- 7 -

842 32 0
                                    

"Mmm keknya dia daftar sekolah di luar."

"HAH?!!"

Pekik Lista dan Lidya secara bersamaan. Kepala mereka berdua menoleh saling berpandangan, menatap bingung satu sama lain.

"Keknya yaa keknya, kalian jangan menganggap ini beneran."

Sementara Varel menegaskan bahwa dia masih menebak dan belum yakin pasti jika Ezal sekolah di luar apa tidak. Karena menurutnya tidak mungkin sekali Yai Anwar membolehkan anaknya sekolah di luar, tidak di pondok. Secara dari kecil Ezal sudah hidup dalam lingkup pondok.

"Kok lo bisa ngomong kek tadi?"

Tanya Lidya mencoba memastikan, kenapa Varel bisa menebak yang menurutnya hal itu tidaklah mungkin terjadi. Secara bapaknya Ezal adalah seorang yang sangat islami.

"Dia dulu pernah cerita kalau punya temen sekolah di Negri, gue lupa apa nama sekolahnya, pokoknya Negeri."

"Mungkin aja kan dia daftar di sekolah temennya itu."

Lanjut Varel dengan sedikit mengendikkan bahunya.

Sementara disana, Lista dan Lidya masih tidak percaya dengan tebakan Varel. Mereka berdua harus menunggu info lebih lanjut tentang Ezal sekolah dimana.

---

Datanglah hari Kamis. Hari dimana Ezal masuk sekolah di SMA Negri Cakrawala. Hari dimana dia pertama kalinya menjadi murid siswa Ngeri dalam hidupnya. Hari dimana dia mulai merasakan kebebasan yang benar-benar bebas. Tidak ada lagi peraturan tentang lawan jenis, tidak ada lagi peraturan berbicara kotor, tidak ada lagi mata-mata yang selalu mengawasinya saat di sekolah. Dan yang pastinya, tidak ada lagi pengawasan ketat dari abi dan uminya.

"Ezal."

Seru uminya saat Ezal baru saja menginjak anak tangga paling bawah. Disana terlihat uminya berjalan mendekat kearahnya. Kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun, uminya langsung mengambil jaket hitam yang berada ditangan kanannya.

"Untuk sementara waktu, kamu sembunyikan dulu identitas sekolah mu yang sekarang. "

Ezal masih diam saat uminya dengan lembut memakaikan jaket itu ke tubuh anaknya.

"Tolong berikan abi dan umi waktu untuk siap menerima omongan guru-guru dan wali murid tentang anaknya yang sekolah di Cakrawala."

Mendengar itu, entah kenapa hatinya merasa sakit dan sesak. Ia menjadi merasa bersalah karena sekolah di Ngeri. Tetapi mau bagaimana lagi, dia sudah tidak mau lagi kehidupannya diatur penuh oleh abinya.

"Jaga dirimu, dan tetap jaga nama baik abi dan pondok yaa."

Memandang kedua bola mata uminya yang sepertinya hendak menangis itu membuatnya tidak sanggup lagi.

"Ezal berangkat dulu mi, assalamu'alaikum."

Ucap Ezal seraya mencium punggung tangan uminya, setelah itu berjalan keluar rumah.

"Waalaikumsalam."

---

"Loohhh lohhh itu Ezal!!!"

Teriak Lista heboh saat melihat ke depan ada Ezal yang sedang berjalan di lorong rumahnya. Suaranya yang cukup kencang itu membuat santri wati yang berada disekitarnya menoleh ke objek yang ditunjuk Lista, yaitu Ezal.

Tidak jauh dari kerumunan Lista dan kedua temannya, dibelakang sana ada Syila, Mia dan juga Hana yang juga mengikuti arah pandang semua santri.

"Nahhh nahhh seragam mana itu??"

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang