"Haaah... Panasnya... Kenapa sangat panas sekali, dan kenapa gak sampai sampai juga ke rumahnya Aoi? Aku udah jalan sesuai peta yang di berikannya, gak mungkin kan Aoi bohong ke aku." Keluh Zora yang saat ini sedang duduk di depan toko untuk istirahat sejenak, sembari meminum ice.
Zora kembali melihat petanya, ia memutar mutarkan kertas tersebut.
"Posisi yang benar yang mana? Sekarang posisi ku di sebelah mana? Aargggh sial, nyasar lagi! Apa lebih baik aku pulang saja? Tapi, ke arah mana jalan pulang?" Gumamnya yang sedang melihat kanan dan kiri."Apa yang pangeran Zora lakukan disini? Bukankah pangeran ingin pergi ke rumah temannya?" Tanya Yuzu yang tiba tiba saja datang di hadapan Zora.
"Oh Yuzu, sedang apa kau disini? Kau tidak sedang mengikuti ku kan?" Tanya balik Zora yang curiga.
"Apa yang anda katakan pangeran, saya baru saja datang hendak membeli sesuatu untuk makan siang saya nanti."
"Benarkah?" Zora menelisik Yuzu mencari tau apakah ada kebohongan disana.
"Tentu saja benar pangeran, buat apa saya berbohong kepada anda. Lalu, apa yang pangeran lakukan disini? Tidak jadi berkunjung ke rumah teman?"
"Jadi, ini aku sedang dalam perjalanan ke rumahnya, dan sekarang aku sedang istirahat sejenak."
"Ini masih dekat dengan istana, anda sudah pergi sejak dua jam yang lalu dan anda bilang anda sedang dalam perjalanan ke rumah teman pangeran. Maaf jika saya lancang, apa pangeran tersesat?"
Wajah Zora seketika memerah, ia malu bila pengawal pribadi kakeknya mengetahui hal memalukan bagi dirinya. Karena tidak ada satu pun manusia yang tau jika Zora buta arah, mungkin. Zora membuang pandangannya dengan berkata. "A-apa yang kau katakan! Siapa juga yang tersesat!? Ini salah teman ku yang salah memberikan peta rumahnya, bukan karena aku yang buta arah."
'Buta arah ya, pantas saja sejak tadi hanya berputar putar dan tidak sampai tujuan.' Batin Yuzu yang kemudian merebut kertas pada tangan Zora.
"Oh disini tempatnya, saya tau dimana ini. Apa pangeran ingin saya antarkan? Tidak jauh kok tempatnya."
"Benarkah?!" Sorak Zora dengan bebinar dan Yuzu hanya menganggukan kepalanya. "Baiklah, ayo kita pergi sekarang!" Titahnya.
Tidak lama mereka berdua berjalan, kini Zora sudah berada di depan gerbang rumah Aoi. "Karena sudah sampai, saya permisi pangeran. Tolong jaga diri anda dengan sebaik mungkin." Pinta Yuzu.
"Aku tau, aku tau... Sudah sana pergi sebelum teman ku melihat mu." Tangan Zora ia gerakkan untuk mengusir Yuzu. Pria yang lebih tua itu melangkahkan kakinya meninggalkan Zora, meski sebenarnya ia kembali memantau Zora dari jarak yang aman agar tidak di sadari.
"Silahkan masuk Zora. Apa rumah ku jauh dari rumah mu?" Tanya Aoi yang menyambut kedatangan Zora.
"Lumayan lah. Oh ya, dimana ayah mu?"
"Ayah sedang pergi ke hutan terlarang dan akan pulang lusa. Duduklah dulu, aku akan membuatkan mu minum, setelah itu ayo kita pergi berkeliling kota."
"Tidak usah Aoi, bagaimana kalau kita langsung pergi saja? Aku sudah tidak sabar soalnya."
"Baiklah, tunggu sebentar aku akan ganti pakaian dulu."
Selang beberapa menit, Zora dan Aoi tengah berjalan jalan keliling kota. Zora di beritau tempat makan yang enak dan murah. Meski Aoi merupakan bangsawan, namun ia lebih mendekatkan dirinya ke rakyat biasa. Sehingga untuk beberapa rakyat, tidak ada yang mengetahui kalau keluarga Aoi merupakan bangsawan. Atau yang mengetahui itu, mereka bersikap biasa karena keinginan dari ayahnya Aoi. Jadilah keduanya sangat nyaman satu sama lain, karena keduanya sama sama tidak membanggakan status mereka.
Puas berjalan jalan hingga sore hari, bahkan malam hendak menjelang. Kini mereka memutuskan untuk berpisah dan pulang ke rumah masing masing. Zora tau jalanan ini, jadi dia berjalan dengan bersiul siul hingga beberapa menit kemudian.
"Loh Zora, apa yang kamu lakukan disini? Apa ada yang kelupaan?" Tanya Aoi yang melihat Zora berada di depan gerbangnya.
"Aah tidak kok, aku hanya ingin lewat sini saja untuk pulang." Sangkal Zora.
"Kalau begitu lebih baik kita pulang bersama sama tadi, tapi kata mu jalanan tadi tak jauh dari rumah mu."
"Hahaha maaf maaf, ya udah aku pulang dulu ya." Zora melanjutkan jalannya, hingga beberapa saat kemudian. Lagi dan lagi Zora kembali ke depan rumah Aoi, hal itu membuatnya sangat kesal sekali.
"Aku lelah... Dan juga lapar..." Gumamnya. Peta yang di berikan oleh Aoi sebelumnya juga sudah Zora gunakan untuk arah jalan pulang, tapi tetap saja Zora tidak menemukan jalan pulang.
"Shiro!" Panggil Zora, dan Shiro muncul di hadapannya dengan kondisi yang sedang mabuk.
"Ada apa kau memanggil ku?" Tanya Shiro.
"Antarkan aku pulang."
"Tidak bisa, pulang lah sendiri. Aku sedang pusing jadi tidak bisa mengantar mu, dan jangan panggil Kou. Karena Kou sedang menemani Kazuma-sama." Setelah berkata seperti itu Shiro berjalan dengan sempoyongan meninggalkan Zora sendirian yang sedang mengumpati Shiro.
"Tok... Tok... Tok..."
"Zora? Ada apa?"
Zora memutuskan untuk mengetuk pintu rumah Aoi, dan ketika Aoi membuka pintu, tentu saja Aoi sedikit terkejut, kenapa temannya ini kembali lagi ke rumahnya. Ada apa sebenarnya? Dan tadi saat ditanyakan apa ada yang terlupa, Zora bilang tidak ada.
"Apa kau sibuk sekarang?" Tanya Zora.
"Tidak sih, aku baru selesai mandi dan mau memasak untuk makan malam. Kenapa?"
"Apa boleh, aku meminta tolong ke kamu?"
"Tentu saja, katakan padaku apa itu?"
"Bisakah kau antarkan aku sampai ke istana? Aku tersesat, dari tadi setiap jalan yang ku pilih selalu berakhir di depan rumah mu."
"Pftt..." Aoi menahan tawanya membuat wajah Zora sedikit memerah karena malu.
"Apa yang kau ketawakan? Wajar saja kan kalau aku tersesat, aku kan baru pindah kesini, tidak ada yang salah dengan itu."
"Maaf maaf... Habisnya itu lucu, kalau kau tersesat kenapa tidak bilang sejak awal. Baiklah, ayo kita jalan sekarang sebelum larut malam. Aku tidak mau berurusan dengan yokai soalnya." Aoi dan Zora kini berjalan menuju istana.
"Setelah kau mengantar ku pulang, aku bisa menyuruh seseorang untuk mengantar mu pulang biar aman tidak di ganggu yokai."
"Bukan kah itu lucu? Aku mengantar mu pulang dan nanti aku akan di antarkan pulang juga." Ujar Aoi.
"Tidak lucu sama sekali."
"Benarkah? Apa selera humor ku terlalu buruk ya? Oh ya Zora, kenapa aku harus mengantar mu sampai istana? Kenapa tidak sampai rumah mu saja?" Tanya Aoi.
"Itu sudah sampai tempat tinggal ku kok."
'Hmm... Mungkin rumah Zora berada tak jauh dari istana.' Batin Aoi.
Lalu keduanya sudah sampai tepat di depan istana. "Mampir yuk, kita makan malam bersama, kau juga boleh bermalam di tempat ku dan besok baru pulang, kau di rumah sendirian kan? Bagaimana?"
"Boleh sih, tapi dimana rumah mu?" Aoi melihat kanan dan kiri, dan rumah bangsawan yang berada dekat istana itu masih berada beberapa kilometer, tapi ini mereka berada tepat di gerbang istana, Aoi jadi bingung.
"Disini!"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...