Chap 03

290 44 2
                                    

Zora terus mendengarkan apa yang di jelaskan oleh Shiro dengan seksama, apa yang selama ini dia pikirkan dan slalu cari tau jawabannya, kini semua tlah terjawab.

"Jadi seperti itu, aku mengerti sekarang. Pantas saja semua yang merawatku sejak dulu hanyalah keluarga dari ibuku, tidak ada satu pun dari ayahku. Rupanya aku merupakan cicit dari kerajaan sebelah. Dan kakekku dibunuh oleh bangsawan dari kerajaan ini. Jika aku ingin balas dendam, apakah orang itu masih hidup hingga saat ini? Umur manusia lebih pendek dari yokai, jika dia sudah tiada, aku tidak bisa membalaskan dendamku padanya." Seru Zora.

"Zora-sama, jika itu benar adanya. Hilangkan lah keinginan anda untuk balas dendam. Tetaplah disini bersama kami, dan jadilah tuan kami sebagai gantinya Kazuma-sama." Ucap Shiro dengan memohon.

"Shiro, aku tidak ingin menjadi tuan kalian. Aku akan menjadi teman untuk kalian, bagaimana? Karena menurutku untuk menjadi tuan itu sangat merepotkan hehehe..."

"Tapi Zora-sama..."

"Tidak ada tapi tapian, selain itu cukup panggil aku Zora. Kita ini teman bukan atasan dan bawahan."

Shiro nampak sedang memikirkan apa yang menjadi keinginan Zora, hingga suasana menjadi sepi.

"Shiro...?" Panggil Zora untuk mendapatkan jawaban dari Shiro.

"Baiklah Zora-sama jika itu keinginan anda."

"Eeh...."

"Maksudku, Zora..."

Lalu beberapa hari kemudian, sepulang Zora dari sekolah sudah ada yokai dengan tubuhnya yang besar dan hanya memiliki satu mata.

"Zora... Berikan aku darahmu!" Ucap yokai tersebut. Dengan segera Zora berlari sekuat tenaga untuk menghindarinya, yokai tersebut terbang mengikutinya.

Zora tidak memikirkan kemana ia harus berlari, setiap ada jalan akan ia lalui agar Zora dapat melarikan diri dari yokai tersebut. Zora memasuki sebuah hutan, mungkin. Sebenarnya dia tidak tau kalau ada hutan lagi di daerah sini, mungkin ini hutan yang sama namun jalan untuk masuknya berbeda. Ketika Zora sedang melihat ke belakang ke arah yokai tersebut, kakinya menendang akar pohon besar yang menonjol ke atas hingga membuatnya tersungkur jatuh di atas tanah.

"Aah..." Rintih Zora saat terjatuh, lengannya terluka dan mengeluarkan darah. Yokai itu mencium bau darah Zora dan menjadi sangat agresif, dia berada di atasnya saat ini dengan berusaha untuk memakan Zora. Dan Zora menahan sekuat tenaga agar tidak di makannya.

"Menyingkirlah, pergi... Lepaskan aku!" Seru Zora dengan suaranya yang lantang.

"Tap tap tap..." Terdengar suara langkah kaki yang berlari ke arah Zora, dan sebuah kertas yang memiliki tulisan di atasnya terbang ke arah yokai yang sedang menyerang Zora dan menempel pada dahinya. Zora melihat kertas tersebut namun ia tidak dapat membaca apa yang tertulis disana.

"Huaa... Haaa..." Yokai tersebut mengerang dan dalam sekejab berubah menjadi abu.

"Apa kamu tidak apa apa?" Tanya orang tersebut yang datang berusaha untuk menolong Zora.

"Aku tidak apa, trima kasih banyak." Jawab Zora, ia berdiri dan membersihkan pakaiannya. Seseorang yang menolong Zora merupakan seorang pria, dia melihat tangan Zora terluka.

"Tanganmu berdarah, ayo ke rumahku untuk mengobati luka mu." Ucapnya.

"Tidak usah terima kasih banyak, aku akan segera pulang dan mengobati luka ku sendiri." Ujar Zora.

"Kenapa kau menolaknya? Apa kau tidak tau kalau kau sudah masuk ke rumah orang begitu saja?"

"Rumah? Tapi ini hutan kan."

