Chap 23

174 23 2
                                        

Seiya serta rekannya bahkan Suichi sendiri pun merasa terkejut dan terheran, bagaimana mungkin luka mereka semua telah hilang dalam sekejab dan kini mereka memandang Seiya dengan pandangan memusuhi.

"Mustahil, bagaimana bisa?" Ucap Seiya dan hanya di balas dengan senyuman jahat oleh Zora.

"Lihat ini kak Seiya! Kau tidak akan pernah bisa mengalahkan tengu, bahkan yokai sekali pun. Jika kau tetap pada keegoisan mu dan merusak kedamaian yang sudah tercipta, maka kau lah yang akan kalah dan mati di tangan mereka!" Tegas Zora.

Seiya merasa kesal dan pada akhirnya ia dan rekannya pergi meninggalkan tempat para tengu.
Dan para tengu bersorak gembira akan kemenangannya. Lalu Kagami memapah Juan ke dalam dan meminumkannya air yang sudah di siapkan oleh Zora sebelumnya.

"Kau tidak apa apa kan? Kau tidak terluka kan?" Tanya Suichi dengan paniknya dan di jawab oleh Zora, "Aku baik baik saja kak, tidak usah khawatir."

Keadaan menjadi hening sesaat ketika mereka semua berjalan masuk ke dalam rumah para tengu.

"Eum Zora, aku tadi melihatnya. Kekuatan mu itu, sungguh sangat hebat. Apa kau sering menggunakannya?" Tanya Suichi dengan nada pelannya.

"Tidak, ini pertama kalinya aku menggunakan kekuatan itu. Bahkan selama ini aku tidak pernah tau jika aku memilikinya."

"Jadi, apa itu keluar begitu saja?"

"Kagami, selaku ketua tengu, ia memperlihatkan padaku kejadian di masa lalu. Dimana kakek ku membantu para tengu dari para bangsawan seperti kak Seiya itu.

Lalu aku melihat kakek bertarung dan Kagami bilang padaku, kalau aku juga bisa melakukan itu karena aku merupakan cucunya. Jadi tadi aku mencobanya, siapa sangka aku benar benar bisa melakukannya."

"Yang terpenting saat ini kau baik baik saja, aku sangat khawatir tadi. Selain itu, ini pertama kalinya aku melihat tengu."

"Aku juga sama, aku bahkan tidak menyangka kalau tengu itu ada."

Setelah itu Kagami menyampaikan terima kasih kepada Zora, dan Juan meminta maaf atas tindakan sebelumnya.
Zora memaafkannya karena terpaksa, Kagami serta Suichi membujuk Zora agar Zora dapat memaafkannya.

Dan barulah mereka pamit undur diri.

Zora tergeletak lemah di kasurnya, ia merasa kekuatan pada tubuhnya telah terkuras habis tak tersisa.
Tubuhnya sedikit demam hingga membuat Suichi mengurusi Zora hingga pagi tlah tiba.

Sinar mentari hangat masuk ke dalam kamar Zora akibat jendela kamarnya di buka lebar oleh Suichi.
Wajah Zora yang terpapar matahari segera membuatnya terbangun dan duduk di tepi kasur.

"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Suichi yang memeriksa suhu tubuh Zora dengan telapak tangannya yang di tempelkan pada kening Zora.

"Sedikit lemas." Jawab Zora.

"Istirahatlah lagi, kau tidak usah sekolah hari ini sampai kau benar benar sembuh."

"Tidak kak, aku harus pergi sekolah sekarang. Apa lagi aku punya janji sore ini."

"Dengar kata ku, lebih baik kau istirahat dan kalau keadaan mu sudah membaik siang ini. Sore nanti kau bisa pergi dan aku akan menemani mu pergi."

Zora menerima tawaran dari Suichi, ia segera beristirahat lagi setelah ia makan sarapan dan minum obat yang sudah di siapkan oleh Suichi.
Untuk pertama kalinya bagi Zora, ia merasa sangat senang ketika sakit karena yang merawatnya adalah seorang manusia.

'Seperti ini kah rasanya jika memiliki seorang kakak?' Batin Zora yang berusaha untuk tidur.

Sore hari Zora, Suichi serta Shiro pergi ke pantai tempat dimana Seijiro tinggal. Mereka tidak memakan waktu lama hingga sampai disana karena mereka pergi dengan Shiro yang membawanya.

"Kak Zora, terima kasih sudah mau datang ke rumah ku. Dan ano..." Ujar Seijiro terhenti ketika pandangan matanya beralih kepada Suichi.

"Dia kak Suichi, teman ku." Seru Zora yang sadar akan wajah penuh tanyanya Seijiro.

"Kak Suichi juga, terima kasih sudah mau datang ke rumah ku. Ayo silahkan masuk, kebetulan ibu ku sedang tidur.

Aku tidak bisa membangunkannya, karena ibu jarang sekali tidur. Setiap malam hari ibu slalu terjaga, dan jika ku tanyakan ibu slalu bilang kalau ibu tidak mengantuk.

Melihat keadaan ibu yang seperti itu sangat menyakitkan bagi kami sekeluarga. Ayah slalu sedih terlebih ibu slalu saja melupakan berbagai hal."

Mereka bertiga sudah sampai di kamar sang ibu dan melihat keadaannya.
Zora mengerutkan keningnya, pertama kali yang ia lihat adalah sebuah asap yang keluar dari daun telinga sang ibu dan terbang menuju langit langit rumah lalu menghilang.

"Mushi..." Gumam Zora yang di dengar oleh Suichi dan Seijiro.

"Aku juga melihatnya, jadi itulah mushi." Seru Suichi dan di tanggapi kebingungan oleh Seijiro. "Apa itu mushi?" Tanya Seijiro.

"Percuma saja aku menjelaskannya padamu, karna kamu juga tidak akan mengerti." Seru Zora.

"Mushi ini pemakan ingatan bukan? Apa kau bisa menyembuhkannya Zora?" Tanya Suichi kepada Zora.

Zora nampak sedang berpikir lalu ia menghadapkan dirinya kepada Seijiro. "Dimana ayah mu?" Tanya Zora.

"Sebentar lagi ayah akan pulang." Jawabnya.

"Baiklah, kita tunggu ayah mu datang dan ibu mu bangun, barulah aku akan membicarakannya." Seru Zora yang kemudian keluar rumah Seijiro di ikuti oleh Suichi.

"Zora..." Panggil Suichi yang membuyarkan lamunan Zora yang sedari tadi hanya diam memikirkan sesuatu. "Ya?" Ucap singkat Zora.

"Apa kau tau cara menyembuhkannya?" Tanya Suichi.

"Aku juga tidak yakin. Aku tau tentang mushi dari Shiro, tapi aku tidak tau cara menyembuhkan seseorang sepenuhnya jika ia di serang oleh mushi.

Mushi tidaklah jahat, tetapi mereka juga butuh makan untuk kehidupannya. Dan biasanya mereka hanya melakukannya kepada hewan, lalu kenapa manusia?"

"Ya aku juga tau soal itu, mushi pemakan ingatan ini slalu menyerang hewan. Tapi bukan berarti tidak ada manusia yang sakit akibat mushi atau yokai."

"Eh... Jadi mushi juga bisa menyerang manusia?" Tanya Zora yang nampak terkejut.

"Apa Shiro tidak memberitaukannya padamu?" Pertanyaan Suichi hanya di balas dengan gelengan Zora.

"Kak Zora, kak Suichi, ayah ku sudah datang." Saut Seijiro membuat sang punya nama masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan ayahnya Seijiro.

"Ibu mu?" Tanya singkat Zora dan segera di jawab oleh Seijiro, "Ibu belum bangun.".

Mereka berempat tlah berkumpul dan saling tatap mata.
"Jadi kau yang bernama Zora yang di rumorkan orang orang itu?" Tanya ayahnya Seijiro.

"Aku hanya seorang anak biasa, tolong jangan terlalu berlebihan menanggapi rumor yang beredar. Karena itu bisa saja di lebih lebihkan." Seru Zora.

"Sayang, Seijiro... Ah maaf, aku tidak tau kalau ada tamu." Ujar Ibunya Seijiro yang baru saja terbangun dan mencari suami serta anaknya.

"Bisakah bibi juga duduk dan dengarkan apa yang akan ku katakan setelah ini?" Ucap Zora yang membuat ibunya Seijiro nampak bingung, namun masih tetap mendengarkan perintah Zora.

Ibu Seijiro duduk di sebelah anaknya, dengan wajah yang penuh tanya.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang