Ninth -Tak terduga

17 2 0
                                    

Tiba - tiba handphone Stefanie berbunyi dan itu panggilan dari bokapnya.

"Aduh mampus gue, papa nelpon," panik Stefanie

"Halo pa?"ucap Stefanie

"Kamu dimana nak ?, Papa dari tadi nungguin kamu di restoran ini" ucap papa

"Eee iya pa, macet pa tadi"ucap Stefanie

" WO nya bentar lagi datang nak," kata Papa

"Ha ? WO ? " Ucap Stefanie

Tuttt tutttt tutttt

"Yah kok mati sih telponnya, siapa yang mau nikah ya ampun, kok gue gak di kasih tau mama sih, jangan - jangan kakak gue lagi yang mau nikah," gerutu Stefanie.

Sesampainya Stefanie di rumah, Stefanie langsung masuk dan naik ke tangga untuk bersiap - siap, tiba - tiba...

"Nak ayo turun dulu sini," panggil Papa.

Langkah Stefanie terhenti dan menoleh ke belakang.

"Apa pa?" tanya Stefanie sambil turun dari tangga dan menghampiri papa nya.

"Papa mau bicara sama kamu," ucap papa.

"Papa tau kamu begitu dekat dengan kakak mu, tapi sudah waktunya dia menikah dengan wanita yang di cintai, papa harap kamu bisa menerima, jika nanti kamu tidak selalu dengan kakak mu," ucap papa.

Stefanie sebenarnya kecewa, kenapa kakaknya tidak mengabari adiknya yang selalu merindukannya.

"Oke pa aku gak papa kok," tegar Stefanie.

"Kamu yakin," ucap Papa

"Iya kok pa, tenang aja," ucap Stefanie dengan penuh yakin.

"Oh iya, Mama tadi bilang tolong kamu ambil pesanan kue yang ada di rumah Tante Tari," ucap Papa.

"Eh iya memang Mama pergi kemana pa?" tanya Stefanie.

"Mama kamu keluar lagi ada urusan," ucap Papa.

"Oh iya pah, nanti temen aku Clara mau nginep disini, boleh ya?" ucap Stefanie.

"Iya boleh kok sayang, ajak ada dia kesini," ucap Papa.

Author

Stefanie memang begitu dekat dengan keluarganya, bahkan semua permasalahan di hidupnya dia tidak segan - segan cerita kepada ayah dan ibu nya, dulu Stefanie anak yang manja sekarang Stefanie sudah beranjak dewasa dan sudah akan lulus SMA.

Setelah bersih - bersih Stefanie duduk di dekat jendela, meratapi kakak nya yang tega tidak mengabari adiknya jika ia akan segera menikah.

Tok tok bunyi pintu kamar Stefanie.

"Non, di panggil Papa," panggil Bik Rani.

"Iya Bik, bentar lagi aku turun," ucap Stefanie.

"Tapi WO nya sudah dateng non," ucap Bik Rani

"Iya bi," ucap Stefanie sambil membuka pintu.

"Yasudah non, sekarang turun sudah di tunggu Papa non soalnya," ucap Bik Rani.

"Oke stef, Lo harus bisa jaga raut wajah lo, biar gak keliatan sedih, Lo harus bisa, Lo cewek serba bisa," batin Stefanie sambil mengepalkan tangannya.

Saat turun dari tangga.

"Pah, mama belum pulang juga?" ucap Stefanie.

"Mama bentar lagi pulang, oh iya mama ada kejutan buat kamu," ucap Papa.

"Ah tumben stef di kasih kejutan, gak biasanya," ucap Stefanie

"Oh iya pak langsung saja, bagaimana WO nya mau konsep seperti apa," ucap Pegawai WO

"Kamu mau konsep yang bagaimana?" tanya Papa pada Stefanie

Entah sedih ataupun senang, Stefanie merasa di bohongi kakak nya, baru kali ini kakak nya tidak cerita dan juga tidak mengabari adiknya ini.

"Aku suka warna putih gitu, jadi nanti serba putih aja deh kak, sambil ada hiasan glamornya ya kak" ucap Stefanie menunjuk dekorasi yang ada di pilihnya.

Untuk Rasya [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang