Chap 41

139 23 0
                                        

"Aah panas sekali, panas... Panas sekali.. Kenapa kalian kuat tinggal di tempat sepanas ini, ugh?"

"Pangeran gunakan kembali pakaian mu itu, tidak sopan jika kau melepaskan jubah mu, ayo cepat pakai kembali..."

"Tidak mau, ini panas sekali. Aku tidak tahan...."

Saat ini, Zora bersama dengan Afdi serta Marfin yang selalu menemaninya kapan pun dan dimana pun, sedang dalam kereta kuda menuju rumah Zora.

Setelah beberapa hari Zora di tahan oleh ayahnya Afdi karena peristiwa Sachi yang berhasil di sembuhkannya, membuat raja pada kerajaan Snow meminta Zora untuk menyembuhkan beberapa rakyatnya yang terserang penyakit karena yokai atau pun mushi.

Bukan hanya itu saja, sang raja meminta Zora untuk menuliskan data tentang penyakit yang di sebabkan yokai atau mushi. Tentang penyakitnya serta tentang penyembuhannya yang Zora ketahui.

Dan imbalan yang akan di dapatkan Zora adalah logam emas besar dalam jumlah sepuluh kantong dan juga di antarkan pulang ke rumahnya begitu Zora menyelesaikan tugas dari sang raja.

Meski pun imbalan tersebut bisa di katakan tidak sebanding dengan apa yang Zora berikan, terlebih lagi Zora itu seorang pangeran. Sekali pun dia memisahkan dirinya dari kerajaan, darah seorang pangeran tetap mengalir pada tubuhnya.
Hal itu lah yang di anggap oleh keluarga Afdi beserta Marfin.

"Itu rumah ku disana."

Zora menunjukkan kertas yang ia tulis kepada Afdi dan mengarahkan jari telunjuknya pada sebuah rumah di depan sana.

Ketika kereta kuda berhenti, membuat para bawahan Yuzu yang berada di luar rumah segera berdiri tegap dan menanti orang yang akan keluar dari sana.

Ada satu orang bawahan Yuzu yang masuk ke dalam untuk memberitaukan kepada Yuzu. Dengan cepat Yuzu, Tsukasa dan juga Suichi keluar dari rumah.

"Rumah mu banyak sekali orang." Ujar Afdi yang pertama kali turun dari kereta kuda di ikuti oleh Marfin lalu Zora.

"Zora!"

"Pangeran Zora!"

Teriak Suichi dan juga Yuzu ketika ia keluar rumah dan melihat Zora yang turun dari kereta kuda tersebut.
Suichi lari dan menghambur dalam pelukan Zora, air matanya terjatuh karena merasa bahagia.

'Aaakh menyebalkan sekali.' Batin Zora dan berusaha mendorong tubuh besar Suichi agar terlepas dari tubuhnya.

"Kemana saja kau selama ini? Kau membuat kami cemas, dan selama satu minggu ini kami terus mencari mu." Ujar Suichi setelah melepaskan pelukannya.

"Pangeran Zora, apa anda baik baik saja? Apa ada yang terluka?" Tanya Yuzu yang nampak khawatir.

Tsukasa melangkahkan kakinya dan menghampiri Zora, tangan besarnya ia letakkan di atas kepala Zora lalu ia membuat rambut Zora menjadi berantakan, seraya berkata. "Syukurlah kau sudah kembali, kita semua sangat mengkhawatirkan mu."

Zora menepis tangan Tsukasa, tanpa merapikan rambutnya yang sudah berantakan, Zora menulis pada memo yang slalu ia bawa bawa itu.

"Biarkan aku masuk, aku lelah karena melakukan perjalanan panjang."

"Kenapa kau menulis? Ada apa dengan suara mu?" Suichi nampak kembali khawatir, padahal baru beberapa detik yang lalu ia bernafas lega karena Zora sudah pulang namun kini ia di buatnya khawatir lagi.

"Ekhm..." Afdi berdehem membuat orang orang disana mengarahkan fokus padanya.

"Kau yang sudah mengantarkan Zora pulang, ayo silahkan masuk jangan sungkan sungkan." Ucap Suichi mempersilahkan Afdi dan Marfin masuk ke dalam rumah.

Mereka semua berkumpul di ruang tamu, hanya para bawahan Yuzu yang masih setia berada di luar rumah.

Tsukasa ikut bergabung bersama yang lainnya setelah menyuguhkan minuman kepada tamu tersebut.

"Pangeran Zora, tolong ceritakan kepada kami apa yang sebenarnya terjadi pada anda selama ini? Dan siapa mereka berdua?" Tanya Yuzu yang memecahkan keheningan.

"Rupanya dia memang benar seorang pangeran." Bisik Afdi kepada Marfin yang hanya di balas dengan anggukan.

"Aku malas, terlalu panjang untuk di ceritakan. Jadi aku akan memperkenalkan mereka saja kepada kalian.

Yang terlihat muda itu pangeran Afdi dari kerajaan Snow, dan yang di sebelahnya itu pengawalnya namanya Marfin.

Jadi tolong jamu tamu ku dengan baik, aku mau tidur karena aku lelah sekali. Jangan biarkan ada yang menganggu ku, sekali pun itu Shiro atau pun Kou!"

Setelahnya Zora berlalu menuju kamar untuk tidur, yaa Zora memang sangat lelah, akibat dari ayahnya Afdi itu dan setelahnya ia langsung jalan pulang ke rumahnya.

Hal yang membuat Zora aneh adalah, dalam perjalanan pulangnya, kenapa dia menempuh waktu selama dua hari? Sedangkan saat ia di culik hanya membutuhkan waktu satu hari, dan itu pun menuju desa yang lebih jauh dari kerajaan Snow.

Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Zora menepiskan pemikiran itu untuk saat ini, dan Zora memilih untuk memejamkan kedua matanya karena ia sudah terlalu lelah.

"Jadi anda ini seorang pangeran? Dan dari kerajaan Snow? Bukan kah itu jauh dari sini, lalu bagaimana caranya kalian bisa bertemu?" Tanya Tsukasa.

Lalu, Afdi mulai bercerita tentang awal mereka bertemu dan tentang Zora yang banyak membantu kerajaannya. Namun Afdi tidak menceritakan tentang alasan kenapa Zora dapat berada disana. Biarkan saja Zora sendiri yang bercerita, Afdi hanya mengatakan bahwa dirinya tidak tau menau.

Setelah istirahat sejenak, Afdi dan Marfin kembali pulang ke kerajaan mereka tanpa menunggu Zora terbangun dari tidurnya.

Kini sudah jam tujuh malam, Zora terbangun dari tidurnya. Rasa lelah yang ia rasa sebelumnya terasa mulai menghilang. Ketika kesadarannya mulai mengumpul, ia di kejutkan oleh Kou yang berada tepat di hadapannya.

"Buuuugh..."

Zora memukul Kou dengan sangat kuat, siapa pun itu yang membuat Zora terkejut, pasti akan mendapatkan pukulan telak darinya. Itu hal yang sudah menjadi kebiasaan dirinya.

"Zora-sama ini sakit sekali, kenapa Zora-sama memukul ku?" Keluh Kou dan Zora mengambil memo dan pena nya lalu ia menulis...

"Maafkan aku, tapi itu salah mu karena kau mengejutkan ku."

Ia langkahkan kakinya menuju dapur dengan niat untuk meminum segelas air. Baru saja kakinya melangkah di ruang santai, ia sudah mendapatkan tatapan dari orang orang yang berada disana.

Suichi, Tsukasa, Yuzu, serta Shiro. Mereka tengah duduk di sana menanti Zora bangun dari tidurnya.

"Anda sudah bangun pangeran Zora? Apa anda ingin makan malam? Biar anak buah saya membelikan makan malam untuk anda." Ujar Yuzu yang hanya di angguki oleh Zora.

Zora membawa segelas air dan ia duduk di antara mereka semua, tak lupa dengan Kou yang menyusuli tuannya tersebut.

"Jadi, bisa kau ceritakan apa yang sudah terjadi dengan mu?" Pinta Suichi.

Zora yang lupa membawa memo dan pena, dan dia juga yang malas untuk jalan kembali menuju kamarnya, ia menatap Shiro dengan tangannya yang ia peragakan seakan sedang menulis.

"Apa?" Nampaknya Shiro tidak paham dengan maksud gerakan Zora, ia hanya menghela nafasnya dengan kasar.

"Ini Zora-sama." Kou memberikan Zora memo dan juga pena, nampaknya ia sadar akan maksud tuannya itu dan segera mengambil di kamar tuannya tersebut.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang