Chap 69

99 16 8
                                    

Setibanya Zora dan Kazuma di kerajaan Glavador, mereka mendapatkan sambutan yang meriah dari Farel dan keluarganya. Sedangkan Kano, ia memilih pergi dari pada menyambut Zora. Andai Kano tau kalau Kazuma masih lah hidup, mungkin ia akan menyambut kedatangan mereka dengan keributan atau mungkin dengan perang hingga Kazuma tewas.

"Akhirnya kau datang juga Zora, selamat datang nak." Seru Farel dengan tersenyum, tentu saja Clara serta Giovani juga tersenyum menyambut kedatangan mereka.

"Terima kasih kek sudah menyambut ku." Ujar Zora yang ia tuliskan pada sebuah kertas, karena mereka belum ada yang tahu kalau Zora sudah bisa bicara kembali. Dan Zora ikut tersenyum.

"Lalu, dimana Kazuma?" Tanya Farel yang belum tau rupa Kazuma, dan tidak pernah menduga bahwa yokai yang berdiri di samping Zora adalah Kazuma.

"Aku disini, salam kenal yang mulia Farel." Seru Kazuma.

Bukan hanya Farel, namun keluarganya juga terlihat terkejut mendengar pengakuan dari Kazumanya langsung. "K-kau Kazuma? Sungguh?" Tanya Farel.

"Tentu yang mulia, saya Kazuma, kakeknya Zora dan suami dari adik anda, Rachel."

"Aku tidak pernah menduga kalau Kazuma nampak semuda ini." Cicit Clara.

"Aku juga. Ku kira tadi kau merupakan yokai yang mengikuti Zora. Kau muda sekali Kazuma, kalian nampak seperti kakak dan adik." Cetus Farel, membuat Kazuma besar kepala.

"Itu karena kami yokai kek, meski sudah tua tetap saja terlihat muda." Saut Zora.

"Ayah, mau sampai kapan kalian akan mengobrol di luar seperti ini? Kasihan Zora dan paman Kazuma yang baru saja datang dari perjalanan jauhnya." Seru Giovani.

"Kau benar, ayo Zora, Kazuma, masuklah." Mereka pun masuk ke dalam istana, dan barang barang Zora di bawa masuk oleh para prajurit bawahan Yuzu menuju kamar yang sudah di siapkan khusus untuk Zora.

"Kenapa kau berpura pura tak bisa bicara?" Tanya Kazuma berbisik.

"Nanti juga aku akan bicara." Jawab Zora dengan berbisik juga.

Waktu berlalu dengan cepatnya, kini Kazuma pamit undur diri. Ia tidak akan tinggal di istana karena ia tahu kalau Kano sangat membencinya, jadilah Kazuma tinggal di hutan tempatnya dulu. Dan sudah pasti, kedatangan Kazuma kembali ke Glavador akan membuat para yokai terkejut dan mereka akan membuat pesta sake untuk menyambutnya.

Lalu Zora memasuki kamarnya, ia rebahkan tubuhnya di atas ranjang yang cukup besar di bandingkan ranjang yang ia miliki di rumahnya. Ranjangnya sangat empuk sekali, dan membuat Zora merasa nyaman.
Dan di malam harinya, ketika Zora hendak terlelap tidur. Ia mendengar bahwa pintu kamarnya terbuka dengan sangat pelan dan hati hati. Tapi Zora masih enggan membuka matanya untuk melihat siapa yang berani memasuki kamarnya tanpa izin terlebih dahulu?

"Anak sialan, berani beraninya kau datang ke istana ku ini! Kau telah mengotori istana indah ku ini, dasar setengah yokai." Umpat orang tersebut dengan nada suaranya yang pelan, dan Zora mampu mendengarnya.

'Oh datang juga...' Batin Zora.

Suara langkah kakinya terdengar kian mendekat, dan di saat orang itu berada tepat di hadapannya, Zora membuka kedua matanya membuat orang tersebut sedikit kaget. Zora menyeringai, ia memilih duduk dengan bersandar pada kepala ranjang, lalu ia berkata. "Apa yang kakek buyut lakukan malam malam seperti ini di kamar ku? Bahkan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu?"

Kano yang merupakan sosok seseorang yang masuk secara sembunyi sembunyi itu merasa lebih terkejut mendengar Zora yang dapat berbicara. "Kau... Bagaimana bisa?!"

"Oh apakah kakek terkejut mendengar ku bicara lagi? Yaah sebenarnya aku sudah dapat bicara sejak beberapa bulan yang lalu. Dan jika aku ingin, maka aku bisa katakan pada kakek Farel pelaku sebenarnya yang telah menculik ku dan yang menyuruh orang orang itu membuat ku tidak dapat bicara lagi."

"Kau menuduhku sebagai pelakunya? Apa kau memiliki bukti?! Jika tidak, aku dapat menuntut mu dan memberikan mu hukuman yang sangat berat." Tanya Kano dengan nada tingginya.

"Untuk sekarang tidak ada sih... Tapi jika aku mau, aku bisa mencari buktinya. Pasti akan susah karena sudah berlalu cukup lama, tapi aku yakin bisa mendapatkan buktinya lho kek!" Kano yang mendengar ucapan Zora merasa geram, ia bahkan sudah mengepalkan kedua tangannya hingga buku kukunya memutih.

"Tapi, kenapa kakek harus membuat ku tak dapat bersuara lagi? Hmm... Mungkin kah kakek takut jika aku memanggil Shiro atau Kou dan penculikkan yang kakek rencakan akan gagal? Sayang sekali ya kek, meski begitu aku dapat kembali pulang berkat bantuan kerajaan Snow. Sudahlah kek, buang rasa benci kakek itu. Terima kenyataan bahwa anak di hadapan mu ini, meski pun memiliki darah yokai, aku tetaplah cicit mu. Darah kakek, juga  mengalir pada tubuh ku. Aku adalah keturunan kakek buyut." Lanjut Zora.

"Jangan pernah berkata kalau kau keturunan ku! Karena aku tidak sudi menerima selain manusia sebagai keturunan ku!" Sangkal Kano.

"Mau sampai kapan kakek mau mengelaknya? Sekeras apa pun kakek sangkal, selama aku masih hidup, anak setengah yokai ini tetaplah keturunan mu."

Kano bergerak dengan cepatnya, kedua tangan itu telah sukses mencekik leher Zora. Dan Zora kesulitan untuk bernafas, tangannya yang ramping berusaha untuk melepaskan cengkraman kakek buyutnya yang kian menguat. Namun itu semua sia sia, karena Zora tidak memiliki tenaga yang kuat, apa lagi ia harus mati matian berusaha untuk dapat bernafas meski pun sangat sulit.

"Kalau begitu, aku harus membuat mu mati agar aku tak memiliki keturunan cacat seperti mu. Kau merupakan aib bagi ku, dasar kau anak setengah yokai! Kau tidak di perbolehkan untuk berada di istana ku! Hanya manusialah yang berhak!" Umpat Kano meluapkan isi hatinya.

"Sh... Shi... Ugh..." Zora berusaha memanggil Shiro dengan nafasnya yang sudah mulai terputus terputus. Kano yang mendengar itu segera mengencangkan cengkramannya, membuat Zora semakin sulit untuk mendapatkan oksigen.

Zora tidak ingin berakhir seperti ini, kakinya yang masih tertutup dengan selimut, ia coba menendang dan berhasil menyibakkan selimut tersebut. Lalu dengan tenaga yang tersisa, ia berusaha menendang tubuh besar Kano yang saat ini sedang duduk di tepi ranjang sembari mencekiknya.

Berulang ulang kali Zora menendang tubuh itu, namun tendangannya tak membuahkan hasil apa pun. Tubuh Kano tak bergeser sedikit pun. Kedua tangan Zora yang sejak awal sudah berusaha untuk melepaskan cengkraman Kano juga tak membuahkan hasil apa pun, bahkan dengan goresan goresan kuku Zora pada lengan Kano, juga tak membuat Kano merasa perih.

Zora merasa tak kuat lagi, sudah tak ada lagi oksigen yang masuk ke dalam jantungnya. Tenaganya semakin menghilang, tendangan kakinya kepada tubuh Kano sudah ia hentikan, bahkan ia tak lagi mencakar tangan Kano. Genggaman pada tangan besar Kano mulai melemas, tinggal menunggu beberapa saat lagi, tangan Zora yang kecil itu akan terjatuh. Pada saat itu terjadi, mungkin Zora sudah tak sadarkan diri, atau mungkin Zora.... sudah tak bernyawa lagi.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang