Chap 94

77 16 5
                                        

Sepulang sekolah, Zora di kejutkan dengan Afdi yang sedang duduk santai di kasurnya Zora. Afdi melambaikan tangannya dengan senyuman konyolnya itu. "Kenapa pangeran ada disini?!" Tanya Zora dengan nada tingginya.
"Tentu saja menunggu kau pulang sekolah, pangeran Giovani mengizinkan ku untuk masuk ke dalam kamar mu." Jawab Afdi.

"Bukannya kau akan datang besok, kenapa hari ini sudah datang?" Tanya Zora yang menutup pintu kamarnya dan berjalan mendekati Afdi.

"Besok kunjungan ku kesekolah mu, hari ini urusan ku dengan kakek mu. Lagi pula besok aku hanya sebentar saja datang ke sekolah mu, setelah itu aku akan pergi."

"Kau pulang? Cepat sekali, memangnya kau tidak lelah setelah menempuh perjalanan panjang?"

"Apa kau khawatir aku akan sakit? Aah Zora ku menggemaskan sekali..." Afdi memeluk Zora dan menempelkan pipinya ke pipi Zora.

"Hentikan... Ini lah kenapa aku sangat tidak senang ketika mendapatkan kabar kau akan kesini, terlebih lagi datang ke sekolah ku." Zora melepaskan pelukannya. Ia kembali teringat ketika ia berada di kerajaan Snow, Afdi sangatlah cerewet dan melekat. Zora merasa sangat terganggu dengan tindakannya itu.

"Jahat sekali... Padahal aku sengaja datang jauh jauh kesini untuk bertemu dengan mu, aku sangat merindukan mu Zora, kau pasti juga kan. Tidak mungkin kau tidak rindu dengan orang setampan aku yang sangat baik hati dan tidak sombong ini, terlebih lagi aku berada di sisi mu ketika kau berada dalam kesulitan. Cuma aku yang setia berada di sisi mu bukan, jadi aku sangat yakin kalau kau.... Hmmp..." Zora menutup mulut Afdi dengan kedua tangannya.

"Bisa kau hentikan ocehan mu itu, pangeran Afdi?" Pertanyaan Zora hanya di jawab dengan anggukan oleh Afdi, setelah itu barulah Zora melepaskan tangannya.

"Ngomong ngomong Zora, kenapa kau tidak memanggil ku dengan sebutan kakak seperti yang pernah ku minta dulu pada mu, jika kau sudah bicara sebagai ucapan terima kasih mu, kau harus memanggil ku kakak. Sekarang cepat panggil aku kakak Afdi dengan ramah, dan tidak cetus seperti ini."

"Ugh menjijikan."

"Ayolah Zora, kau sendiri yang bilang pada ku kalau kau akan membalas kebaikan ku, dan aku hanya meminta kau memanggil ku kakak bukan 'kau' dan juga 'pangeran' ayolaaah Zoraaaa...."

"Iya iyaaa... Kakak Afdi, terima kasih karena telah menolong ku pada saat itu." Ucap Zora dengan suara lembutnya membuat Afdi tersipu di tambah wajah Zora yang sangat cantik.

"Aaah kenapa kau tidak terlahir sebagai perempuan saja sih? Dengan begitu aku bisa menikahi mu." Afdi mengacak acak rambutnya prustasi.

"Kalau pun aku perempuan, belum tentu aku mau menikah dengan mu."

"Lalu, siapa yang akan kau nikahi?"

"Hmmm... Mungkin Aoi, tapi Vero tampan juga sih, meski sikapnya menyebalkan. Tapi itu dulu sih, sekarang udah gak. Jadi bingung antara Aoi dan Vero."

"Siapa itu Aoi dan Vero? Apa mereka lebih tampan dari ku sehingga kau tidak memilih ku untuk kau nikahi?" Ucap Afdi dengan sangat dingin membuat Zora sadar akan percakapan yang absurd ini.

"Yak! Apa apaan ini, ganti topik yang lain. Kenapa aku harus membayangkan aku sebagai perempuan dan memilih dengan siapa aku menikah!"

"Kenapa? Itu seru... Siapa tau saja besok pagi setelah kau bangun kau berubah menjadi wanita." Afdi beranjak dari kasurnya.

"Itu jelas tidak mungkin!!!" Elak Zora.

Afdi menyeringai lalu berkata. "Kenapa tidak mungkin? Bisa saja kan dengan ramuan yang di ciptakan oleh dokter yang sumbernya berasal dari hutan terlarang, kalau kau meminumnya kau bisa berubah menjadi wanita. Aku jadi tidak sabar melihat kau berubah, Zo...ra..."

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang