Chap 37

131 23 0
                                        

"Hentikan pangeran Afdi, jika kau terus bicara seperti ini, kau hanya membuatnya tidak nyaman." Marfin datang tak lama dari Afdi yang memulai bicara.

Mungkin Marfin menyadari jika Zora mulai jengah, dan ia tanpa ada rasa takut memukul pelan kepala pangerannya, membuat Afdi meringis. Dan Zora menganggap Afdi itu lebay, hanya di pukul pelan tapi dia meringis kesakitan gitu.

Tunggu...

Tadi apa yang di katakan Marfin?

'Pangeran Afdi?'

'Orang menyebalkan ini seorang pangeran? Seriusan? Waah, tidak ada wibawanya sama sekali? Masih bagusan aku kemana mana.' Batin Zora.

"Saya minta maaf atas nama pangeran Afdi karena telah membuat anda tidak nyaman. Ini merupakan sikapnya, yang susah untuk di hilangkan meski raja slalu menyuruhnya untuk berubah sejak ia masih kecil, bahkan raja saja sudah menyerah atas sikapnya."

Marfin membungkuk memohon maaf atas Afdi, Zora hanya tersenyum meski itu di paksakan.

"Kenapa kau menjelekkan ku Marfin?!" Afdi terlihat kesal, ia tidak terima dirinya di jelek jelekkan meski itu merupakan kenyataan dan bukan rahasia lagi.

Marfin tidak mengindahkan ucapan pangerannya, dan kembali fokus melihat Zora.

"Bagaimana keadaan mu? Apa ada yang sakit?" Tanya Marfin dan Afdi mengarahkan matanya kepada Zora, ia juga penasaran akan diri Zora.

Yang di tanya hanya mengulurkan kedua tangannya dan ia gerakkan seakan ingin mengatakan bahwa dirinya baik baik saja.

"Kau bisu?" Tanya Afdi tanpa memikirkan perasaan Zora dan kembali mendapatkan pukulan dari Marfin.

"Tolong maafkan pangeran, dia tidak bermaksud melukai perasaan mu." Ujar Marfin dan Afdi meruncingkan bibirnya.

Zora nampak melirik kesana kemari, ia berharap ada kertas dan pena agar dirinya bisa menulis.

Marfin yang menyadari gelagat Zora pun bertanya, "Apa ada yang kamu cari?" lalu tangannya Zora ia gerakkan seolah ia sedang menulis. Hingga akhirnya Marfin menyadari apa yang di cari olehnya.

Marfin membuka laci nakas yang berada di samping ranjang Zora dan memberikannya sebuah kertas dan juga pena. Zora pun mulai menulis.

"Terima kasih banyak atas pertolongan kalian dan juga kemurahan hati anda pangeran Afdi."

Afdi membacanya bersama dengan Marfin. "Kau mengenali ku? Kau tau kalau aku ini pangeran?" Seru Afdi antusias dan Zora menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak tau sampai tadi paman Marfin mengatakannya, dan aku tau kalau pangeran akan histeris bertanya kalau aku kenal dengan paman Marfin. Jadi aku akan katakan lebih dahulu, aku tau nama paman itu karena tadi pangeran menyebutkan namanya."

"Apa kau cenayang? Menyebalkan sekali." Afdi nampak kesal, karena saat membaca tulisan Zora yang pertama, ia sempat ingin bertanya dari mana Zora tau soal Marfin. Namun setelah membaca lanjutannya, ia jadi kesal.

"Kalau boleh tau, siapa nama mu dan dari mana asal mu? Kenapa kau bisa berada di kerajaan ini dan bahkan tidak menggunakan mantel." Tanya Marfin.

"Nama ku, Kazuma Zora, panggil saja aku Zora. Aku berasal dari kerajaan Quart, aku sungguh tidak tau tentang kerajaan ini, kenapa disini musim salju sedangkan di kerajaan sebelah saja tidak.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang