Zora telah tiba di sekolahnya, dan kali ini tidak terlambat karena Shiro mengantarkannya pergi. Sesampainya di kelas, ia melihat Aoi dan Vero yang sedang membersihkan meja tempat duduknya Zora yang penuh dengan coretan dan juga sampah. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Zora membuat kedua pria tampan itu menoleh ke arahnya.
"Tumben tidak telat." Ledek Aoi.
"Shiro mengantar ku. Jadi apa yang kau lakukan di meja ku?" Setelah menjawab ledekan Aoi, Zora bertanya ke Vero.
"Membersihkan meja mu." Jawab singkat Vero dan kembali melanjutkan kegiatannya itu.
"Tadi saat aku datang meja mu sudah kotor seperti ini, lalu Vero yang tak lama kemudian datang ikut membantu ku membersihkan ini. Tapi rupanya ini sedikit susah untuk di bersihkan." Tutur Aoi menjelaskan.
"Kenapa kau lakukan ini? Bukan kah sebelumnya kau juga sama seperti mereka yang merundungku?"
Vero menghentikan kegiatannya, ia memandang Zora dengan penuh sesal. "Sebelumnya aku minta maaf soal itu, aku tidak ada maksud untuk merundung mu. Aku hanya kesal akan sikap mu pada acara saat itu, sudah pernah ku jelaskan bukan? Tapi setelah aku katakan alasan ku pada mu, aku merasa sudah bisa memaafkan mu, apa lagi aku tau kalau kau tidak punya orang tua sejak kecil..." Vero menyadari ucapannya itu merupakan kesalahan, dengan segera ia meralatnya. "...Aaah bukan itu maksud ku, emm itu... Gimana ya bilangnya, yang jelas bukan seperti itu maksud ku."
"Lalu?" Tanya Zora seakan mengabaikan ucapan Vero tersebut.
"Selain aku yang merasa kesal pada saat itu, sebenarnya aku sangat tertarik pada mu dan ingin berkenalan dengan mu. Tapi cara ku salah, maafkan aku... Dan kemarin, saat aku tau kau setengah yokai, aku jadi semakin tertarik pada mu. Kau tau, aku sangat mengagumi pangeran Eru yang menginginkan kehidupan yang damai bersama dengan yokai, itu sebabnya aku tidak menyukai siapa pun yang merundung mu akan hal ini. Jadi Zora, tolong maafkan aku dan mau kan kau berteman dengan ku?" Vero menatap Zora dengan penuh harap, ia tidak masalah jika Zora akan menghukumnya demi mendapatkan maaf dari Zora, sungguh ia rela melakukan apa pun itu yang di inginkan Zora.
"Vero... Apa kau tau siapa aku?" Tanya Zora memastikan, ia menatap Vero dengan sangat tajam.
"Apa maksud mu? Apa tentang masa lalu mu? Kalau itu aku sudah tau, mungkin sebagaian."
"Katakan apa saja yang kau tau."
"Kau yang tidak memiliki orang tua sejak kecil, yang selalu berpindah tempat ke rumah saudara saudara mu karena mereka menganggap mu aneh dan sakit jiwa. Lalu kau yang sangat pintar."
"Ada lagi yang lainnya?"
Vero mencoba mengingat sesuatu, apakah ada lagi yang terlewatkan. "Ku rasa tidak."
"Apa kau tau dimana sekarang aku tinggal?"
"Aku tidak tau." Jawab Vero sembari menggelengkan kepalanya.
Aoi hanya menjadi penonton, lalu Zora tersenyum ke pada Vero. "Baiklah, aku akan memaafkan mu. Kita bisa berteman mulai sekarang."
"Kau serius Zora?" Tanya Aoi.
"Iya aku serius, asal Vero juga mau berteman dengan Aoi bukan hanya dengan ku saja. Dan aku tidak mau jika itu karena terpaksa." Ujar Zora.
"Tentu saja! Terima kasih banyak Zora." Seru Vero dengan senangnya.
Kini kelas telah di mulai, coretan di meja Zora tidak sepenuhnya hilang, sampah sampah sudah terbuang semuanya. Dan seperti biasanya, Zora tidak sepenuhnya memerhatikan pelajaran. Namun bedanya, Zora kini sedang asik membaca buku level SS dan ia belajar seorang diri dengan buku tulis barunya yang ia coret coret.
"Baiklah, sekarang kumpulkan tugas kalian, ketua kelas tolong ambilkan buku teman temannya." Titah sang guru."Tugas? Tugas apa?" Zora bertanya kepada Aoi, meski pun ia asik belajar sendiri, namun telinganya mendengarkan dengan baik apa yang di katakan oleh sang guru. Walau pun Zora sedang melamun, ia juga melakukan hal itu, sehingga ketika para guru memberikan pertanyaan mendadak kepadanya, ia bisa menjawab dengan tepat. Hal itu lah terkadang membuat sebagian guru yang tak menyukainya jadi geram, karena mereka ingin menghukum Zora namun tidak pernah bisa.
"Kemarin kan sudah ku ingatkan." Jawab Aoi.
"Oh kau benar, aku baru ingat sekarang."
"Haaaah... Zora kau benar benar..." Zora hanya menyengir kepada Aoi.
"Pak saya lupa mengerjakan tugasnya." Seru Zora tanpa merasa bersalah.
"Kau lagi... Apa kau sebegitunya tidak menyukai pelajaran ini? Sering tidak mengerjakan tugas, mengabaikan pelajaran yang sedang di jelaskan." Keluh sang guru.
"Hehehe... Maafkan saya pak."
"Sekarang keluar dan bersihkan kamar mandi." Titah sang guru memberi hukuman kepada Zora.
"Baik pak..." Zora keluar kelas dengan santainya. Setibanya di kamar mandi ia sangat malas mengerjakannya, toh menurut Zora kamar mandinya tidak terlalu kotor, jadi buat apa di bersihkan, mending tidur aja di atap.
Ketika Zora hendak keluar dari kamar mandi, dua orang siswa yang sepertinya adik kelasnya memasuki kamar mandi. Dan langkah salah seorang anak itu terhenti lalu memanggil Zora. "Ada apa?" Tanya Zora kepadanya.
"Maaf kak sebelumnya sudah menghentikan kakak... Ano... Boleh bertanya sesuatu?" Tanya balik anak tersebut.
"Boleh, mau bertanya apa?"
Mata anak itu berbinar sambil menyikut perut temannya. "Sebelumnya maafkan saya yang sudah tidak sopan sebelumnya, sejak awal masuk sekolah ini saya sudah tau tentang diri pangeran dari orang tua saya, ke dua orang tua saya bertitip pesan untuk anda jika saya bertemu dengan pangeran. Tapi saya tidak pernah tau rupa pangeran, hingga akhirnya sebuah berita yang menghebohkan kemarin, membuat saya jadi tau kalau anda adalah pangeran. Tapi kenapa pangeran hanya diam saja di rundung seperti itu? Kenapa pangeran tidak mengatakan tentang diri pangeran kepada semua orang disini agar mereka tidak bisa bertindak seperti itu kepada anda."
"Benar itu pangeran, saya sendiri rasanya ingin menghajar orang orang yang berani bertindak kurang ajar kepada pangeran. Tapi karena pangeran diam saja, dan kita juga belum saling menyapa, jadi saya takut jika keputusan saya itu salah." Saut teman satunya lagi.
"Sampaikan salam ku pada orang tua kalian, dan kapan pun orang tua kalian ingin mengundang ku ke acara makan malam, aku akan usahakan untuk datang. Dan selain itu, aku memang sengaja tidak mengatakan apa pun kepada mereka, jadinya aku bisa tau mana saja yang baik dan yang tidak. Tolong rahasiakan soal jati diri ku dari orang lain, atau... Aku tidak akan pernah mau bersapa dengan kalian berdua." Ucap Zora dengan senyuman manisnya namun nampak menakutkan bagi kedua adik kelasnya Zora.
"Ba-baik pangeran kami mengerti."
"Jangan panggil aku pangeran jika ada orang lain, mengerti."
"Kami mengerti pangeran."
"Baiklah... Sampai jumpa lagi..." Zora berlalu dengan melambaikan tangannya, kedua anak itu masih sangat senang karena sudah berbincang dengan Zora walau hanya sesaat.
"Gawat, kita lupa berkenalan dengan pangeran Zora."
"Kau benar... Saat ketemu nanti kita harus memperkenalkan diri kita. Tapi aku senang, pangeran bilang kalau kita bisa mengundangnya di acara makan malam. Itu berarti pangeran mengizinkan keluarga kita berada di sisinya, jika kita mengalami kesulitan, pangeran bisa membantu kita."
"Senang sekali rasanya... Keluarga kita berada di bawah, jadi sedikit sulit mendekati keluarga kerajaan, bahkan mendekati pangeran Giovani saja sulit. Kita beruntung karena kita satu sekolah dengan pangeran Zora, kita jadi bisa dekat dengan keluarga kerajaan. Aku jadi ingin cepat pulang dan menyampaikan kabar baik ini ke ayah."
"Aku juga! Orang tua ku pasti bangga dengan ku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...