Chap 89

67 15 3
                                    

"Ada apa dengan tatapan mu itu? Masih kurang pelajaran yang ku berikan pada mu kemarin? Seharusnya kau senang karena aku datang menemui mu untuk sekedar menyapa, dan sikap mu tidak seharusnya seperti ini." Ujar Juana selaku pemukul meja Zora tadi, ia bahkan mendorong kepala Zora dengan tangannya. "Kau harusnya bangun dari bangku mu dan memberi ku hormat." Lanjutnya dengan tangan yang bersedekap dada.

"Dan apakah kau lupa dengan teguran yang ku berikan pada mu kemarin? Apa perlu aku mengikat mu lagi?" Tanya Zora dengan smirknya.

"Kau kira aku takut? Kekuatan mu itu tidak ada apa apanya. Kemarin kita semua sedang lengah, jika tidak, aku bisa mengalahkan mu dalam sekali serang." Ucap Juana dengan angkuh.

"Terserahlah, sudah sana pergi. Memangnya kau betah berlama lama berada di sisi ku?"

"Tck!" Juana berdecak kemudian ia pergi meninggalkan Zora.

"Dasar, ganggu waktu tidur ku saja." Gumam Zora dan kemudian ia kembali tidur hingga kelas di mulai. Zora pun di bangunkan oleh Aoi ketika guru yang mengajar sudah memulai pelajarannya.

"Ada hal yang ingin pak guru sampai kan kepada kalian. Lusa, sekolah kita akan kedatangan pangeran dari kerajaan Snow. Bapak harap kalian dapat menyambutnya dengan baik dan jangan membuat masalah, mengerti?" Ucap sang guru.

"Mengerti pak." Jawab para murid kecuali Zora dan Aoi.

"Baiklah, pelajaran selesai."

Para murid memberikan hormat kepada sang guru ketika guru tersebut hendak keluar kelas. Dan seketika keadaan menjadi ramai karna membahas kedatangan pangeran dari kerajaan Snow.

"Aku harus tampil cantik nanti biar pangeran terpesona pada ku." Ujar Juana ke pada dua temannya.

"Seperti ini saja kau sudah sangat cantik Juana."

"Itu benar Juana. Aku yakin kalau pangeran melihat mu dia pasti langsung jatuh cinta."

Juana memasang wajah senangnya karena mendapatkan pujian dari kedua temannya, ia merasa berada di atas awan dan sangat yakin jika pangeran dari kerajaan Snow akan jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya.

"Mana mungkin pangeran dari kerajaan Snow jatuh cinta kepada gadis sepertinya." Gumam Zora yang hanya di dengar oleh Aoi.

"Bagaimana kau bisa tau?" Tanya Aoi penasaran.

"Hanya menebak saja." Jawab Zora dengan malas. "Lebih baik lusa aku tidak usah datang saja ke sekolah." Lanjutnya.

"Kenapa? Ini kesempatan mu kan dapat bertemu dengan pangeran dari kerajaan lain, kau bisa menjalin hubungan dengannya sebagai sesama pangeran."

"Jika itu pangeran dari kerajaan lainnya, aku tidak masalah."

"Apa kau sudah mengenalnya?" Tebak Aoi dan ia memerhatikan dengan seksama riak wajah Zora yang nampak kaget.

"Aah Aoi, gawat aku belum mengerjakan tugas. Aku lihat buku mu dong untuk ku salin, boleh ya..." Bujuk Zora mengalihkan pembicaraan. Aoi hanya menghela nafasnya dengan kasar.

"Jangan beralasan, sejak kapan kau tidak pernah mengerjakan tugas. Kalau tidak mau membahasnya bilang saja, kau tidak akan bisa membuat ku mengalihkan pembicaraan apa pun."

Zora menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal dengan wajah bodohnya yang sedang tertawa. Setelah itu guru pengajar datang, kebisingan pun hilang dalam sekejab. Namun pikiran Zora bercabang, tentang Afdi yang akan datang serta tentang kakeknya yang sedang berjalan jalan di sekolah, soal pelajaran? Zora tidak memikirkannya sama sekali, karena pelajaran yang sedang di ajarkan ini, sudah lama sekali Zora pelajari sendiri.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang