Siang tlah menjelang, kini Zora berbaring lemah di kasur rumahnya. Ia mendapati omelan dari Shiro serta Suichi yang datang setelah di hampiri Kou.
"Sudah tau sedang demam, bagaimana bisa kau pergi di tengah malam hingga subuh menjelang? Lihat akibatnya, demam mu semakin tinggi!
Kenapa juga kau tidak menggunakan pakaian hangat mu? Kau ini bodoh atau apa? Kalau ada yokai yang mengejar mu, kau kan bisa memanggil Shiro atau Kou untuk melindungi mu!" Omel Suichi.
Zora tidak mengatakan kebenarannya ketika yokai itu membawanya pergi disaat Shiro tengah pergi untuk meminum sake.
Malam tadi, setelah anak anak itu pulang ke rumah. Yokai yang membawanya membungkukkan tubuhnya seakan mengatakan terima kasih banyak kepada Zora. Lalu ada yokai yang sebesar kutu tengah duduk di pundak yokai tersebut.
"Dia merasa kasihan dan takut kedua anak manusia itu di ganggu atau di makan yokai yang berada di festival tersebut. Dia ini ingin membuat anak anak itu pergi dari festival, namun mereka nampak ketakutan dengannya dan berlari untuk mengumpat.
Setelah itu dia merasa sedih dan tidak tau cara membuat anak itu pergi, dan aku mengusulkan padanya untuk pergi mencari Zora-sama untuk membawa anak anak itu pulang ke rumah." Tutur yokai kutu itu menjelaskan.
Zora tersenyum kepada kedua yokai itu dan berkata, "Terima kasih karena sudah memanggilku dan perduli kepada manusia."
Setelah dari itu Zora kembali menuju festival bersama sama dan menikmatinya hingga usai.
Dan sesampainya Zora di rumah, suhu tubuhnya kembali tinggi dan ia bahkan pingsan di depan pintu rumahnya sendiri.
"Shiro, jika ada dua anak manusia dan mereka hanyalah rakyat biasa lalu mereka berada di tengah festival para yokai, kenapa anak anak itu bisa melihat yokai? Atau mungkin mereka memiliki darah bangsawan?" Tanya Zora begitu saja yang di dengar sangat jelas oleh Suichi dan Shiro.
Pada saat bersamaan, wajah mereka jadi kesal karena mereka kini tau kemana Zora pergi tadi malam.
"Mereka dapat melihatnya karena mereka berada di festival yokai, dimana mereka akan menunjukkan diri kepada manusia biasa. Tetapi mereka akan melakukan festival itu di hutan yang jarang di masuki oleh manusia dan berada jauh di dalam hutan. Tidak banyak dari manusia bisa keluar hidup hidup tentu saja kecuali kami para bangsawan." Jelas Suichi kepada Zora, yang kemudian ia mendapati omelan lagi dari mereka berdua.
Dan kini, hari minggu tlah tiba. Suichi serta Zora pergi sejak pagi pagi sekali hingga tiba di kerajaan Glavador tidaklah terlalu siang.
Sesampainya disana, Ryu memandu mereka berdua untuk bertemu dengan sang raja."Paduka raja, saya datang membawa Suichi dan seorang anak yang sedang raja cari." Ucap Ryu yang sudah berhadapan dengan sang raja. Mereka bertiga memberikan salam berdiri dengan salah satu kaki yang bertumpu dengan lututnya, serta kepala mereka yang menunduk.
"Terima kasih karena sudah datang, siapa nama mu nak? Kau terlihat sangat muda, dan berapa usia mu?" Tanya raja kepada Zora.
"Nama saya Zora, Kazuma Zora. Usia saya 16 tahun, terima kasih banyak atas undangannya paduka raja." Jawab Zora.
"Kazuma?" Gumam Kano sang raja dan ia sedikit termenung seakan mengingat sesuatu yang sudah lama ia lupakan.
"Ada apa ayah?" Tanya Farel, anak pertama Kano yang merupakan kakak dari Rachel, nenek Zora.
"Tidak apa, hanya saja nama keluarganya mengingatkan ku pada suatu hal."
"Apa ayah teringat dengan Rachel?"
"Kenapa kau menyebutkan namanya?"
"Karena... Coba ayah lihat baik baik wajah Zora, wajahnya sangat mirip dengan Rachel. Nah Zora, bisakah kau angkat kepala mu? Aku ingin melihatnya lebih jelas."
Zora yang merasa mendapatkan perintah langsung dari sang pangeran, segera ia angkat kepalanya yang sedari tadi menunduk dan menatap sang pangeran yang berdiri tak jauh dari raja.
"Benarkan yah, wajahnya sangat mirip dengan Rachel." Seru Farel yang entah kenapa ia merasa sangat bahagia dan menggebu gebu.
Kano sang raja menatap intens Zora, apa yang di katakan oleh putra sulungnya benar adanya.
"Zora, siapa nama ibu mu?" Tanya Kano dan segera di jawab oleh Zora, "Eni, paduka raja."
"Eni? Jadi bukan Rachel?" Ucap Farel yang merasa sedikit kecewa dan sang raja yang merasa senang dan terlihat senyuman puas di wajahnya yang di sadari oleh Zora.
Entah kenapa melihat reaksi yang berbeda dari Farel, dan reaksi yang tidak di inginkan oleh Zora membuatnya merasa kesal. Kedua tangannya mengepal kuat mencoba menahan emosi yang membara.
"Jika yang di maksudkan pangeran adalah Rachel Glavador, itu nenek saya." Seru Zora dengan lantang yang membuat seisi istana yang hadir di pertemuan tersebut terkejut tidak percaya.
Zora terus memerhatikan sikap sang raja yang nampak kaget dan juga kesal.
Serta dapat terdengar dengan jelas berbagai bisikan dari para bangsawan yang membuat Zora jadi kesal."Itu tidak mungkin! Rachel sudah meninggal di usianya yang masih sangat muda, bahkan usianya belum ada 17 tahun. Jadi tidak mungkin kau cucunya! Bajingan kecil, kau pasti ingin menipu kami bukan?!" Seru Kano dengan amarah.
"Maaf paduka raja, tapi saya bicara kebenarannya. Tidak mungkin raja lupa dengan kebenaran yang sudah terjadi." Ujar Zora.
"Kebenaran apa? Ayah, apa yang sebenarnya terjadi? Apa ada hal yang di sembunyikan dariku?" Tanya Farel kesal.
"Jika pangeran ingin tau kenyataannya, maka dengan senang hati saya akan menceritakannya kepada pangeran.
Dulu, nenek ku jatuh cinta pada yokai dan ingin segera menikah dengan kakek meski usianya baru saja 14 tahun. Tapi raja menentang itu, karena hanya akan jadi aib bagi kerajaan.
Lalu terjadilah peperangan antar manusia dan yokai. Pada saat itu, nenek ku membela yokai dan mengalahkan para bangsawan. Setelahnya nenek di usir dari kerajaan dan di anggap telah mati karena ketidak sengajaannya ia mengikuti perang tersebut.
Seperti itulah berita kematian yang di sebarkan, dan untuk para bangsawan yang mengetahui hal itu di suruh tutup mulut oleh raja jika tidak ingin di hukum mati.
Nenek dan kakekku tinggal di kerajaan lain lalu segera menikah dan hidup bahagia tanpa mengingat lagi kejadian pahit itu. Seperti itulah yang terjadi pangeran." Tutur Zora menjelaskan.
Pangeran Farel tak henti terkejut dengan apa yang di katakan oleh Zora. Ia pun menjadi geram dengan ayahnya sendiri. "Kenapa ayah melakukan itu? Kenapa ayah bisa sekejam itu dengan anak sendiri?" Itulah yang keluar dari mulut Farel setelah mengetahui kenyataannya.
"Jika saja pada saat itu aku mendapatkan kabarnya segera, aku pasti akan melindungi Rachel! Ini pasti ulah ayah kan, yang membuat aku tidak mendapatkan kabar apa pun soal Rachel agar aku bisa tetap fokus dengan sekolah ku?! Jadi itu alasan ayah yang sebenarnya untuk mengirim ku ketempat yang jauh agar aku tidak tau menau kan!" Lanjut Farel masih dengan emosinya.
"Anak itu pasti sudah berbohong, dia pasti ingin menghancurkan kerajaan kita! Nah kau bajingan kecil, jika kau benar cucu dari anak ku Rachel, dan jika benar Rachel tidak mati dalam peperangan itu, cepat bawa anak bungsu ku ke hadapan ku sekarang juga!" Titah Kano.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasiaCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...