Keesokan harinya, tepatnya di hari Rabu yang dimana Ezal akan memutuskan untuk daftar sekolah di SMA Negri Cakrawala, tempat dimana Ben, Chandra dan Alwin bersekolah. Meskipun dia tahu nantinya Abi dan Uminya akan mengetauhi hal ini dan sudah pasti jelas mereka tidak menyetujui.
Sudah dua hari ini, Abi dan Uminya tidak saling berkomunikasi dengan Ezal. Dia kira Abinya akan segera mendaftarkannya ke pondokan lain, tetapi setelah kejadian ia dikeluarkan dari sekolah maupun pondok, tidak ada interaksi apapun antara kedua orang tua dan anak. Entah rencana apalagi yang Abinya sembunyikan dari dirinya.
"Eeehhh eehh itu Ezal!!!"
Ujar Lidya saat ia, Lista dan Dini baru saja berjalan keluar pondok putri dan hendak menuju gedung sekolah. Dia seketika terkejut setelah melihat Ezal disana didepan pintu rumahnya yang sedang mengikat tali sepatu.
"Eehh iyaa, tapi kok dia pake seragam Ar-raudha?? "
Tanya Lista dengan tatapan bertanya.
"Nah iya yaa, bukannya dia udah dikeluarkan??"
Sahut Dini yang juga ikut penasaran.
"Woe Zal!!!"
Teriak Lista sehingga membuat santri wati yang berada disekitarnya serentak menoleh ke sumber suara. Disana Ezal yang merasa dipanggil pun menoleh.
"Lo mau sekolah?? "
Bukannya merasa takut karena berbicara dengan lawan jenis, apalagi posisinya masih dalam lingkungan pondok. Lista malah melemparkan pertanyaan ke Ezal. Santri wati yang ada disana hanya terdiam dalam keterkejutannya.
Sementara disana, setelah Ezal selesai mengikat sepatunya, dia langsung berdiri dan berjalan melewati lorong rumahnya. Dia tidak mempedulikan pertanyaan bodo dari Lista. Cewe itu selalu saja mencari perhatian kepada dirinya. Hal itu membuatnya merasa jijik.
Para santri wati yang berjalan di lorong memekik tertahan karena Ezal berjalan santai ditengah banyaknya santri wati. Ezal memang sengaja membuat para hati santri wati ketar-ketir. Bukannya menunggu lorong sepi, malah main trobos.
Sementara disana, Lista dengan wajah kesal dan kaki menghentak-hentakkan ke tanah karena kesal dengan Ezal yang tidak memedulikannya. Sangat susah untuk mendapat perhatian dari Ezal. Sudah sekitar satu tahun ia mengincar lelaki itu. Tetapi bukannya mendapatkan hasil, semakin hari Ezal semakin menjauh darinya.
___
"Woe Zall!!!"
Seru Ben dari dalam mobil dengan kaca mobil yang terbuka. Ben, Chandra dan Alwin sudah menunggu sekitar 10 menit yang lalu berada di gerbang utama pondok Ar-raudha, menunggu kedatangan Ezal.
"Sini Zal, dibelakang sama gue."
Ujar Chandra yang berada dikursi penumpang paling belakang. Karena memang mobil Alwin hanya memiliki 2 bagian, yaitu kursi depan dan belakang.
"Buseetttt, ini beneran mobil lo Win??"
Tanya Ezal setelah masuk kedala mobil. Dia masih speechless dengan mobil Alwin yang menurutnya sangat mewah. Apalagi dengan logo berbentuk lingkaran biru putih dibagian depan mobil, yang bertuliskan BMW dibagian atas lingkaran itu.
"Iyaaa mobilnya Awlin, abis nyuri dari rongsokan, bagus kan??"
Sahut Ben dengan jawaban lelucon yang selalu dia buat-buat. Disana Alwin dan Chandra hanya tertawa mendengar lelucon Ben yang menurutnya sangat random.
"Gila sii Win."
"Ehh mobil Abi lo keknya bisa Zal diubah jadi BMW."
Ucap Ben yang sepertinya akan mulai mengeluarkan ide randomnya lagi. Ezal masih diam menunggu ucapan Ben selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...