Sesampainya di rumah, Zora segera berbaring tanpa mengganti baju seragamnya.
Zora mengeluarkan keringat dingin dan suhu badannya menjadi sangat panas. Kou tidak beranjak dari sisi Zora, dan terus menerus mengompresi dahi Zora dengan air dingin.
Sampai akhirnya sore tlah tiba dan Shiro kembali ke rumah, Zora masih berbaring dengan lemah dan belum juga terbangun dari tidurnya.
"Anak ini mudah sekali demam. Kou, apa yang sebenarnya telah terjadi pada Zora?" Tanya Shiro.
"Zora-sama bilang tadi darahnya telah banyak keluar, aku menduga kalau itu ulah yokai. Tapi aku tidak tau siapa itu." Jawab Kou.
"Dia pasti akan kembali pulih dalam beberapa hari, aku akan membuatkannya bubur agar di makannya nanti saat Zora sudah terbangun."
"Aku akan menjaga Zora-sama."
Begitu bubur telah siap untuk di makan, Zora pun terbangun dari tidurnya.
Dan memakan bubur yang sudah di siapkan oleh Shiro.Keesokan harinya Suichi datang menjenguk Zora yang di beritaukan keadaannya oleh Shiro saat mereka tidak sengaja bertemu.
"Kenapa kau bisa panas tinggi seperti ini?" Tanya Suichi yang cemas dengan keadaannya Zora.
"Ini hal biasa bagi ku kak jika aku terlalu banyak mengeluarkan darah atau pun terlalu jauh dalam ikut campur permasalahan yokai." Jawab ku.
Beberapa hari kemudian, keadaan Zora sudah pulih sepenuhnya. Zora kembali berangkat ke sekolah dan saat pulang, ia sengaja melalui jalan yang sedikit jauh dan berputar.
Saat itu Zora melihat seorang ibu yang sedang mengantar seorang dokter hingga depan rumahnya.
Ketika dokter itu berjalan melewati Zora, ibu tersebut menangis dengan tersedu sedu di depan rumahnya. Dan ada seorang anak gadis yang duduk di dekat pintu dengan kedua mata yang di perban.
"Ano, maaf bi... Jika aku boleh tau kenapa bibi menangis? Ada masalah apa?" Tanya Zora ke pada ibu tersebut.
"Anak bibi kenapa?" Tanya Zora kembali.
"Anak ku mengatakan matanya sakit, seakan ada yang menusuknya. Lalu di saat kita semua meminta untuk membukanya, anak ku masih saja memejamkannya dan mengatakannya kalau ia sudah membuka matanya.
Sudah banyak dokter yang di panggil tapi tidak satu pun dari mereka yang bisa mengobatinya." Ucap ibu tersebut dengan pilu.
"Boleh aku melihatnya?" Tanya Zora dan langsung menghampiri anak gadis itu tanpa mendengar jawaban dari sang ibu.
Sejak awal Zora merasa sedikit aneh dengan kedua mata anak itu, karena Zora melihat sesuatu yang ingin keluar dari mata anak itu yang terhalang oleh perban.
Zora membuka perban anak itu dan meminta, "Coba buka mata mu secara perlahan.". Gadis kecil itu membuka kedua matanya, betapa terkejutnya Zora yang melihat matanya.
"Lihat, anak ku masih saja memejamkan matanya." Ucap si ibu.
"Bu, aku sudah membuka mata ku. Tapi semuanya gelap dan terasa sangat sakit. Kalau mata ku di pejamkan, sakit itu hilang." Seru gadis kecil itu.
"Dia slalu mengatakan hal itu setiap kali di suruh membuka matanya, aku bahkan sampai kesal dan memarahinya karena dia tak jua membuka matanya." Keluh si ibu.
"Maaf bi, tapi anak bibi memang sudah membuka matanya. Dan ini sangat mengerikan." Ujar Zora.
"Eeh..." Sang ibu heran dengan apa yang di katakan Zora.
Zora memejamkan matanya dan memanggil Kou dengan pelan.
"Ada apa Zora-sama?" Tanya Kou yang segera hadir.
"Apa kau tau ini?" Tanya balik Zora dengan berbisik agar si ibu tidak dapat mendengarnya, dengan mengarahkan bola mata Zora ke gadis kecil itu.
Kou yang melihat langsung menjawab, "Ini hanya ulah yokai rendah yang berusaha untuk memakan jiwa gadis tersebut."
"Bagaimana cara mengeluarkannya?"
"Anda hanya perlu menariknya keluar, hingga inti dari yokai tersebut tertangkap dan anda tinggal melenyapkannya saja."
"Cara melenyapkannya?"
"Dengan kekuatan anda, anda bisa menginjak atau meremasnya. Setelah itu dia akan mati dengan sendirinya."
"Semudah itu?"
"Ya memang semudah itu."
"Baiklah aku akan mencobanya!" Tegas Zora dan ucapan tersebut terdengar oleh sang ibu.
"Apa yang ingin kamu coba nak?" Tanya ibu tersebut.
Zora hanya diam dan tangannya menarik sesuatu seperti asap hitam, namun dapat di pegang.
Zora terus menariknya dan gadis itu teriak "Sakit... Sakit... Ibu, ini sakiiiit...."
"A-apa yang sedang kau lakukan terhadap anak ku?" Tanya sang ibu ketakutan namun bingung dengan apa yang sedang di lakukan Zora.
Karena di mata sang ibu, tangan Zora hanya menarik dan terus menarik di depan mata anaknya. Tapi ibu itu tidak tau apa yang sedang di tariknya.
"Ketemu!" Sorak Zora dan menarik tubuh dari inti yokai itu yang berbentuk seperti cacing.
Dan itu membuat Zora merasa geli dan jijik, ingin rasanya Zora melepaskannya. Tapi Kou berkata, "Bila anda melepaskannya, inti itu akan kembali ke mata anak ini."
"Gluuup..." Zora menelan air liurnya dan memberanikan diri untuk terus menarik cacing itu keluar.
Begitu berhasil keluar dengan segera Zora meremas cacing itu hingga akhirnya mati dan lenyap begitu saja.
Gadis itu berhenti berteriak kesakitan, kedua matanya mengeluarkan air mata dan Zora memintanya untuk kembali di pejamkan hingga beberapa detik dan kembali membukanya secara perlahan lahan.
"A-aku bisa melihat kembali. Ibu aku bisa melihat lagi! Mata ku tidak sakit lagi!" Seru gadis kecil itu.
Dan sang ibu dapat melihat mata anak itu terbuka dan terlihat sudah sehat seperti semula.
"Anak ku... Syukurlah, syukurlah... Ibu senang sekali kamu bisa sembuh nak." Ucap ibu dari gadis itu hingga mengeluarkan air mata bahagia.
"Kalau begitu, aku permisi dulu bi." Ucap Zora yang kemudian langkah kakinya di hentikan oleh sang ibu dengan menarik tangan Zora dan berkata, "Tunggu sebentar nak."
"Apa apa bi?"
"Kau sudah menyembuhkan mata anak ku, tidak ada satu dokter pun yang bisa melakukan itu.
Aku akan memberikan mu sebuah bayaran karena sudah menolong anak ku. Tunggu sebentar disini, aku akan mengambil uangnya."
"Itu tidak usah bi..." Teriak Zora namun sang ibu tidak mendengarnya dan terus saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
"Ini nak, ini bayaran untukmu." Seru sang ibu dengan tersenyum bahagia dan memberikan sekantong kecil uang yang penuh.
"Tidakkah ini terlalu banyak bi?" Ujar Zora yang menerima kantong uang tersebut.
"Itu tidak seberapa dengan kesehatan anak ku, awalnya aku dan suami ku sudah menyerah akan kesembuhan mata anak ku.
Tapi kau datang, seakan Tuhan mengirimi utusannya untuk menyembuhkan anak ku. Terima lah nak, anggap itu sebagai tanda terima kasih kami." Seru si ibu bahagia.
"Kalau begitu aku terima ini, terima kasih banyak bi. Aku pamit pulang, permisi."
Zora pun melangkahkan kakinya menuju rumah dan Kou mengikutinya hingga sampai di rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...