"Wahahahahahaha, anjer ngawur nih bocah!!!"
Varel tertawa lepas saat mendengar cerita dari Renda yang mengunci teman cewenya demi menjalankan perintah darinya. Tetapi ide anak itu cukup kreatif juga.
"Kalau lu tahu bang, dia gapernah keluar sama sekali kalau istirahat, baca buku mulu kerjaannya. Dan lu tahu bang bukunya apaan??"
"Apaan tuh?"
"Gue kira kan buku pelajaran gitu yaa, eh tahunya buku novel."
"Ahahahaha, pikiran lu terlalu positif berarti yaa, tapi yaudah lahh penting barangnya udah ada di bangku Syila. Jangan lupa ntar pulang sekolah cek lagi di lokernya, kali aja udah dia diambil."
"Yoi bang, shap!!!"
---
"Duhh males banget waktunya fiqih."
Gerutu Mia yang baru saja menempelkan pantatnya di kursinya. Selepas dari kamar untuk menghabiskan makanan, mereka pun segera kembali ke kelas setelah mendengar bunyi bel masuk ke pelajaran selanjutnya.
"Ehh tapi pelajaran fiqih ada yang seru lohh."
Sahut Hana seraya duduk di kursinya.
"Pernikahan."
"Iyaa, ahahaha."
"Iyaa, cuma itu doang. Lainnya mah bosenin, apalagi yang zakat-zakat aduhhh, skip deh."
"Iyaa, ana juga nggak begitu suka bagian zakat."
Sahut Syila setuju dengan pernyataan Mia.
"Yaa kannn, pokok yang berhubungan dengan ngitung-ngitung, aduhhh pusing pala."
Ucap Mia seraya memegang kepalanya memperagakan seperti orang yang muak dengan materi hitung-hitung.
"Hah, apaan nih??"
Tanya Syila dalam hatinya heran, saat kedua tangannya berada di dalam loker untuk mencari kotak pensilnya dan tidak sengaja menyentuh sesuatu yang asing baginya. Kemudian dia mengeluarkan barang tersebut dari lokernya.
'from ezal'
Deg!!!
Kedua bola matanya melotot terkejut setelah membaca tulisan yang tertera pada secarik kertas di dalam plastik klip kecil itu. Kemudian dia juga melihat ada sebuah memori card di dalam plastik tersebut.
"Kenapa Syil??"
Tanya Hana heran saat melihat Syila yang sepertinya menunjukkan ekspresi terkejut.
"Hah? Ohh nggak, ini lagi cari bolpoin ana kemana yaa, kok nggak ada di kotak pensil?"
Selamat. Beruntung otak Syila cepat mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Hana.
"Lahh, anti taruh mana lohh tadi??"
"Bolpoin yang biasa anti pake itu kah?"
Tanya Mia mencoba memastikan bolpoin mana yang sedang Syila cari.
"Iyaa, ohh nggak ini udah ketemu, ternyata nggak kelihatan, hehe."
Entah sejak kapan Syila jadi jago acting seperti ini. Dia berhasil meregulasi perasaannya, dan membuat kedua temannya tidak curiga kepadanya.
"Hmm, gimana toh anti ini."
Ucap Hana kemudian, dan mengembalikkan posisi duduknya untuk menghadap ke depan, karena guru sudah berada di tempatnya.
Setelah kedua temannya sudah menghadap ke depan, Syila segera mengambil benda tadi untuk melihatnya lagi. Jelas saja sederet pertanyaan langsung muncul bagaikan list soal dari guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...