Bella terlelap kembali dalam tidurnya, Danesh sayang sekali pada Bella, entah mengapa tiba-tiba Danesh takut jika Bella pergi selama - lamanya.
Shinta yang sedari tadi memperhatikan Danesh yang begitu perhatian dan campur khawatir itu sangat membuat Shinta tersenyum jika Danesh laki - laki yang baik.
"Bella pasti sembuh kok," ucap Shinta.
"Temen Bella yang dua nya lagi gak kesini?" tanya Kak Danesh.
"Udah kok kak tadi sempet jenguk," ucap Shinta.
"Stefanie?" tanya Kak Danesh yang tiba-tiba menyebut nama Stefanie sehingga Shinta bingung ingin menjawab pertanyaan tersebut.
"Emmm dia kemarin datang, tapi hari ini belum." ucap Shinta tersenyum.
"Emm Rasya udah tau?" tanya Kak Danesh.
"Tau - tau apa kak ?" tanya Shinta berulangkali.
"Iya setau kakak sih dia belum tau Bella sakit, atau Bella udah bilang ke Rasya?" tanya Kak Danesh.
Shinta bingung dengan apa yang barusan di katakan Kak Danesh, apa jangan - jangan selama ini Bella juga tidak bilang pada Rasya. Pikiran itu pun muncul di benak Stefanie.
"Emm aku kurang tau deh kak, soalnya Bella sakit juga aku tau dari Stefanie," ucap Shinta.
"Kamu pasti kecewa ya?" tanya Kak Danesh.
Shinta hanya membalas dengan tersenyum, dan berusaha mencari topik pembicaraan lain agar suasana tidak canggung.
"Em kak aku boleh nanya sesuatu?" tanya Shinta.
"Sebenernya alasan Bella mutusin Rasya itu karena dia sakit kak?" tanya Shinta.
"Iya," ucap Danesh melepas kacamatanya.
"Bella mutusin Rasya karena Bella gak mau ninggalin Rasya dengan rasa sayang dia yang begitu besar untuk nya," jelas Danesh.
"Jadi ini alasannya," batin Shinta.
"Kalo kayak gini ceritanya gue harus minta maaf ke Stefanie," batin Shinta.
"Oh gitu ya kak," ucap Shinta.
"Sampai kapan kak Rasya belum tau penyakit Bella?" tanya Shinta.
"Kakak juga belum tau, tapi yang pasti Rasya nanti akan tau," ucap Danesh.
Malam yang begitu panjang menyelimuti ruangan tersebut. Pikiran negatif menggerogoti benak Shinta.
"Kayaknya gue udah harus bisa maafin Stefanie, tapi kalo gue hubungi di sekarang, pasti sekarang udah tidur dia," ucap Shinta.
"Gue chat aja kali ya Stefanie," batin Shinta.
Shinta mengirimkan pesan pada Stefanie yang berisikan kata maaf.
"Tapi gimana caranya bilang ke Rasya kalo Bella itu sebenarnya sakit, dan alasan Bella mutusin dia karena dia sakit," ucap Shinta bingung.
"Apa gue minta tolong Angga sama Puja aja kali ya," ucap Shinta mencari ide lain.
"Iya gue harus minta bantuan Puja sama Angga, mendingan gue telpon sekarang" ucap Shinta.
Angga
Call"Halo?"
"Emm apaan, ngantuk nih gue,"
"Ada yang mau gue bicarain,"
"Aduh apaansi si besok pagi aja deh,"
"Ini tentang Rasya sama Bella,"
"Lah ada apa lagi?"
"Pokoknya besok kalian temuin gue di cafe deket rumah sakit Bakti Husada, pulang sekolah oke?"
"Lah Lo gak sekolah?"
"Ah udah deh gak usah banyak tanya, Lo ajak puja juga,"
"Iya iya,"
Tututuututut
"Sekarang gue juga harus telpon Clara," sambung Shinta.
Clara
Call"Eh halo"
"Aduh apaansi si Shin, lagi Drakor nih,"
"Eh tunggu dulu, gue butuh Lo,"
"Ada apa?"
"Besok temuin gue di cafe deket rumah sakit Bakti Husada,"
"Ada urusan apa?"
"Gue ceritain besok, ini penting"
"Iya deh iya, pulang sekolah ya"
"Oke,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Rasya [Tamat]
Teen FictionHai semuanya 💓✨ Perkenalkan aku, Stefanie Putri Azeera sekarang aku duduk di bangku kelas 12. Aku bersekolah di SMA Negeri 1 Harapan Bangsa, Aku memiliki sahabat yang baik banget dia bernama Anastasia Clara Octavia. Ya, seperti biasa musuh bebuy...