Lidya menghembuskan nafasnya kasar. Perasaannya saat ini sedang resah setelah mendengar kabar bahwa teman Ezal menyukai dirinya. Selama ini dirinya hanya fokus memperhatikan Ezal seorang, lalu kemudian datang seseorang tidak dikenal menghampiri, lalu mengutarakan perasaanya. Sungguh itu akan membuat hidupnya tidak tenang.
"Lid, menurut anti gimana orangnya? Keknya cakep sii setelah dengar ciri-cirinya dari Varel tadi."
Tanya Lista seraya menepuk Pundak Lidya pelan. Tidak hanya Lidya, dia juga penasaran gimana wujud asli dari seoang Alwin yang katanya Varel tadi, tingginya hampir sama dengan Varel, tubuhnya agak kecil, putih dan bermata sipit. Varel juga mengatakan dia seperti orang keturunan China.
"Coba anti inget-inget kembali Lis, wajah temen-temnnya Ezal kemaren. Jelas salah satu dari mereka."
Ucap Lidya yang sedari tadi masih memaksa Lista untuk memgingat wajah-wajah temannya Ezal kemaren malam.
"Ck! Udah lupa Lid, dibilangin udah lupa kok."
Mendengar itu Lidya kembali menghembuskan nafasnya. Sementara Dini dari tadi hanya diam menyimak kedua temannya yang sedari tadi membicarakan Alwin. Entah siapa itu Alwin yang teman-temannya maksudkan.
"Oh yaa, btw udah tahu Ezal lanjut dimana?"
Akhirnya Dini pun ikutan bersuara yang langsung membuat kedua temannya melotot.
"LAHHH IYAAA, TADI NGGAK NANYA."
---
"Anjir!! Gue lupa nggak bawa kotak pensil."
Gerutu Ezal menyadari bahwa di dalam tas ranselnya tidak terdapat kotak pensil disana.
"Halahh, tinggal pinjem cewe-cewe beres."
Ucap Chandra tanpa menoleh ke Ezal karena sibuk menyalin materi yang saat ini sedang dipaparkan di layar proyektor.
Setelah mendengar ucapan Chandra barusan, Ezal pun segera bangkit dari kursinya dan berjalan menuju bangku cewe yang tempatnya tidak jauh dari bangkunya berada.
"Heh, pinjem bolpoin dong."
Ujar Ezal secara tiba-tiba membuat cewe yang tadinya sibuk menulis seketika tersentak kaget.
"Nihh punya gue aja."
Ucap cewe di sebelahnya sraya menyodorkan satu buah bolpoin kepadanya, tak lupa dengan menampilkan senyum lebarnya. Kemudian dengan senang hati Ezal pun langsung menerimanya.
"Thanks."
"WOI WOI EZAL MULAI CAPER NIHHH."
Teriak Ben membuat seisi kelas memandang Ezal.
"Dihh siapa juga yang minat."
Tukas Ezal pedas yang membuat Ben seketika terdiam.
---
Tepat pada waktu bel istirahat berbunyi, Lista dan Lidya segera beranjak dari kursinya menuju ke wilayah siswa putra, tepatnya menghampiri Varel sebelum anak itu lepas dari kelas.
"Varel!!"
Teriak Lidya seraya berjalan mendekati Varel yang saat ternyata masih duduk di bangkunya.
"Apa lagi???"
"Ezal sekolah mana ternyata?"
Tanya Lidya yang kini sudah berdiri tepat di samping bangku Varel. Tetapi sedetik kemudian terdengar teriakan dari arah ambang pintu, siapa lagi kalau bukan Mawa salah satu pengurus pondok yang paling Lista benci sedunia dan isinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...