"Menurutmu seperti itu? Bisa di katakan ini adalah halaman rumahku, dan di belakang sana rumahku. Kau sudah masuk ke rumah orang lain tanpa izin, jadi kau tidak bisa menolak ajakan dari tuan rumah."

Zora melihat sekitarnya, beberapa kali Zora lihat, ini menyerupai sebuah hutan dan tidak mirip dengan halaman rumah.
Zora menjadi takut dan waspada.

"Jangan katakan kalau kau ini yokai?" Ucap Zora dengan gemetar.

"Haha itu menyakiti hatiku, apa aku terlihat seperti yokai? Aku ini manusia lho sama seperti kamu."

"Tapi bukankah ini hutan? Kenapa kau tinggal di hutan kalau kau itu manusia?"

"Sudah ku katakan bukan, ini halaman rumah ku. Memang sengaja di buat agar seperti hutan tapi ini bukan hutan.
Lagi pula ini hanya rumah peristirahatan saja bukan rumah utama. Jadi ayo masuk ke rumahku untuk mengobati luka mu dan mari kita sedikit berbincang bincang."

Lalu tanpa berpikir panjang Zora mengikuti orang tersebut menuju rumahnya. Usai di obati, pria tersebut menyuguhkan minuman pada Zora dan mulai membuka obrolan.

"Namaku Tanuma Suichi, siapa nama mu dik?" Tanya pengusir yokai tersebut yang bernama Tanuma Suichi.

"Tanuma? Kau seorang bangsawan?"

"Tidak sopan menjawab pertanyaan ku dengan sebuah pertanyaan. Iya aku berasal dari bangsawan Tanuma, kalau kamu dari bangsawan mana? Maaf jika aku tidak tau, aku belum pernah melihat mu sebelumnya. Kekuatan spiritualmu terasa sangat kuat, apa kau berasal dari keluarga Miyako?"

"Ah bukan, aku bukan dari keluarga bangsawan. Aku hanya rakyat biasa, namaku Zora. Kazuma Zora."

"Bohong, bagaimana mungkin rakyat biasa mampu melihat yokai? Hanya para bangsawan dan orang kerajaan yang dapat melihatnya." Ucap Tanuma dengan terheran heran.

"Tapi ini kenyataannya."

"Aku masih tidak bisa mempercayainya. Tapi aku juga tidak pernah mendengar nama Kazuma di kalangan bangsawan. Apa kau berasal dari kerajaan lain? Emm... Zora, tidak apa kan ku panggil kau dengan nama itu? Oh, kau juga bisa memanggilku dengan Suichi."

"Tidak apa, panggil aku dengan nama yang kau sukai kak. Aku berasal dari kerajaan ini kok, bahkan nenek dan kakek ku dulu juga tinggal disini.
Kak Suichi, maaf tapi aku harus pulang sekarang."

"Aku akan mengantarmu, akan berbahaya jika nanti ada yokai yang menyerangmu lagi seperti tadi."

"Terima kasih..."

Zora dan Suichi telah keluar dari halaman rumah milik Suichi yang nampak seperti hutan itu. Lalu Suichi bertanya kepada Zora, "Ke arah mana rumah mu Zora?"

Zora melihat kanan dan kiri, dia melihat sekitar jalanan daerah situ yang tidak dia ketahui.

"Zora...?" Tanya kembali Suichi.

"Ma-maafkan aku, aku tidak tau ke arah mana rumahku."

"Tidak apa, lalu katakan padaku apa yang kau ketahui yang berada di dekat rumahmu, ku rasa aku hafal dengan jalanan kerajaan ini. Dan mungkin kenapa kau tidak tau sekitar sini, alasannya adalah... Ini sudah memasuki kawasan bangsawan. Mereka yang bukan bangsawan tidak akan menginjakkan kaki mereka kesini kecuali mereka yang kerja, atau keadaan darurat."

"Ku rasa jika berada di dekat hutan, aku akan tau kemana arah rumahku."

"Baiklah, sekarang kita menuju hutan."

Zora dan Suichi melangkahkan kaki mereka menuju hutan, dan mereka melakukan percakapan.

"Aku tidak pernah tau jika bukan bangsawan tidak bisa memasuki kawasan bangsawan begitu saja." Ucap Zora.

"Heh... Kau tidak tau soal itu? Aneh sekali, apa orang tua mu tidak pernah menceritakannya ke padamu?"

Zora menundukkan wajahnya ketika disinggung soal orang tua.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang