Chap 52

111 18 7
                                    

Setelah berjalan untuk mencari pelaku tersebut, Zora dapat melihatnya, sebuah bayangan hitam yang besar dengan topeng di wajahnya. Ia segera bersembunyi di balik pepohonan, mengamati bayangan itu yang sedang bertarung dengan yokai monyet lainnya. Namun yokai monyet ini berbeda dari yang sebelumnya Zora lihat. Karena yang tengah bertarung memiliki postur tubuh yang lebih besar, Zora beranggapan bahwa yokai itu merupakan tuan dari yokai monyet tadi.

Zora tengah mengamati pertarungan di antara ke duanya, hingga akhirnya bayangan hitam itu kalah dan lenyap.

"Wah wah wah, seperti isu yang ku dengar kalau kau sangatlah kuat. Aku jadi semakin ingin memiliki mu untuk jadi pelayan ku." Suara khas yang sangat tidak asing bagi Zora, suara yang sangat tidak ingin Zora dengar lagi karena pemilik suaranya sangat tidak Zora sukai karena pernah menculiknya dan meminta untuk jadi pengikutnya, dan orang itu adalah Seiya. (Chap 15)

"Aku tidak sudi menjadi pelayan mu, kau manusia biadab."

"Aku tidak menginginkan sebuah penolakan, bagaimana pun caranya aku akan menjadikan mu sebagai pelayan ku!"

Seiya mengambil sebuah kendi dari balik tubuhnya, dan tutup kendi itu pun di buka. Zora mau pun yokai itu bergedik seram karena mereka merasakan sebuah spiritual yang sangat besar dari sosok yang keluar dari kendi tersebut.

Sosok tersebut berdiri di hadapan Seiya, yokai berbentuk pria dewasa dengan rambut pendeknya itu membuat Zora sangat penasaran.

"Sesekali kau harus di keluarkan untuk melatih mu agar mudah menuruti setiap kata kata ku. Sekarang dengarkan perintah ku, taklukkan yokai monyet itu tapi jangan membuatnya mati." Titah Seiya, yokai tersebut membalikkan tubuhnya dan melihat yokai yang di maksud oleh Seiya.

Seluruh tubuh Zora membeku ketika melihat wajah dari yokai tersebut, air matanya jatuh dengan sendirinya, ia seakan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini.

Yokai itu melangkahkan kakinya dengan sangat berat untuk menghampiri yokai monyet yang tengah ketakutan. Tangannya ia layangkan hendak menyerang, dan pada saat itu juga kaki Zora bergerak untuk melindungi yokai monyet tersebut.

Dengan berdiri membelakangi serta ke dua tangan yang Zora rentangkan, Zora terus menatap yokai pria dewasa itu dengan air mata yang tak kunjung berhenti.

"Yare yare... Siapa yang menduga kalau aku akan kedatangan tamu, lama tidak berjumpa Zora, apa kabar mu?" Tanya Seiya yang tidak beranjak dari tempatnya. Zora hanya menatap Seiya dengan penuh kemarahan.

"Ada apa? Kenapa kau menatap ku seperti itu? Apa kau kesal karena aku mengganggu yokai monyet itu? Sudahlah Zora, jangan menangis seperti itu. Kau seperti tidak mengenali ku saja." Lanjut Seiya dan ia bergumam merapalkan mantra, sehingga yokai pria dewasa itu merintih kesakitan pada lehernya yang terdapat sebuah kalung yang merekat erat di sana, dan kalung itu berupa sebuah kertas yang di yakini oleh Zora bahwa itu adalah mantra pengikat bagi para yokai yang jadi pelayan para bangsawan.

Zora menatapnya sedih, ia tidak tega melihat yokai di hadapannya kesakitan seperti itu. Tapi ini merupakan kesempatan untuk yokai monyet tersebut.
Zora memberi perintah agar yokai monyet itu segera pergi melalui pandangan matanya dan gerakan kepalanya.

Yokai itu mengerti maksud dari Zora dan ia segera melarikan diri. Seiya sangat geram melihatnya dan menyuruh yokai di hadapan Zora untuk mengejar, namun Zora menahannya dengan memeluk erat tubuh yokai tersebut.

Tentu saja yokai itu tidak berdiam diri, ia mencoba untuk menjatuhkan Zora. Segala pukulan di layangkan pada punggung Zora yang kecil itu hingga ia batuk darah, namun Zora sama sekali tidak bergeming. Ia semakin erat memeluk yokai tersebut.

Karena sudah kesal tidak bisa membuat Zora melepaskan dirinya, yokai itu mulai mengeluarkan kekuatannya.
Sebuah panah kecil berwarna merah mengarah tepat pada diri Zora, tentu saja ia menyadari hal itu dan dengan segera Zora melepaskan pelukannya dan menghindari serangan tersebut.

"Sungguh kekuatan yang luar biasa. Aku ingin lihat yang lainnya, sekarang tangkap Zora agar tidak mengganggu ku lagi untuk menangkap yokai monyet tadi." Titah Seiya.

Yokai pria itu mengeluarkan kekuatannya lagi, terus menerus dan Zora hanya menghindarinya. Bahkan ada beberapa luka tergores pada tubuhnya. Yokai itu berhenti ketika pipi Zora meneteskan darah yang tidaklah sedikit, hidungnya seakan mencium sesuatu.

Seiya yang tidak suka melihatnya berhenti, ia kembali merapalkan sebuah mantra dan membuat yokai tersebut kesakitan dan kembali menyerang Zora.

Zora merasa ia tidak bisa bertahan lagi, jika terus seperti ini maka tidak akan usai pertarungan ini. Hingga akhirnya Zora memejamkan matanya sejenak, ia mengambil nafas dalam dalam lalu membuka kembali matanya dengan tatapan mata yang tajam.

Pada saat itu yokai tersebut hendak menyerang Zora, namun terhenti ketika melihat pandangan mata Zora yang menatapnya begitu tajam, seakan ada sesuatu yang mengganjalkan pikirannya. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena Seiya segera merapalkan mantranya lagi dan yokai tersebut kembali menyerang Zora.

Di sekeliling yokai itu terdapat gumpalan darah yang melayang, lalu dengan sendirinya darah itu berubah seperti cambuk dan menyerang Zora.

Tangan Zora terulur, darah keluar dari jari jari tangannya dan membentuk sebuah tameng untuk melindungi dirinya sendiri. Zora berlari ke arah berlawanan dari yokai itu, tangan satunya lagi Zora ulurkan dan darah keluar dari sana sama halnya seperti sebelumnya. Namun yang membedakannya adalah, darah tersebut tidak membentuk tameng melainkan sebuah panah yang terus Zora layangkan untuk menyerang yokai itu.

Bukan hanya asal menyerang, ada satu hal yang di pikirkannya. Entah rencana itu akan berhasil atau tidak, namun Zora memutuskan untuk mencobanya dari pada tidak sama sekali.

Seiya yang melihat pertarungan ini menunjukkan smirknya dengan bergumam, "Anak itu punya kekuatan yang luar biasa, siapa dia sebenarnya? Tidak mungkin kalau dia hanya rakyat biasa. Haah.... aku jadi semakin tertarik dengan anak itu. Terlebih lagi, bagaimana bisa Zora memiliki kekuatan yang sama dengan yokai itu?"

Pertarungan itu berlangsung lama dan imbang, ke duanya berhenti untuk mengatur nafasnya dan memulai lagi pertarungannya.

Yokai itu tak segan segan melukai Zora, sedangkan Zora hanya bertahan dan terus mencoba melancarkan rencananya itu. Bahkan sesekali Zora berusaha mendekat dan hendak menarik mantra yang merekat di leher yokai tersebut.
Namun setiap tinggal sedikit lagi tangan Zora berhasil meraihnya, yokai itu mundur atau menyerang Zora lagi dengan kekuatannya.

Keadaan Zora sudah mencapai batasannya, ia baru sekali mencoba menggunakan kekuatannya itu di saat para tengu memintainya tolong, dan sejak saat itu Zora tidak pernah berlatih lagi. Sehingga ia tidak bisa menggunakan kekuatannya dengan leluasa dalam jangka waktu yang lama.

Zora terengah engah, ia menatap yokai itu dengan sendu. Seakan tersirat rasa sedih dari dalam matanya, berulang kali Zora memaksakan mulutnya untuk bersuara, ia sangat ingin memanggil yokai itu dengan suaranya sendiri. Ia ingin memastikan sesuatu jika dirinya tidak salah mengenal yokai yang sedang di lawannya tersebut.

Zora menyeka darah yang keluar dari hidungnya, tetapi pada saat bersamaan, ada darah yang masuk ke dalam mulutnya dan Zora tidak sengaja menelan beberapa tetesan darah itu, hingga.... 'Deeeg' Jantung Zora berdebar kencang, tenggorokannya terasa sangat sakit hingga ia merintih kesakitan.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang