Chap 46

126 22 0
                                    

Belum juga Zora dan lainnya tiba di alun alun kota, Zora sudah di tarik oleh yokai tanpa di sadari oleh Suichi dan juga Giovani, karena mereka berjalan sedikit di depan dari Zora dan tengah sibuk dengan percakapan mereka.

Yaa rupanya mereka berdua saling menyambung, sedangkan Zora tidak dapat mengikuti alur cerita. Jika pun ia bisa, Zora tidak bisa berkata apa apa. Bila harus menunggu Zora selesai menulis, jujur saja itu kelamaan. Zora cukup sadar diri, maka dari itu ia sedikit memperlama langkah kakinya agar berada di belakang mereka berdua dan tidak menganggu percakapannya yang terlihat sangat seru.

Beruntung anak buah yang di perintahkan Farel, membawa dua rekan lainnya. Sehingga satu rekannya itu pergi untuk menyelamatkan Zora.

Jika kalian bertanya kemana perginya Shiro dan Kou? Bukan kah mereka mengawal Zora sejak pagi tadi dan tidak beranjak sama sekali?

Jawabannya adalah, mereka berdua tertidur pulas di dalam istana akibat terlalu banyak meminum sake di pesta pelantikan Farel.

Mereka berdua itu kalau sudah ada sake di hadapannya, benar benar melupakan segalanya termasuk dengan Zora, tuannya sendiri.

Terlebih lagi, mereka merasa Zora akan aman karena di kelilingi orang orang yang sayang padanya, selain itu... Ini adalah kampung halamannya, dimana semua yokai merupakan bawahannya Kazuma, kakeknya Zora.

Sudah pasti kan, Zora yang memiliki bau yang sama dengan Kazuma tidak akan di celakai oleh yokai lain. Karena mereka pasti akan tau bahwa Zora adalah keturunan Kazuma yang otomatis ia merupakan tuan mereka.

Zora hanya diam ketika tubuhnya sedang di gendong oleh yokai bermata satu itu, karena Zora tidak merasakan aura jahat dari dirinya.

Zora di bawa ke tengah hutan, lalu ia di turunkan dari tubuh besar yokai tersebut. Disana tengah berkumpul beberapa yokai yang memandang Zora penuh dengan ke kaguman.

"Akhirnya kita bisa bertemu secara langsung Zora-sama. Kami pengikut setia Kazuma-sama, namun kita memilih untuk menetap disini."

"Tolong jangan ragukan kesetiaan kami pada mu Zora-sama."

Mendengar berbagai ucapan membuat Zora merasa senang, dan kini para yokai terus bercerita ini dan itu membuat Zora tersenyum.

"Zora-sama, ada apa? Kenapa Zora-sama sedari tadi hanya diam saja?" Tanya salah satu dari mereka, dan pandangan mereka kini berubah menatap Zora.

Zora menulis pada sebuah kertas...

"Aku lagi tidak bisa bicara, maka dari itu aku hanya diam. Jujur, aku sangat senang bertemu dengan kalian semua."

Para yokai hanya diam menatap kertas itu dengan bingung, memiringkan kepala dengan kompak ke kanan dan ke kiri, lalu mereka tersenyum kecil bahkan ada yang sesekali menggaruk leher atau pipi yang tidak gatal.

"Maafkan kami Zora-sama, tidak ada satu pun dari kami yang bisa membaca." Zora hanya menghembuskan nafas dengan kasar.

"Zora, bagaimana kalau ki..ta...." Giovani menjeda ucapannya karena tidak mendapati Zora di belakang mereka.

"ZORA?" Teriak Giovani dan Suichi menoleh ke belakang. Mereka berdua terkejut karena tidak ada Zora. Sejak kapan Zora menghilang? Baru saja kah? Atau sudah dari tadi?

Suichi dan Giovani menyalahkan diri mereka sendiri karena lalai menjaga saudaranya yang paling kecil.

"Yana!" Suichi memanggil pelayannya dan Giovani pun juga mengikuti hal itu. "Biki!" itulah nama pelayannya Giovani, yang berbentuk seperti manusia dengan wujud seorang pria dengan poni rambut yang menutupi seluruh matanya dan dua tanduk di kepala.

Mereka membagi dua kelompok untuk mencari Zora. Suichi yang tau kebiasaan Zora yang selalu lari ke dalam hutan, maka dengan cepat ia pergi menuju hutan setelah mengusulkan Giovani untuk mencari di sana.

Saat mereka tengah mencari, rekan dari anak buah Farel sedang mengawasi Zora dari balik semak semak. Niat awalnya ingin segera membantai para yokai yang berani menculik pangerannya. Namun niat itu segera di urungkan karena melihat Zora yang tengah tersenyum melihat tingkah para yokai lemah tersebut.

Sehingga ia memilih untuk mengawasi Zora dari balik semak semak. Jika sesuatu yang buruk terjadi, maka ia akan segera bertindak.

"Giovani-sama, aku menemukannya." Ujar Biki yang mendatangi Giovani setelah berhasil menemukan Zora.

Biki memimpin jalan, mereka datang secara bersamaan dengan Suichi dari arah yang berbeda.

"ZORA!" Teriak Suichi dan Giovani secara bersamaan. Merasa dirinya di panggil, Zora segera melihat ke sumber suara.

Giovani dan Suichi sudah bersiap untuk melawan para yokai, Suichi dengan kertas mantranya dan Giovani dengan tali rantainya. Dengan sergap Zora berdiri dan menjadi tameng untuk melindungi para yokai yang sedang ketakutan serta bersembunyi di balik tubuh kecil Zora.

"Apa yang kau lakukan Zora? Cepat pergi dari sana, mereka sudah menculik mu!" Ujar Giovani dengan tegas.

Suichi yang sudah hafal dengan karakter Zora, segera menyimpan kembali kertas mantranya. Lalu ia menggelengkan kepalanya, membuat Giovani ikut serta menyimpan kembali tali rantainya.

"Lain kali jangan asal pergi begitu saja, kau membuat kami khawatir." Ucap Suichi mendekati Zora di ikuti oleh Giovani.

"Jadi, apa mereka semua teman mu?" Lanjutnya.

"Mereka pengikut kakek, dan mereka membawa ku kesini karena ini kali pertama kita bertemu.
Kak Suichi, tolong katakan pada mereka kalau aku senang bertemu dengan mereka semua. Mereka tidak dapat membaca, dan aku tidak dapat bicara."

Setelahnya Suichi mengatakan kepada para yokai itu seperti apa yang di pinta oleh Zora. Kini mereka bertiga melanjutkan kembali jalan jalannya dengan Zora yang berada di depan keduanya. Takut kalau Zora ngilang lagi.

Kaki Zora terhenti melihat beberapa rumah yang sudah hancur yang berada di kaki bukit. Rumah itu milik warga, karena saat ini mereka bertiga sudah hampir sampai pada perbatasan pemukiman warga kerajaan Glavador.

"Sayang sekali ya dengan bangunan disana, sebelumnya aku sudah pernah melewati jalanan sini dan bertanya tanya apa yang terjadi.

Ayah bilang rumah itu hancur akibat ayakashi yang memunculkan keributan beberapa tahun yang lalu. Dan rumah rumah itu belum sempat di bangun ulang." Tutur Giovani ketika melihat Zora yang memandangi rumah warga itu.

"Ulah yokai ya? Itu butuh waktu beberapa tahun untuk di bangun ulang. Agar proses ritual berjalan sepenuhnya." Sambung Suichi. Ucapan keduanya membuat Zora yang awam akan hal tersebut menjadi bingung.

"Ritual apa?"

"Kau pasti belum tau ya... Setiap bangunan yang di rusak oleh ayakashi terlebih dia jahat dan memiliki sihir yang kuat, mereka pasti meninggalkan kutukan disana.

Sebenarnya sih bisa saja untuk segera di bangun, namun jika kutukannya masih ada, itu akan membuat bangunan itu rusak lagi, dan sebelum rusak penghuninya akan mendapatkan kesialan. Itu sebabnya, tugas kita melakukan ritual pada bangunan tersebut hingga tidak ada lagi kutukan yang tersisa, biasanya itu akan memakan waktu 3 atau 4 tahun, bahkan ada yang lebih, tergantung dari seberapa kuat dan jahatnya ayakashi itu."

Zora mengangguk paham dan kembali melihat bangunan itu sebelum kembali melanjutkan jalan jalannya yang tinggal sedikit lagi tiba di alun alun kota. Tetapi... Belum sempat Zora melangkahkan kakinya, tubuhnya terhuyun ke belakang, pandangannya menjadi buram dan....

"Bruuuk..."

"ZORA!"

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang