Chap 04

259 45 2
                                    

"Tidak pernah, atau mungkin aku tidak ingat jika ibu ku pernah mengatakan hal itu padaku." Ujar Zora dengan raut wajahnya yang terlihat sedih.

"Kenapa kau sedih seperti itu? Apa ada kataku yang menyinggung perasaan mu?" Tanya Suichi bingung.

"Tidak ada kak, hanya saja... Ibu ku meninggal saat usia ku dua tahun, dan ayahku meninggal sebelum aku lahir. Setelah ibu meninggal, aku tinggal dengan bersama sanak saudara ku dan slalu berpindah pindah.

Mereka tidak tahan merawatku dan slalu mengatakan kalau aku ini aneh bahkan sakit jiwa, hanya karena aku mampu melihat yokai. Lalu belum lama ini aku memutuskan untuk tinggal sendiri di rumah orang tua ku, jadi aku kembali lagi ke kerajaan ini."

"Maafkan aku Zora, aku tidak tau soal itu. Aku pasti sudah membuatmu sedih dengan mengingat kembali kenangan pahit itu." Ujar Suichi dengan merangkul Zora.

"Tidak apa kak, semuanya sudah berlalu dan aku sekarang sudah baik baik saja."

"Kau tau alasan kenapa yang bukan bangsawan tidak boleh memasuki kawasan para bangsawan? Alasannya adalah, karena bangsawan memiliki tugas mereka untuk membantu kerajaan dalam melindungi tempatnya dari para yokai dan ayakashi jahat.

Dan para rakyat, harus berada di tempatnya agar tidak terlibat dalam hal ini. Mereka memang tidak mampu melihatnya, itu akan sangat memudahkan bagi yokai untuk menempel ke tubuhnya serta mengambil alih kepemilikan. Itu sebabnya mereka dilarang masuk kesini, ini semua di lakukan demi keselamatan para rakyat."

"Aku belum dengar soal ini dari Shiro, apa dia melupakan hal ini?" Gumam Zora yang nampaknya terdengar oleh Suichi.

"Shiro? Siapa dia?" Tanya Suichi.

"Dia temanku, selama ini dia yang selalu membantuku dalam banyak hal."

"Nama yang cukup unik, bagaimana orang tuanya bisa memberikan nama untuk anaknya dengan penyebutan warna seperti itu? Hahaha...."

"Maaf kak tapi Shiro bukan manusia."

"Berarti dia yokai?"

"Benar... Dia yokai, Shiro sangat baik padaku dan dia merupakan temanku. Ada Nana juga, dan ada juga yang lainnya."

"Semua itu yokai?"

"Iya..."

"Apa kau tidak memiliki teman manusia?"

Zora hanya terdiam dan menghentikan langkah kakinya saat di tanya akan hal itu. Tak lama kemudian datanglah Shiro menghampiri Zora dengan wujud anak anjing yang lucu.

"Shiro, kau datang..." Ujar Zora dengan sangat senang.

"Jadi anjing kecil ini yang bernama Shiro." Ucap Suichi yang berusaha untuk menepuk pelan kepalanya.

Namun tangan Suichi di gigit oleh Shiro dan kemudian berkata, "Siapa yang bilang aku kecil!? Grrrr...."

Shiro slalu merasa kesal jika di bilang kecil, walau pun kenyataannya jika dia dalam bentuk anak anjing dia terlihat begitu kecil. Karena kesal, Shiro merubah wujud ke asalnya. Menjadi anjing yang sangat besar dengan bulunya yang berwarna putih bersinar.

"Zora, ayo kita pulang." Ucap Shiro.

"Kalau begitu aku akan pulang, kak Suichi terimakasih banyak karena telah membantu dan mengantarku."

Suichi memandang langit dimana Zora terbang di bawa oleh Shiro hingga tak lagi terlihat. Suichi memanggil pelayannya dan menyuruhnya untuk mengikuti Zora.

"Anak itu, membuat ku sangat penasaran. Hanya rakyat biasa tapi mampu melihat yokai, bahkan dia bisa mengendalikan yokai yang kuat." Gumam Suichi yang sedang berjalan kembali ke rumahnya.

Keesokan hari sekitar jam dua siang, terdengar beberapa murid yang sedang berbisik bisik hingga terdengar oleh Zora yang baru saja keluar dari gedung sekolahnya.

"Apa itu benar? Kenapa seorang bangsawan berada di sekolah ini?"

"Mana ku tau..."

"Kira kira siapa yang sedang di tunggunya ya?"

Berbagai perkataan di lontarkan oleh para murid, Zora mendengar itu tapi dia nampak tidak perduli. Karena Zora merasa itu tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya yang merupakan sosok yang tidak dapat di terima oleh siapa pun dimana pun ia berada. Zora memiliki kebiasaan menundukkan wajahnya disaat sedang berjalan, hingga ia tidak menyadari bahwa seorang bangsawan yang di bicarakan itu berdiri di depan gerbang sekolah dan Zora melewatinya begitu saja.

"Apa kau akan mengabaikan ku?" Ujar bangsawan itu yang tidak tau di tujukan oleh siapa, karena ini jam pulang sekolah, sehingga banyak siswa dan siswi yang melewatinya.

"Zora...." Ucapnya kembali yang kini menyebutkan nama orang yang sedang di nantinya sedari tadi.

Namun Zora terus melangkahkan kakinya, dia sama sekali mengabaikan bangsawan itu yang membuat bangsawan tersebut sedikit kesal. Beberapa langkah menjauh dari gerbang sekolah, beberapa kali panggilan dari bangsawan itu benar benar di abaikan olehnya.

Hingga bangsawan tersebut menggerakkan kakinya untuk mengejar Zora, ketika Zora berada tepat di hadapannya, bangsawan itu menarik tangan Zora hingga tubuhnya berbalik menghadap bangsawan itu.

"Ugh... Aah... Kak Suichi, ada apa?" Tanya Zora begitu melihat siapa yang menarik tangannya.

Dan rupanya bangsawan yang berdiri lama di depan gerbang sekolah itu adalah Suichi.

"Ada apa katamu? Sedari tadi aku terus memanggilmu, apa kau tidak mendengarku hah?!" Kesal Suichi.

"Ma-maafkan aku kak... Karena yang biasanya memanggilku hanya para yokai, jadi tadi aku kira itu yokai jadi aku mengabaikannya." Jelas Zora dengan sedikit tertawa.

Semua murid yang berada di luar, menjaga jarak dari Zora dan juga Suichi. Tentu saja mereka bertanya tanya ada hubungan apa mereka?

Bagaimana orang aneh itu bisa terlihat akrab dengan bangsawan dari keluarga Tanuma?

Mungkin kah dia bekerja untuk keluarga Tanuma?

Meski mereka memberi jarak sedikit jauh di belakang Suichi, telinga Zora sangat tajam untuk mendengar perkataan murid lain itu yang membuat Zora nampak tak nyaman. Dan itu di sadari oleh Suichi.

"Ayo kita bicara di tempat lain." Seru Suichi.

Zora dan Suichi berjalan tak tau arah, hingga Zora bertanya, "Kita mau pergi kemana kak?"

"Aah maafkan aku, sebenarnya aku tidak tau harus pergi kemana. Bagaimana kalau pergi ke rumahmu saja?" Seru Suichi yang nampak saat ingin datang ke rumah Zora.

"Baiklah, tapi kita harus mampir ke toko dulu untuk membeli beberapa cemilan dan juga minuman. Di rumahku tidak ada apa apa yang bisa ku sajikan untuk bangsawan seperti kak Suichi."

"Kau tidak perlu menyajikan ku apa apa kok Zora, ku rasa air mineral saja cukup untukku."

"Bahkan di rumahku saja tidak ada air mineral, apa kak Suichi mau ku suguhkan dengan air keran? Airnya cukup bagus kok untuk di minum, kalau kau mau maka kita tidak perlu mampir ke toko."

Suichi menunjukkan expresinya yang kaget dan juga merasa aneh dengan hal itu, karena para bangsawan tidak ada yang meminum air langsung dari keran kecuali di sterilkan terlebih dahulu dengan batu batu alam. Kecuali air gunung atau mata air, ketika para bangsawan sedang menjalankan tugasnya, air itulah yang di minum oleh mereka.

"Ku... rasa kita harus mampir ke toko terlebih dahulu."

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang