- 16 -

637 31 0
                                    

Tatapan dan senyuman itu masih menempel erat di memori ingatan Syila. Jantung yang sedari tadi berdetak diluar batas normal membuatnya tidak nyaman. Dia mencoba menenangkan dirinya dengan mengelus dadanya berkali-kali, tetapi tetap saja tidak berhasil.

"Anti kenapa lagi sii Syil, kek risau banget dari kemaren."
Tanya Mia yang menjadi tambah penasaran dengan gerak-gerik temannya yang udah dari kemaren tidak seperti biasanya.

"Perasaan ku lagi nggak enak aja dari kemaren."

Bohong. Syila hanya mampu menjawab seperti itu agar temannya berhenti penasaran.

"Kalau gitu telfon orang tua mu aja Syil nanti setelah ngaji."

Sahut Hana yang langsung menyimpulkan bahwa Syila sedang merindukan dan mengkhawatirkan orang tuanya. Kemudian di sana Syila hanya mampu mengangguk mengiyakan.

---

Setelah mendapat perintah dari Ezal tadi, setelah ngaji sore dia langsung bertanya pada salah satu anak kamarnya yang kebetulan satu kelas dengan anak baru itu. Beruntung sekali Ezal memiliki teman seperti Varel, yang orangnya mudah dekat dengan siapapun, jadi dia bisa lebih mudah untuk mencari tahu identitas anak baru itu.

"Woe chil!!"

Ujar Varel kepada anak kelas sepuluh yang tadinya hendak menaiki tangga seketika berhenti saat seseorang memanggilnya.

"Apa bang?"

"Lo satu kelas sama anak baru yang baru pindah minggu kemaren itu kan?"

"Iya."

"Sini, ikutin gue."

Ucap Varel seraya menyuruh anak itu untuk mengikutinya. Varel sengaja mencari tempat yang agak sepi agar tidak ada seorang pun yang mendengarnya. Apalagi ini mengenai Ezal yang secara tiba-tiba menyakan tentang cewe, yang sebelumnya tidak seperti ini.

"Nama anak itu siapa?"

Tanya Varel setelah mereka sudah menemukan tempat yang aman dan jauh dari pantauan anak-anak lain, yaitu di tangga masjid.

"Syila, kalau nama panjangnya gatau sii bang."

"Yaudah gapenting nama panjangnya, trus dia gimana menurut mu?"

"Gimana apanya?? Kalau cantik sii iya bang, dia anaknya pendiem sii bang, aku hampir gapernah denger suara dia."

Mendengar jawaban bocil di hadapannya itu membuat Varel mangangguk paham.

"Kenapa sii bang? Suka yaa sama dia?"

"Kepo."

Mendengar itu membuat bocil itu menghembuskan nafas.

"Oh yaa, trus dia biasanya sama siapa tuh? Dua orang."

"Ohh itu, Mia sama Hana."

"Okedeh sip, makasih chil."

Ucap Varel seraya menepuk pelan Pundak bocil itu kemudian berlalu pergi.

---

Setelah dari lapangan sekolah tadi, Ezal memutuskan untuk pulang ke rumah, dan melanjutkan aktivitas berikutnya, yaitu tidur. Sudah sekitar 3 jam an Ezal tertidur di ranjang nyamannya, dan akhirnya dia memutuskan untuk bangkit dan melaksanakan sholat wajib yang ke empat, yaitu maghrib.

"Ezal."

Seru uminya saat melihat anak pertamanya menuruni anak tangga.

"Iya mi?"

"Motor di depan rumah itu punya siapa, kok dari tadi sore masih di situ?"

"Ohh itu punya temen Ezal mi, Ezal pinjem."

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang