"Assalamu'alaikum... "
"Habis kemana aja kamu?!"
Bukannya menjawab salam dari Ezal, Anwar-ayah Ezal malah membentak anaknya yang baru saja memasuki rumah itu.
Anwar seperti itu karena sedari pulang sekolah tadi Ezal belum menginjakkan kakinya sama sekali dirumah. Dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 5 sore Ezal baru pulang.
"Abi... Sabar abi. "
Ujar Alma-istri Anwar yang saat ini duduk disamping suaminya.
"Ezal tadi abis nongkrong sama temen-temen. "
Jawab Ezal santai. Sementara di sana wajah Anwar sang pemilik pondok sudah menahan amarahnya sejak tadi.
"Kamu abi keluarkan dari sekolah dan pondok. "
Ucapan Anwar barusan seketika membuat Ezal melotot terkejut.
"Kenapa bi? "
"Kenapa? Tanya pada diri kamu sendiri, kenapa kamu bisa abi keluarkan. "
"Abi... "
Sementara disana Alma mengelus lembut lengan suaminya supaya tenang.
"Ezal tanya baik-baik bi, dijawab yang baik juga dong. "
"Sikap kamu Ezal!!! Kamu anak dari seorang pemilik pondok! Pengasuh pondok! Tapi sikap mu sangat tidak mencerminkan. "
"Sudah ada berapa absenmu yang bolong? Ngaji juga jarang, menggoda santri cewe, apa pantas seperti itu?! "
Lanjut Anwar dengan wajah yang sudah merah padam.
"Oohhh itu... "
"Ohh katamu?!! Astaghfirullah... abi udah bingung Zal, biar kamu mengerti abi harus bagaimana?!! "
"Abi capek? Sama Ezal juga. "
Mendengar ucapan Ezal yang sangat kurang pantas untuk didengar membuat Anwar mengelus dadanya.
"Terserah kamu mau ngomong apa, yang penting besok bereskan barang-barangmu yang ada di sekolah maupun di pondok. "
"Tapi bi, Ezal bentar lagi lulus. "
"Nggak ada tapi, nama kamu sudah abi cabut dari sekolah. "
"Umi... "
Rengek Ezal kepada uminya. Ia terlalu terkejut dengan abinya yang main mengeluarkan dirinya dari sekolah tanpa persetujuan dirinya terlebih dahulu.
"Turuti saja apa kata abi mu. "
Karena Uminya menjawab seperti itu, Ezal pun tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Tetapi satu pikiran terlintas di otaknya.
"Baik Ezal akan menuruti kata abi, tapi semua piala yang Ezal sendiri dapatkan, akan Ezal ambil. "
"EZAL!!! "
Melihat abinya yang langsung marah dan seketika bangkit dari duduknya itu membuat Ezal tersenyum bahagia.
"Baiklah, tetapi jika piala itu dari lomba grup, milik sekolahan. "
"Oke sepakat! "
---
yeah, bagaimana untuk prolognya??
menarik untuk lanjut??
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...