Zora berlari dengan sangat kencang menuju lapangan yang berada di belakang sekolah, lapangan dimana para bangsawan yang menggunakannya. Di dalam hatinya ia berharap semoga bukan sang kakek yang berada di sana, kalau pun benar itu kakeknya, semoga tidak ada masalah apa pun yang terjadi. Smoga kakeknya tidak melukai manusia yang ada. Itu lah yang di pikirkan Zora, ia bahkan melupakan fakta kalau sang kakek tidak akan menyakiti manusia, Kazuma memiliki impian untuk bisa hidup damai bersama dengan manusia, jadi tidak mungkin kan yang di khawatirkan Zora terjadi. Zora bahkan tidak memikirkan bagaimana jika kakeknya yang terluka? Mungkin menurut Zora, Kazuma itu kuat, jadi tidak akan semudah itu ia terluka. Dan lagi lagi Zora melupakan fakta, bahwa dulu Kazuma pernah tertangkap oleh bangsawan hingga bertahun tahun lamanya.
Setibanya di lapangan itu, Zora mengatur nafasnya terlebih dahulu. Ia menatap ke depan, dimana banyak murid dan beberapa guru tengah melawan Kazuma. Sementara Kazuma yang sedang di serang, sedang menghindari serangan musuh dengan tertawa kecil. "Jika hanya seperti itu kalian tidak akan bisa membuat goresan kecil di tubuhku. Berjuanglah lagi, hahaha..." Teriak Kazuma yang nampak menikmatinya. Mungkin pikir Kazuma ia sedang melatih para murid dan beberapa guru yang ada, sedangkan bagi mereka... Mereka sedang berjuang mati matian agar bisa mengalahkan Kazuma. Karena dirinya merupakan ancaman bagi manusia.
Zora berjalan mendekati Kazuma dari belakangnya, lalu.... "Buuuggh..." "Aww... Sakit sekali, siapa yang ....." Kazuma yang hendak marah karena punggungnya di pukul, meski sebenarnya itu tidak menyakitkan sih karena Zora tidak mungkin memukul Kazuma menggunakan tenaga yang kuat, ia segera menampilkan senyum bodohnya kepada sang cucu tercinta. Para murid dan guru yang menyerang Kazuma menghentikan kegiatannya, mereka lelah, mereka pun melihat interaksi yang di lakukan Zora dan Kazuma.
"Bagaimana sekolah mu? Apa sudah selesai? Apa sekarang kau sudah mau pulang?" Tanya Kazuma tanpa merasa bersalah. Yaa jelas tidak merasa bersalah, menurutnya ia tidak membuat onar, ia hanya berlatih dengan manusia yang ada disini.
"Apa kakek lupa apa yang ku pesan tadi pagi? Jangan membuat masalah, tapi kenapa kakek membuat masalah?" Keluh Zora.
"Kakek tidak membuat masalah."
"Lalu ini apa? Yang kakek lakukan tadi itu apa kalau bukan membuat masalah?!"
"Hanya melatih kekuatan mereka saja, jika mereka selemah itu bagaimana mereka bisa melawan yokai jahat yang sangat kuat nanti? Bahkan guru guru itu saja tidak ada apa apanya di bandingkan dengan mu, kakek yakin, mereka bahkan tidak bisa menang melawan mu."
"Tapi kek... Mereka tidak beranggapan sama seperti yang kakek bilang itu. Lebih baik sekarang kakek minta maaf sama semuanya dan pergi dengan ku."
"Tidak mau, kakek tidak melakukan kesalahan."
"Kakek...." Ujar Zora dengan mata yang berkaca kaca, membuat Kazuma tak dapat mengelak lagi. Kazuma membalikkan badannya, ia sedikit menundukkan kepalanya seraya berkata. "Maaf sudah membuat keributan di sekolah ini, tapi tadi benar benar menyenangkan. Tolong jangan ada yang beranggapan kalau aku ini yokai jahat, aku datang kesini hanya ingin melihat lihat sekolah cucu ku, Zora. Yah, rupanya sekolah ini benar benar luar biasa. Sudah sangat berkembang sejak puluhan tahun yang lalu. Baiklah, kalau begitu aku permisi terlebih dahulu. Ayo Zora..."
Semua orang yang berada disana tercengang, tidak ada satu orang pun yang mengeluarkan suaranya. Mereka di buat bingung dengan apa yang terjadi baru saja, hingga Zora dan Kazuma tidak lagi mereka lihat, barulah salah seorang murid yang berasal dari kelas Zora membuka suaranya.
"Tadi yokai itu bilang kalau Zora adalah cucunya, jadi maksudnya, Zora itu yokai bukan manusia? Pantas saja baunya terasa aneh, bukan bau manusia pada umumnya." Dan murid murid lainnya menjadi berisik berkata ini dan itu tentang Zora.
"Ayo semuanya bubar dan kembali ke kelas masing masing, jam istiratah sudah selesai." Ujar salah seorang guru, lalu mereka semua berjalan kembali ke kelas masing masing, masih dengan membicarakan Zora.Di lain tempat, tepatnya di gerbang sekolah depan. Zora mengantarkan sang kakek yang ia suruh untuk pulang. "Sudah puas kan lihat lihat sekolah ku bahkan membuat masalah juga, jadi sekarang kakek pulang lah, aku akan kembali ke kelas untuk belajar." Tutur Zora.
"Ya kakek sudah puas sekali, terima kasih banyak Zora. Oh ya... Kakek hanya ingin tau, apa di sekolah ini ada yang mengganggu mu? Semua murid disini bersikap baik pada mu kan?" Tanya Kazuma."Semua orang disini tidak ada yang perduli terhadap ku kek, dan aku juga tidak pernah mau berusaha untuk mengakrabkan diri ku pada mereka. Cukup Aoi yang menjadi teman ku, karena aku suka dengan sifatnya. Kebanyakan anak bangsawan disini memiliki sifat yang angkuh, aku tidak suka itu." Jawab Zora.
"Apa kau baik baik saja?" Kazuma nampak khawatir.
Zora tersenyum ke Kazuma. "Jangan khawatir kek, aku baik baik saja dengan ini. Dan jika ada yang mengganggu ku, aku bisa melawan mereka. Karena mereka bangsawan, jadi aku bisa menggunakan kekuatan ku kepada mereka."
"Baiklah kalau begitu, jika ada sesuatu yang terjadi panggilah Shiro atau Kou, mengerti!?"
"Iya kek, sudah sana pulang. Hati hati di jalan ya kek." Ucap Zora dengan tersenyum manis membuat Kazuma merasa tak tahan ingin memeluknya. "Ugh kakek, lepas..." Zora memberontak mencoba melepaskan pelukan Kazuma yang begitu erat.
"Cucu kakek benar benar manis sekali, kakek suka kamu yang bersikap seperti ini dan tidak seperti biasanya." Kazuma pun melepaskan pelukannya. "Baiklah kakek akan pulang, belajarlah dengan giat Zora." Setelah itu Kazuma pun menghilang.
"Aku lupa kalau kakek tuh bisa menghilang, kalau tau gitu buat apa aku mengantarnya hingga gerbang depan sekolah. Sudahlah, kembali ke kelas saja sekarang, pelajaran sudah di mulai dari setengah jam yang lalu. Atau... Aku membolos saja ya? Hmm..."
Ketika Zora sedang berjalan, di balik pohon dekat gerbang sekolah ada seseorang yang sedang bersembunyi dengan menampilkan senyum miringnya. "Akhirnya aku tau kelemahan mu." Gumam orang tersebut.Setengah jam berlalu, bertepatan dengan pergantian pelajaran, Zora kembali ke kelas. Saat ia masuk, ia menjadi pusat perhatian seisi kelas. Zora mengabaikannya dan berjalan menuju kursinya. "Dari mana?" Tanya Aoi ketika Zora telah duduk dengan nyamannya.
"Tidur di perpus, kenapa? Apa ada tugas?"
"Tidak, hanya saja... Saat ini kau menjadi bahan pembicaraan, tentang kau yang merupakan cucu yokai."
"Oh soal itu... Tadi kakek membuat masalah, karena banyak orang disana, jadinya mereka tau kalau aku cucu dari yokai. Biarkan saja, jangan perdulikan itu."
"Hei teman teman, aku ingin bertanya sesuatu pada kalian... Jika ada yokai, maka tugas kita memusnahkan mereka bukan?" Seru Juana sambil berdiri di atas bangkunya.
"Tentu saja, kita harus menjaga kedamaian kerajaan ini dari para yokai." Ujar murid lainnya.
"Nah, bagaimana jika teman sekelas kita ada yokai? Tapi masalahnya... Anak itu, juga memiliki darah manusia. Apa yang harus kita lakukan?"
"Tetap musnahkan!"
"Tapi, karena dia juga manusia, sepertinya tidak manusiawi jika kita memusnahkannya. Bukan kah itu sama saja seperti kita membunuh?"
"Bagaimana jika kita asingkan saja? Dan buat dia menderita?"
"Nah itu ide yang bagus, bagaimana menurut mu Juana?"
Juana menyeringai, benar benar nampak sangat jahat sekali. "Itu ide yang bagus, ayo kita buat dia tidak nyaman untuk merasakan kehidupan."
Semua murid bersorak, Aoi memandang Zora dengan cemasnya. Sementara Zora? Ia tidak perduli, ia justru asik menatap rendah mereka semua. 'Kalian pikir bisa mengalahkan ku dengan mudah? Sayang sekali aku tidak selemah itu.' Batin Zora.
"Apa sih yang di bahasnya? Dia mau buat masalah apa lagi?" Tanya Vero pada teman sebelahnya.
Omong omong
Ini story terpanjang yang pernah aku buat, aku gak nyangka bisa buat sampai chap 90, itu bahkan belum tamat :DMakasi bnyak buat kalian yang setia dengan The Blood
Salam sayang dari Zora :v

KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...