Beberapa jam berlalu, Zora mulai membuka kedua matanya. Aroma obat obatan tercium sangat kuat, Zora melihat sekitar tidak ada siapa pun disana. Tiba tiba ingatan saat ia memusnahkan yokai kembali muncul dan membuat Zora kembali mual dan muntah muntah, namun tak ada yang keluar dari mulutnya.
"Zora kau tak apa? Dokter..." Giovani berteriak memanggil dokter ketika ia melihat Zora yang mual mual. Dokter pun segera datang dan memeriksa keadaan Zora, setelahnya dokter itu keluar ruangan bersama dengan Giovani dan membicarakan tentang keadaan Zora saat ini. Jadi tadi, saat Zora di baringkan di tendanya, Suichi segera menghubungi Giovani lalu membawa Zora ke pusat kesehatan terdekat dan meminta Aoi untuk mengemasi dan membawa barang Zora saat pulang nanti.
Setelah itu Giovani kembali masuk ke ruangan Zora. "Paman..." Ucap Zora. "Bagaimana keadaan mu? Apa yang kau rasakan sekarang?" Tanya Giovani.
"Hanya mual." Jawab Zora singkat."Suichi tadi menceritakan semuanya pada ku, kenapa kau memaksakan diri? Jika kau tau yokai itu tidak menjadi jahat, seharusnya kau tidak perlu melakukan itu. Biarkan saja dan bebaskan yokai itu seperti sebelumnya, jadi kau tak perlu menderita seperti ini kan."
"Maaf..."
"Sudahlah tidak perlu meminta maaf, lebih baik sekarang kau istirahat lagi." Zora hanya menganggukan kepala dan memejamkan matanya. Beberapa saat kemudian Kazuma datang dengan sangat ricuh memanggil manggil nama Zora, membuat Zora terbangun.
"Paman, kau membangunkan Zora." Cicit Giovani.
"Aah maaf, tapi aku tak bisa diam saja ketika tau cucu ku satu satunya jatuh sakit." Ucap Kazuma.
"Kakek..." Panggil Zora, merasa terpanggil, Kazuma mendekati Zora yang baru saja duduk dengan bersandar. Saat kakeknya dekat, Zora segera memeluk erat sang kakek dan menenggelamkan kepalanya di dada sang kakek.
Kazuma mengusap lembut kepala belakang Zora dengan berkata. "Tak apa, tak apa... Lupakan kejadian itu, lupakan seperti apa wajah yokai itu, anggap itu hanyalah mimpi buruk dan kau sekarang sudah terbangun dengan melupakan ingatan buruk dari mimpi itu. Sudah, tak apa Zora... Tenanglah, dan kembali sehat."Perkataan Kazuma bagaikan mantra sihir buat Zora. Terbukti dengan Zora yang merasa tenang di dalam pelukan Kazuma, hingga lambat laun ia tertidur pulas. Kazuma tersenyum senang, dan membaringkan tubuh kecil sang cucu serta tak lupa dengan menyelimutinya.
"Kau sibuk kan? Pergilah, biar aku yang menjaga Zora. Kau bisa percaya dengan ku, sebangunnya nanti, Zora tidak akan mual lagi. Ia akan kembali seperti sedia kala." Ujar Kazuma kepada Giovani."Baiklah paman, aku permisi dulu."
"Ya... Ya... Pergilah."
Setelah Giovani pergi, Kazuma hanya duduk di tepi ranjang dengan terus menatap wajah cantik cucunya. "Kau mirip sekali dengan Rachel, tapi kau juga kuat seperti ku. Kau benar benar cucu ku. Sehat selalu Zora, lakukan apa pun yang kau inginkan tanpa harus menderita lagi. Saat ini, kau sudah di kelilingi orang orang yang sayang dan perduli pada mu, kau tidak sendiri lagi Zora."
Beberapa jam kemudian Zora sudah di perbolehkan untuk pulang. Keadaannya sudah membaik dan ia tidak lagi merasa mual, Kazuma ikut mengantarnya pulang ke istana, tak perduli jika ia akan bertemu Kano. Karena tidak mungkin ia akan bersembunyi selamanya, cepat atau lambat Kazuma harus bertemu dengan Kano.
"Baru ikut pelatihan seperti itu saja sudah pingsan, lemah sekali." Sindir Kano yang entah sebenarnya ia menyambut atau tidak. Yang jelas Kano hanya akan menyinyir Zora.
"Kakek, Zora tidak lemah. Hanya saja ada suatu masalah saat pelatihan tadi." Bela Giovani.
"Kalau lemah, lemah saja tidak perlu di bela. Biar dia tau kehidupan kita tidak semudah yang dia bayangkan, apa lagi keluarga kerajaan."
"Maaf saja, cucuku ini tidak lemah. Zora sangat kuat karena mewarisi kekuatan ku." Bela Kazuma yang baru muncul di hadapan mereka bertiga.
"K-kau..." Kano nampak terkejut melihat Kazuma.
"Lama tidak berjumpa yang mulia, oh ataukah harus ku panggil ayah karena aku ini suami dari anak bungsu yang mulia?" Tanya Kazuma dengan senyuman palsunya.
"Bagaimana bisa? Bukan kah kau sudah mati? Kenapa kau ada disini?"
"Aku belum mati yang mulia, seharusnya anda senang dapat bertemu lagi dengan ku."
"Siapa yang senang melihat mu berada disini!? Kau yokai jahat yang seharusnya di musnahkan karena sudah menghilangkan nyawa orang lain dan merebut anak bungsu ku!"
"Ayolah yang mulia, sudah berapa kali ku katakan kalau aku tidak membunuhnya, bagaimana bisa aku membunuh teman ku sendiri? Anda sungguh kejam atas fitnah ini. Dan saya tidak pernah merebut Rachel, karena kita saling mencintai dan memutuskan untuk hidup bersama. Lebih baik kita akhiri reuni kita sampai disini, aku harus mengantarkan Zora ke dalam kamarnya agar ia bisa istirahat dengan tenang tanpa gangguan dari anda yang mulia, permisi..." Kazuma menarik tangan Zora dan membawanya pergi.
"Maksud percakapan tadi apa kek? Kakek sudah kenal lama dengan paman Kazuma?" Tanya Giovani penasaran namun Kano mengabaikan hal itu dan pergi meninggalkan Giovani.
Di dalam kamar Zora...
"Kakek, maksud ucapan kakek tadi apa? Membunuh teman sendiri? Siapa yang kalian bicarakan?" Tanya Zora yang nampak penasaran juga."Itu hanya masa lalu kakek dengan buyut mu, kita berdua sudah kenal sejak lama dan hanya sebatas kenal tidak pernah menjadi teman. Ada kejadian yang terjadi puluhan tahun lalu, bisa di katakan itu hanyalah kesalah pahaman. Tapi buyut mu, sepertinya tidak bisa hidup tanpa membenci kakek. Jadi Kano terus menyalahkan kakek dan menginginkan balas dendam." Jawab Kazuma dengan sedikit terkekeh.
"Kakek tidak mau bercerita tentang masa lalu kakek itu?"
"Apa kau sangat penasaran?"
"Tentu!"
"Katakan kalau kau sayang sama kakek, maka kakek akan menceritakannya."
"Aku sayang kakek!" Ujar Zora cepat dan tegas tidak sesuai dengan dugaan Kazuma, ia menduga kalau Zora akan memikirkannya terlebih dahulu karena pastinya Zora akan sulit mengutarakan hal tersebut. Namun siapa yang sangka, Zora justru dengan mudahnya mengatakan hal tersebut.
"Apa karna kau ada maunya jadi kau dapat mengatakannya dengan mudah? Selama ini kau tidak pernah bilang kalau kau sayang kakek."
"Tentu saja! Jika tidak maka aku tidak dapat mendengar cerita masa lalu kakek dengan buyut." Ujar Zora tanpa sangkalan.
"Jadi kau sayang sama kakek karena ada maunya begitu?"
"Tidak juga."
"Katakan sekali lagi kalau kau sayang kakek."
"Aku sayang kakek, sudah sekarang cepat ceritakan. Aku sudah sangat penasaran!"
"Karena kau sayang sama kakek di saat ada maunya saja, dan kau sudah mengatakannya dua kali. Jadi kakek tidak akan bercerita pada mu, biarkan saja kau penasaran selamanya dan biarkan kakek mendengar kau berkata sayang kakek setiap harinya... Hah, itu menyenangkan sekali pastinya."
"Tidak bisa seperti itu dong kek, kakek sudah janji akan bercerita."
"Kakek tidak merasa pernah membuat janji seperti itu."
"Tck! Dasar kakek tua."
Maaf ya baru up
Seriusan.....
Otak ku lagi buntu soalnya
Jd gk bisa mikir jalan ceritanya kek gimana hehe

KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...