk menyembuhkan ibu mu itu, bukan aku.

Aku masih anak sekolah dan aku bukan dokter, bagaimana aku bisa menyembuhkan ibu mu yang sedang sakit itu. Jadi pulang lah."

"Tapi... Dokter sudah menyerah untuk mengobati ibu, dan aku tidak punya uang lagi untuk membawa ibu ke dokter lainnya."

Mata anak laki laki itu berkaca kaca, ia ingin menangis namun ia menahannya sekuat mungkin agar tidak ada setetes air mata yang terjatuh.
Anak itu, mencoba untuk kuat.

Zora membuang nafas dengan kasar dan mengacak acak rambutnya karena kesal pada dirinya sendiri.

"Dimana rumah mu?" Tanya Zora dengan acuh.

Anak itu nampak berbinar dan tersenyum lalu ia menjawab, "Di dekat pantai, rumah ku berada disana. Nama ku, Seijiro kak."

"Aku akan ke rumah mu besok sepulang sekolah, sekarang pulang lah. Perjalanan untuk pulang ke rumah mu cukup jauh kan, kalau kau tidak pulang sekarang kau akan bermalam di jalan."

"Baik kak! Sekali lagi terima kasih banyak atas bantuannya, aku akan pulang sekarang, sampai jumpa besok kak Zora."

Anak itu yang bernama Seijiro berlari dengan melambaikan tangannya ke Zora serta senyuman bahagia yang tak lepas dari wajahnya.

"Ingat, segeralah pulang dan jangan mampir ke tempat lain." Teriak Zora kepada Seijiro dan hanya di jawab dengan anggukan kepala, anak itu terus berlari menuju rumahnya.

Suichi menemui Zora yang masih berada di depan pintu. "Siapa anak itu?" Tanyanya kepada Zora, dan segera di jawab oleh Zora. "Oh anak itu....."
"Zora!"

"Eh..."

Saat Zora hendak menjawab, tiba tiba saja ada yokai yang membawa Zora pergi.
Yokai itu entah ia terbang atau berlari dengan sangat cepat saat hendak membawa Zora.

Karena begitu cepatnya tidak ada yang dapat melihat bahkan merasakan kehadirannya, termasuk Suichi yang berada di hadapannya.

Seketika tubuh Zora terangkat dan melesat jauh bahkan tangan Suichi untuk menariknya tak dapat meraihnya.

Suichi berteriak memanggil nama Zora, hingga membuat Kou serta Shiro yang berada di dalam segera keluar menghampiri sumber suara tersebut.

"Ada apa? Kenapa kau berteriak seperti itu tuan bangsawan?" Tanya Shiro.

Belum sempat di jawab oleh Suichi, Shiro dan Kou mencium bau yokai di depan rumah mereka.

Shiro kesal dan berubah menjadi besar, Shiro dan Kou segera pergi mengejar yokai itu. Tentu saja Suichi tidak mau kalah, ia memanggil pelayannya dan meminta untuk ikut mengejarnya.

Mereka bertiga pergi, dan Suichi ikut menyusul pergi dengan berlari meski ia sudah tertinggal jauh, namun ia terus berlari karena tidak mau hanya diam menunggu.

Apa pun yang terjadi Suichi ingin melindungi Zora, dan masih ada satu hal lagi yang membuatnya masih penasaran.

Kenapa Zora slalu menjadi incaran para yokai? Apa yang di incarnya?
Semua yokai mengenalnya, apa karena ia merupakan keturunan yokai yang sangat kuat? Apa itu alasan kenapa ia slalu di incar? Apa mereka semua merasa terancam? Itu sebabnya mereka slalu mengincar Zora?

Seketika terlintas dalam pikiran Suichi tentang Zora yang tidak dapat mengenali bau yokai dan manusia.

"Mungkin kah karena ke dua darah itu berada di dalam tubuhnya, sehingga Zora slalu mencium bau yang sama dari keduanya? Membuatnya tidak dapat membedakan mana manusia dan mana yokai." Gumam Suichi.

"Argh... Lupakan soal itu untuk sekarang, yang terpenting adalah keselamatan Zora saat ini!" Lanjut Suichi dan mempercepat langkah kakinya.

Sementara Zora yang sedang di bawa kabur oleh yokai tersebut, telah sampai di tempat tujuannya.

Siapa sangka bahwa yang menculiknya ini bukanlah yokai namun merupakan...
"Tengu?" Seru Zora saat dia di turunkan dari tubuhnya yang sedari tadi di gendong di pundak, layaknya sekarung beras.

Zora menatap tengu yang sangat rupawan itu dan tidak berhenti henti ia mengaguminya.

Pasalnya, Zora tidak pernah tau jika tengu itu benar adanya.
Yang ia tau yang selama ini ada adalah, yokai, ayakashi, dan juga mushi. Tidak pernah ada yang membahas atau bahkan melihat seorang tengu.

Meski ada gambarnya, tapi menurut Zora tengu itu merupakan dongeng belaka yang di buat oleh manusia.

Seperti halnya yokai yang di anggap dongeng oleh rakyat biasa karena mereka tidak dapat melihatnya.

"Berhenti menatap ku." Ucap lembut tengu tersebut.

"Ma-maafkan aku. Ini pertama kalinya aku melihat tengu, aku masih tidak percaya jika tengu itu ada. Aku kira tengu itu merupakan dongeng belaka." Ujar Zora yang jadi salah tingkah karena merasa bersalah menatap tengu yang menculiknya tanpa henti, bahkan tidak berkedip sekali pun.

"Apa kau bodoh?! Bagaimana mungkin kami ini hanyalah dongeng, sementara kami juga merupakan bagian dari yokai!"

"Maafkan aku! Itu karena, aku tidak pernah melihat kalian sebelumnya."

"Itu wajar, kami para tengu slalu bersembunyi di kedalaman gunung dan membuat pembatas agar tidak ada yang bisa mengganggu kami.

Kami para tengu tidak ingin terlibat dengan urusan manusia, itu sebabnya kita tidak pernah meninggalkan rumah kami ini. Karena sejak dulu kami dan manusia telah membuat kesepakatan agar tidak saling mengusik.

Jika salah satu dari kami melanggar perjanjian, maka kami semua akan mengadakan perang besar besaran, hingga salah satu dari kami menyerah atau musnah."

Zora hanya diam mendengarkan cerita dari tengu, hingga ia menelan air liurnya karena merasa cemas.

"La-lalu... Apa urusan mu dengan ku?" Tanya Zora gugup.

"Oh benar aku jadi lupa dengan tujuan ku. Zora-sama silahkan masuk." Seru tengu tersebut yang mempersilahkan Zora masuk ke dalam rumahnya.

Zora mengikuti tengu itu berjalan tepat di belakang tubuhnya yang besar, sesekali tangan Zora ia naikkan hendak menyentuh sayap berwarna putih itu yang nampak sangat lembut dan menggoda Zora untuk menyentuh dan mengusapnya pada pipi Zora.

Tapi Zora takut takut untuk melakukan itu, meski jaraknya tinggal satu centi lagi, Zora menarik tangannya kembali dan menurunkannya.

Dan Zora terus melakukan itu hingga akhirnya tengu itu berhenti membuat Zora terkejut dan menabrak tubuh besar tengu tersebut.

Tentu saja Zora tidak mensia-siakan kesempatan yang ada.
Wajah Zora yang menabrak sayap itu, dengan segera ia usapkan pada pipinya dengan tangan yang membelai lembut sayap putih itu.

"Lembut sekali." Gumam Zora menikmati sayap itu hingga menutup kedua matanya. Tentu hal itu di sadari oleh yang punya, membuat tengu itu batuk yang sengaja di buat agar Zora dapat melepaskannya.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang