Chap 27

156 21 7
                                    

Menjelang sore hari, Zora dan Suichi di antar pulang oleh Farel di dampingi tiga pengawal pribadi Farel.
Awalnya Zora menolak, namun Farel memaksa karena ia ingin tau dimana cucu dari adiknya ini tinggal selama ini. Bahkan Farel berniat untuk menginap selama satu malam. Mendengar hal itu, Suichi tidak mau tertinggal. Ia pun ikut menginap di rumah Zora.

Setibanya di rumah Zora, Farel tak henti berkata "Waah... Waaah..." pada setiap ruangan yang ia lihat.
"Hentikan itu kakek, aku tau kalau rumah ku kecil tapi jangan terus menghina seperti itu." Keluh Zora.

"Siapa yang menghina? Kakek tidak menghina, tapi kakek kagum melihat rumah mu yang kecil seperti ini." Ujar Farel dan Zora hanya bisa menghela nafas panjang.

"Sekarang permasalahannya adalah, dimana kalian semua akan tidur? Dirumah ini ada dua kamar, ku rasa itu kamar kakek dan nenek, tapi itu sangat berdebu karena aku tidak pernah menempatinya bahkan membersihkannya.

Jika itu kakek gunakan untuk tidur, lalu kak Suichi dan tiga pengawal kakek akan tidur dimana? Bahkan aku tidak memiliki futon untuk kalian tidur." Ucap Zora.

"Anda tidak perlu memikirkan kita bertiga pangeran, kita bisa tidur di ruang santai atau tempat lainnya, bahkan tanpa futon bukan masalah bagi kami." Ucap salah satu pengawal Farel.

Dengan wajah terkejut dan sedikit merona Zora berkata dengan gugup, "Pa-pangeran? Kenapa kau memanggilku dengan sebutan itu?"

"Tentu saja karena anda anak dari putri Rachel, jadi anda adalah pangeran." Jawab prajurit lainnya.

"Itu sedikit memalukan bagi ku."

"Hahaha..." Farel merasa geli dengan expresi yang di unjukkan Zora. Lalu Farel berkata, "Nanti kalau kau tinggal di kerajaan kau akan di panggil dengan gelar pangeran sama seperti kakek mu ini. Lambat laun kau akan terbiasa. Lebih baik sekarang kita makan lalu bercerita lagi tentang dirimu setelah itu kita tidur."

"Baiklah, kakek mau makan apa? Biar aku beli terlebih dahulu. Karena aku tidak pernah menyimpan stok makanan di rumah, setiap hari aku slalu membeli atau Shiro mau pun Kou yang akan memasak untuk ku." Ujar Zora.

"Kau duduk saja disini dan biarkan pengawal ku yang mengurus itu semua." Ucap Farel.

"Aku kan tuan rumahnya mana mungkin aku membiarkan tamu ku yang melakukan itu semua."

"Kenapa tidak? Biarkan mereka bekerja melakukan tugasnya."

"Haaah... Kalau begitu salah satu dari kalian ikutlah dengan ku, kita akan pergi berbelanja." Pinta Zora yang awalnya Farel tidak mengizinkan Zora pergi berbelanja.

Namun sifat keras kepalanya itu tidak ada yang bisa menghentikannya. Zora tetap pada pendiriannya akan pergi belanja dengan salah satu pengawal pribadi kakeknya itu.

Setelah memilih ini dan itu, dan membeli segala kebutuhannya untuk malam dan esok pagi sarapan. Zora dan salah satu pengawalnya Farel yang bernama Arthur, kini berjalan menuju rumah dengan tiga kantong belanjaan besar yang di bawa oleh Arthur.

Dalam perjalanan itu, Arthur tengah merasakan kehadiran yokai yang sedari tadi mengikuti mereka. Dalam benak Arthur, apakah pangeran kecilnya ini menyadari atau tidak, karena Zora nampak terlihat biasa saja. Padahal, penciuman Arthur terhadap bau yokai sangat tajam sekali dan terasa begitu bau menyengat, yang menandakan bahwa yokai itu merupakan yokai yang jahat.

"Apa pangeran tidak mencium bau yang sangat menyengat?" Tanya Arthur untuk memastikan.
"Bau? Menyengat? Tidak, aku tidak menciumnya sama sekali." Jawab Zora lantang yang membuat Arthur heran.

'Bagaimana bisa seorang pangeran tidak bisa mencium bau yokai?' Batin Arthur bertanya tanya pada dirinya sendiri yang sudah jelas tidak akan mendapatkan jawaban.

"Berikan aku darah mu... Berikan... BE..RI...KAAAANN...." Terdengar suara aneh di dekat mereka berdua, hingga membuat mereka menghentikan langkah kakinya.

Arthur melihat ke kanan serta ke kiri dengan posisi tubuhnya yang berusaha untuk melindungi pangeran kecilnya itu yang berada tak jauh dari tubuh belakangnya Arthur.

Dan tiba tiba... "Huwaaa..." "Buaaak..." Sudah dapat di tebak bukan? Kebiasaan dari dua suara tersebut. Yaa... Zora teriak kaget karena yokai itu muncul tiba tiba di hadapan Zora. Yokai itu turun dari atas pohon. Karena terkejut hal yang slalu di lakukan Zora adalah memukul yokai itu dengan tinjunya, membuat yokai tersebut terpental serta kesakitan dan juga membuat Arthur terkejut melihat Zora yang bisa memukul yokai dengan tangan kosongnya, bahkan tanpa merapalkan mantra. "Hebat." Gumam Arthur terpesona.

"Berikan aku darah mu...." Seru yokai itu yang kembali menyerang Zora. Kaki Zora tlah terbiasa untuk melangkahkan kakinya ketika ada yokai yang menyerangnya.
Hingga kini membuat Zora berlari ke arah hutan dan tidak ingat akan adanya Arthur yang sebenarnya hendak memunusnahkan yokai tersebut.

"Pangeran..." Teriak Arthur menghentikan mantra yang sedang di ucapkannya ketika melihat Zora berlari menjauh.
Baru saja Arthur ingin berlari menyusul Zora, langkah kakinya terhenti ketika namanya di sebut oleh suara yang tak asing di telinganya. "Arthur."
"Pangeran Farel, ini gawat pangeran. Ada yokai yang mengejar pangeran Zora. Saya hendak memusnahkan yokai itu, tapi pangeran Zora sudah berlari begitu cepat." Tutur Arthur menjelaskan.

Farel nampak terkejut dan gusar, sedangkan Suichi, ia yang berada di sampingnya Farel merasa sudah terbiasa akan hal tersebut, tapi tetap saja membuat dirinya cemas memikirkan keselamatan Zora.

"Kenapa yokai mengejarnya? Ayo kita pergi menyusul Zora!" Titah Farel dengan pertanyaan yang masih menyelimuti pikirannya. Zora bukanlah pemburu yokai, dia bahkan berteman baik dengan yokai, lalu kenapa dirinya di kejar yokai? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa masih ada rahasia yang di sembunyikan oleh Zora? Setelah nanti Zora terselamatkan, semua pertanyaannya harus di tanyakan kepada Zora agar tidak ada rahasia yang di simpannya lagi.

Farel, Suichi, Arthur serta dua pengawal lainnya terus berlari menyusuri jalanan. Mereka dapat melihat Zora di hadapannya sana sedang menghindari serangan serangan dari yokai itu.
Farel menghentikan langkahnya dan semua mengikuti itu, "Arthur sekarang!" Titah Farel yang sudah pasti Arthur tau apa yang harus di lakukannya.

Yaa... Arthur segera merapalkan mantra, setelah selesai terucap tangan Arthur di hunuskan ke depan tepat ke arah yokai tersebut. Dari tangan Arthur keluar sebuah pisau kecil yang terlapis api dan mengenai tepat di kepala yokai itu.

"Huaaa panas panas.... Aaaaa..." Teriak yokai itu yang kemudian lenyap menjadi abu, dan abu itu terhisap masuk ke dalam pisau kecil itu yang kemudian kembali ke tangan Arthur.

Farel segera menghampiri Zora yang sedang terengah engah mengatur nafasnya yang tak beraturan akibat berlari.
"Kau tidak apa apa Zora?" Tanya panik Farel yang segera di jawab oleh Zora, "Aku baik kakek, terima kasih banyak sudah menolong ku, Arthur juga makasi banyak."

Mereka berdua berjalan menghampiri Suichi dan pengawal Farel untuk kembali ke rumah Zora. "Dasar kau ini slalu saja membuat cemas." Seru Suichi dengan tangannya yang besar membelai lembut kepala Zora.






















Adakah yang penasaran dengan usia Farel, dan Kano?
Atau mungkin dengan Rachel nenek dari Zora?

Kalau ada next chap aku akan kasih tau soal usia mereka

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang