Chap 30

130 22 2
                                        

Pada saat ini pria yang meminta untuk menginap di rumahnya Zora, sedang di pandang aneh oleh Shiro dengan tatapan matanya yang tajam. Pria itu mengabaikannya dan terus menyantap makan malamnya bersama dengan Zora.

"Kau bisa melihat ku kan, aku tau itu jadi berhenti mengabaikan kehadiran ku disini! Zora kau juga sama! Apa kau marah dengan ku itu sebabnya kau mengabaikan ku? Dan siapa pria tua yang kau bawa ini?" Seru Shiro dengan kesalnya.

"Haaah kenyang sekali." Seru pria tua itu dan ia langsung berbaring begitu saja.

"Nah paman, siapa nama mu dan dari mana asalmu?" Zora bertanya namun ia tinggalkan pria itu menuju dapur untuk membersihkan bekas makan mereka berdua. Dapur dan tempat mereka makan sangatlah dekat, sehingga ucapan pria itu dapat terdengar jelas oleh Zora.

"Oh benar aku belum memperkenalkan diri ya, nama ku Tsukasa, kalau asal ku... Hemmm... Aku tidak punya tempat asal karena aku seorang anak yang tidak di harapkan oleh orang tuanya. Jadi aku berkelana kesana kemari sesuka hati ku." Seru pria itu yang bernama Tsukasa.

"Nama keluarga mu?"
"Tidak ada. Aku ini anak yang di buang, mana mungkin aku memiliki nama keluarga."

Zora menghampiri Tsukasa kembali dan duduk di hadapannya meski terhalang oleh meja kecil yang di gunakan untuk makan dan hal lainnya.

"Kau sudah tua paman, apa tidak malu berkata kalau kau seorang anak?" Tsukasa berdecak kesal mendengar ucapannya.

"Nah paman, apa kau tidak lelah pergi kesana kemari tidak punya tujuan? Rasanya tidak menyenangkan bukan jika kehadiran kita tidak di butuhkan orang lain." Lanjut Zora yang ikut berbaring.

Shiro yang sedari tadi di abaikan, kini tengah duduk manis menjadi pendengar yang setia meski sebenarnya ia sedang menahan rasa kesalnya.

"Aku lelah, aku ingin punya rumah untuk ku tinggali. Tapi aku tidak punya uang untuk membeli rumah, di usia ku yang 30 tahun ini aku masih menjadi pengembara tanpa tujuan dan tanpa rumah untuk kembali, sangat menyedihkan bukan?"

"Sangat..."

"Kau bocah sialan, kau seakan tau penderitaan yang sedang ku rasa saja! Ngomong ngomong...." Tsukasa kembali duduk.

".....Dimana orang tua mu? Kenapa rumah mu sepi sekali, cuma ada seekor anjing yang tidak lucu sama sekali."

"APA KATAMU? TARIK KEMBALI UCAPAN MU ATAU KAU AKAN KU USIR DARI SINI. ZORA, SIAPA SIH PAK TUA INI?" Shiro jadi geram mendengar perkataan Tsukasa.

Zora mengambil sebuah apel dan di lemparkannya kepada Shiro, spontan di tangkap dan di makannya dengan segera.

"Aku sudah tidak punya orang tua, aku tinggal disini bersama Shiro." Zora yang masih berbaring menunjuk Shiro dan mata Tsukasa mengikuti arah tangannya.

"Oh jadi namanya Shiro."

"Nah paman, bagaimana jika kau tinggal disini bersama ku?" Pinta Zora membuat Shiro tersedak dan Tsukasa terkejut akan permintaan anak kecil di hadapannya.

"Apa yang kau pikirkan Zora! Kita tidak kenal dia siapa dan kau membiarkannya tinggal di rumah ini?!" Bentak Shiro.

"Apa salahnya? Paman Tsukasa tidak punya rumah, dan dia memiliki nasib yang hampir sama denganku. Paman Tsukasa tidak di inginkan oleh orang tuanya, sedangkan aku, tidak di inginkan oleh sanak saudara.

Selain itu, jika aku jadi pindah ke kerajaan Glavador, rumah ini akan kosong kan. Aku tidak mau rumah peninggalan orang tua ku akan hancur tidak terawat. Kalau paman mau menerima tawaranku, kau boleh tinggal disini sampai kapan pun, asal kau mau merawatnya."

"Bocah kau tidak bercanda kan? Benar kata Shiro, kau tidak kenal dengan ku, seharusnya kau tidak mengajak orang asing seperti ku untuk tinggal bersama dengan mu."

"Nama ku Zora paman, dan aku bukan bocah! Aku percaya dengan mu paman, selain itu aku ingin punya kenalan, aku lelah dengan kesendirian ini."

"Haah..." Tsukasa menghela nafasnya.
"Baiklah, ku terima tawaran mu itu. Kalau boleh tau, kenapa kau ingin pindah ke kerajaan Glavador? Waktu aku berkelana kesana, ku dengar raja disana seakan tidak punya belas kasih." Lanjutnya.

"Tidak punya belas kasih?" Zora nampak kebingungan, dia penasaran kenapa kakek buyutnya di kenal tidak punya belas kasih.

"Itu yang ku dengar dari yokai bukan dari penduduk disana, kata mereka raja Kano tidak sayang dengan anak bungsunya yang jatuh cinta pada yokai di usianya yang sangat muda.

Tidak banyak sih yang ku tahu, tapi kurang lebih seperti itu. Lalu bocah, kenapa kau ingin pindah kesana?"

"Kakek ku yang meminta untuk tinggal bersama." Tutur Zora.

"Tadi kau bilang kalau saudaramu tidak ada yang menginginkan mu, nah itu... Kakek mu meminta untuk tinggal bersama." Tsukasa nampak kebingungan.

"Orang tua itu kakak dari nenekku, baru baru ini kakek tau kalau aku cucu dari adiknya dan orang tua itu meminta ku untuk tinggal bersamanya.

Aku sudah tidak punya orang tua sejak aku kecil dan aku slalu di oper kesana kemari oleh saudara ibuku, tidak ada satu pun dari mereka yang menginginkan ku. Lalu kuputuskan untuk tinggal sendiri disini, dan saat aku tiba disini aku bertemu dengan Shiro dan kita tinggal bersama."

Tsukasa hanya diam menjadi pendengar yang setia, Shiro nampak heran dengan tingkah lakunya Zora.
Pasalnya, Zora yang tidak pernah terbuka, bahkan dengan Suichi saja Zora butuh waktu untuk bercerita tentang dirinya. Lalu ini, Zora dengan mudahnya bercerita dengan Tsukasa orang yang baru beberapa jam saja dikenalnya. Benar-benar membuat Shiro bingung, ada apa sebenarnya? Siapa Tsukasa ini?

Usai berbincang-bincang, Zora mengantarkan Tsukasa menuju kamar satunya lagi yang tidak terpakai untuk istirahat.

Baru saja Zora masuk ke dalam kamar, Shiro dengan expresi penuh tanya dan butuh penjelasan dari Zora telah menanti kedatangannya di dalam kamar. Zora memutar bola mata malas melihat itu.

"Jelaskan pada ku Zora!" Tegas Shiro bertanya. "Tentang apa?" Jawab Zora bermalas malasan. Zora merebahkan tubuhnya pada kasur miliknya, ia merasa begitu lelah sekali dan ingin segera memejamkan matanya.

"Semuanya! Jelaskan padaku semuanya!"

"Jika soal paman Tsukasa, aku tidak sengaja bertemu dengannya disaat ingin membeli makan. Dia sedang mencari penginapan namun semuanya sudah penuh, jadi dia meminta padaku untuk tinggal di rumah."

"Bagaimana jika dia penipu? Bagaimana jika dia suruhan Kano untuk menyingkirkan mu?"

"Kau terlalu curiga Shiro, pikiran mu itu terlalu berlebihan. Aku sangat yakin paman Tsukasa bukan orang seperti itu."

"Bukan aku yang terlalu curiga tapi kau terlalu percaya dengannya! Bagaimana bisa kau menceritakan tentang dirimu serta menawarkan tinggal disini dengan orang yang pertama kali kau temui!?"

"Aku tidak tau, tapi tadi ketika aku melihat tatapan matanya, aku percaya jika dia tidak berbohong, aku tidak tau kenapa, tapi hatiku mendorong untuk percaya hal itu. Sudah sekarang aku ingin tidur."

"Jangan tidur dulu! Ucapanmu yang mengatakan kau akan pindah ke kerajaan Glavador, apa itu benar?" Shiro nampak sendu saat mengatakan hal itu. Entah kenapa ia merasa sangat tidak ingin kembali kesana.

"Itu benar. Seharian ini aku terus memikirkannya, dan aku sudah membulatkan keinginan ku itu. Sudah ya."

Shiro masih kurang puas, Shiro tidak suka akan semua pilihan Zora hari ini. Tapi apa yang bisa dia lakukan terhadap anak yang sangat keras kepala tersebut? Tidak ada, adalah jawabannya.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang